Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

On Competition

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

If we know where we are and something about how we got there, we might see where we are trending – and if the outcomes which lie naturally in our course are unacceptable to make timely change (Abraham Lincoln)

Tantangan Kompetisi

Tiada yang memungkiri bila dunia modern saat ini berlangsung dengan begitu cepat, perubahan kerapkali terjadi bahkan tanpa kita sadari sebelumnya, singkat kata kondisi kekinian sangatlah dinamis. Situasi tersebut pun berlaku didunia usaha, persaingan bisnis semakin menguat, hal ini tidak hanya disebabkan oleh keberadaan beberapa produk yang setara, namun juga berbagai produk lain yang dapat menjadi subtitusi -pengganti.

Lebih jauh lagi, persaingan pun distimulasi oleh relasi yang terbangun dan terjadi antara suplier sertabuyer terhadap sang produsen. Posisi keterhimpitan tersebut, membuat produsen harus mampu memperbaharui diri secara terus menerus, guna dapat beradaptasi dengan situasi dari lingkungan yang terdapat disekitarnya, sekaligus menjauhi para pesaing..

Tujuan terpenting dari pembelajaran mengenai berkompetisi, adalah agar kita lebih memahami bagaimana respon dalam bersikap sebuah organisasi untuk dapat mengalokasikan sumberdaya dan kapabilitas yang dimilikinya, agar mampu menyesuaikan diri terhadap posisi pasar yang dituju, serta mencapai tujuan perusahaan secara berkesinambungan, yakni menghasilkan keuntungan-profitabilitas.

Keharusan untuk terus dapat mengikuti gerak perubahan adalah sebuah hukum besi dari terjadinya persaingan bisnis. Pilihannya, berubah atau menghilang. Berbagai contoh kasus tentu banyak, bila kita harus membilang, namun yang menarik tentu saja berbagai Brand besar yang kemudian harus terkubur sebagai ketidakmampuan gerak mengatasi perubahan yang terjadi.

Ambil saja merek Ponsel terkemuka bak Nokia, sebuah Brand yang melegenda pada masanya. Hampir tidak pernah terbayangkan bagaimana produk ini akan berakhir. Produk teknologi mobile phone asal Finlandia ini, adalah yang terbesar dimasanya, khususnya pada periode 90-an. Nokia bahkan sempat menguasai 40% pasar dunia, dan bertahan dalam kurun waktu 14 tahun sebagai penguasa, bahkan seolah tampak tidak ada yang mampu mengalahkannya.

Namun kemudian, kompetisi memberikan “hukuman” pada mereka yang tidak bisa berubah. Kompetisi semakin menguat seiring era 2000-an, pangsa pasar Nokia perlahan namun pasti mengalami penyusutan hingga titik nadir yang tidak pernah terpikirkan. Terlebih kemudian ketika produk Iphone mulai diperkenalkan pada 2007 dan disusul dengan Samsung yang mulai merangsek ke pasar pada 2009, lalu kemudian Nokia terpaksa harus memberikan merek legendaris tersebut kepada Microsoft yang kemudian terpaksa harus diakhiri, dan menjadi sebuah Brand produk baru bernama Lumia.

Nokia pun punah ditelan jaman, tidak hanya itu, Siemens, Ericsson dan berbagai merek yang pernah dikenal sebelumnya, kemudian seolah menghilang tanpa bekas. Berkaitan dengan contoh kasus tersebut, maka pada pasar smartphone saat ini -yang merupakan rantaian perkembangan dunia ponsel modern, kita dapat melihat betapa perubahan itu berlangsung dengan deras terjadi, sebagai berikut:

Merdeka.com; Rabu, 5 September 2012 20:40:00 - ...Pertama kalinya dalam sejarah iPhone 4S meraih penjualan lebih rendah dari pesaingnya dengan pangsa pasar 16,3 persen. Dengan jumlah pangsa pasar demikian Apple menempati peringkat ketiga penjualan smartphone di Amerika Serikat. Sedangkan Samsung, menurut informasi Mashable (05/09), menjadi penguasa dengan 25,6 persen pangsa pasar. Kemenangan Samsung ini semakin menancapkan pengaruhnya sebagai raja smartphone....(mdk/ikh)

Ternyata, kekekalan yang abadi adalah perubahan, dan hal itu adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi tanpa pernah bisa menolak. Pada berbagai perusahaan yang telah mengalami kondisi bertumbuh dan berkembang, seringkali kemudian perusahaan terjebak untuk sulit melakukan perubahan signifikan dalam dirinya, dikarenakan over confidence pada kapasitas yang dimiliknya.

Berita yang belum lama itu -2012, tentu berbeda dengan apa yang terjadi saat ini, tengoklah berita berikut ini untuk dapat memahami kompetisi dengan lebih jelas:

Samsung Tergeser, Xiaomi Menjadi Top Brand Smartphone di China; February 17, 2015 News Trendtekno; Jika pada tahun 2013 lalu, Samsung memimpin China dengan pangsa pasar sekitar 18,7 persen dan Xiaomi saat itu hanya mencapai sekitar 5,3 persen, maka lain halnya pada tahun 2014 lalu. Pencapaian yang diraih oleh kedua pabrikan ini nampaknya terbalik secara drastis.

Sesuai informasi yang dikutip Tren Tekno dari Techinasia menyebutkan bahwa data IDC menyatakan Xiaomi saat ini mengalahkan Samsung atas pengiriman smartphone. Xiaomi berhasil mencapai pangsa pasar sekitar 12,5 persen yang tentunya lebih tinggi dibanding Samsung yang hanya 12,1 persen. Ini juga tentunya menjadi pencapaian Xiaomi yang sangat tumbuh pesat 186,5 persen, sedangkan Samsung harus mengalami yang namanya penurunan hingga 22,4 persen... Asmini Apriani

Dalam runutan pada kasus disektor teknologi mobile, maka Nokia digilas Iphone yang kemudian harus mengakui keunggulan Samsung, dimana merek terakhir tersebut pun harus takluk pada sebuah pasar diteritori negeri China, pada sebuah merek yang bahkan tidak pernah terdengar sebelumnya, Xiaomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline