Upaya membangun optimisme akan masa depan ekonomi Indonesia ditunjukkan dalam forum silaturahim yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bertajuk "Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi".
Hadirnya Presiden dihadapan para penguasaha dan pelaku industri nasional ini menjadi penting dalam kerangka strategis, sekaligus menjadi upaya menepis serangan tentang minimnya respon pemerintah atas kondisi ekonomi global yang berdampak pada problematika ekonomi lokal.
Bagaimana tidak, longsornya nilai tukar lebih dari nilai fundamentalnya yang ditaksir sekitar Rp12.900,-/ U$ dollar, masih ditambah lagi dengan melorotnya nilai perdagangan indeks dibursa membuat kondisi semakin mencekam, terlebih Yunani menjadi contoh negara gagal dalam mengatur hutang.
Lebih jauh lagi, kondisi global yang mengkhawatirkan belum mendapatkan titik terang yang signifikan. Kondisi ini diperparah oleh situasi yang terjadi di China yang saat ini menjadi mesin penggerak ekonomi ditingkat dunia yang mengalami kemunduran.
Hal itu terlihat dari perlambatan pembangunan di China, rasio hutang yang 284% terhadap Produk Domestik Bruto -PDB disertai dengan penghentian transaksi dibursa saham yang anjlok hingga 32%. Seluruh kondisi eksternal tersebut jelas berpengaruh pada gejolak ditingkat domestik.
Kerangka Kerja Ekonomi Kabinet Kerja
Apa yang dilakukan ISEI dengan menghadirkan Presiden Jokowi adalah sebuah terobosan yang perlu diapresiasi, karena momentum ini harus dipergunakan agar pemerintah mampu menjelaskan posisinya atas kondisi ekonomi aktual yang meresahkan dunia usaha.
Presiden beserta aparatur dibawahnya memang harus sigap menangkap isyarat dan sinyalemen yang terjadi dipasar. Tidak bisa abai atas kondisi yang berubah, karena kemampuan untuk merumuskan strategi antisipasi menjadi penting untuk mengatasi gonjang-ganjing ekonomi dunia.
Anjuran Presiden untuk pelaku bisnis swasta berpartisipasi dalam pembangunan dan tidak hanya bersikap wait and see adalah sebuah persuasi yang baik. Namun memang dalam prespektif pengusaha, harus ada jaminan kepastian akan kerangka kerja yang ditawarkan lebih dari sekedar ajakan formalitas semata.
Nampak jelas Presiden hendak memberikan penjelasan tentang arah positif pembangunan yang dilakukan saat ini. Berbagai pekerjaan infrastruktur mendasar sedang menjadi fokus prioritas yang diharapkan menjadi supporting gerak bagi pelaku dunia usaha.
Meski disebutkan pula bahwa pekerjaan ini bukan hal yang sekejap layaknya Simsalabim dunia sulap, namun Presiden hendaknya memberikan jaminan kepastian bahwa tidak akan terjadi perubahan kebijakan terkait iklim bisnis domestik.