Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Ketakutan Hantu Globalisasi di TPP

Diperbarui: 30 Oktober 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Badai angin hanya menjadi sebuah bencana ketika kita tidak bersiap menghadapinya, maka buatlah kincir angin agar gerak alam secara tidak beraturan tersebut dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan kemudian.

Kira-kira begitulah posisi kita dalam kehendak terintegasi pada kerangka kerjasama negara-negara Trans Pasific Partnership (TPP). Salah satu hasil kunjungan Presiden ke Amerika adalah statement mengenai ketertarikan untuk bergabung dengan komitmen free trade agreement dikawasan Pasific.

Polemik kemudian muncul silih berganti. Persoalan TPP secara geopolitik sesungguhnya dapat diartikan sebagai upaya negeri Obama, untuk membangun konstelasi poros baru diluar kekuatan ekonomi Cina yang seiring waktu mulai menunjukkan dominasi dikawasan Asia.

Lalu, bagaimana seharusnya kita menempatkan diri? Benarkah kritis posisi lemah Indonesia hanya akan menempatkan negara ini hanya sebagai kumpulan pasar dalam jumlah besar?.

Sesungguhnya terdapat beberapa klausul yang harus disepakati dalam keikutsertaan Indonesia di TPP nantinya, mulai dari persoalan tarif, pelonggaran regulasi investasi serta berbagai turunan perjanjian perdagangan bebas.

Konsekuensi logis yang terjadi dalam sebuah pilihan adalah dampak positif dan negatif yang dihasilkan. Kemampuan untuk melakukan analisa benefit and loss memang perlu dilakukan, tetapi menutup diri tentu juga bukan merupakan sebuah pilihan diera ekonomi terbuka yang saling terhubung disebut sebagai globalisasi. Jadi bagaimana resolusinya?.

Prasangka dan Added Value

Dalam sebuah penelitian di Universiy of Michigan, diketahui bahwa hampir sekitar 60% kekhawatiran yang kita asumsikan sesungguhnya tidak pernah terjadi, dan porsi kekhawatiran tersebut akan menyedot dan menghabiskan 95% energi yang kita miliki.

Oleh karena itu, jebakan prasangka harus dipisahkan antara fakta dan opini. Ekonomi terbuka hanya akan memberikan peluang bila kita memiliki strategi dalam kesiapan menghadapinya. Hal tersebut bisa menjadi bahan evaluasi nasional untuk menguatkan sektor unggulan.

Siasatnya adalah: menyerang!!! Tidak akan pernah suatu pelajaran akan paripurna bila tidak terdapat ujian yang dilalui, tapi penuh perhitungan adalah sebuah kewajiban. Menangkap peluang diluar pasar lokal, harus dibarengi dengan penguasaan market domestik, karena Indonesia is a big number.

Ketertarikan untuk terlibat di TPP, sebaiknya dimaknai secara positif dalam aspek perluasan pasar. Masalah internal yang harus diperbaiki adalah penguatan daya saing dengan menciptakan added value, tidak lagi semata bermain difaktor kompetitif sumberdaya alam tetapi memiliki kompetensi bersaing ditingkat dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline