Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Hello Kitty, Kreatif Tiada Akhir

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Siapa sangka karakter kucing nan imut yang tanpa mulut dari negeri Sakura itu mampu bertahan selama 4 dasawarsa.

Sejak kelahirannya pada 1974 melalui desain Shimizu Yuko di studio Sanrio, tokoh kartun ini melanglang buana menembus pasar internasional.

Lekat dengan warna pink, Hello Kitty memang menjadi favorit anak perempuan, meski tidak gencar dalam promosi, total nilai bisnis si kucing lucu ini sekitar U$7miliar per tahun.

Bisnis merchandise dengan pernik Hello Kitty merangsek keseluruh penjuru dengan operasi yang tanpa gemuruh periklanan, maka eksploitasi karakter tersebut berlangsung efektif.

Kunci suksesnya adalah mendengar para penggemar yang tergabung dalam fans club, dan menjelma dari t-shirt, kipas angin hingga pembatas buku dan seabrek produk derivatifnya.

Kemampuan untuk beradaptasi secara universal membuat Hello Kitty menjadikan karakter ini mampu bertahan diberbagai jaman, termasuk menahan gempuran karakter baru yang datang dengan gemerlap iklan.

Figur Karakter Lokal

Bagaimana karakter lokal mencercap pengalaman Hello Kitty? Kita tentu harus mengapresiasi upaya rekonstruksi Gundala Putra Petir, termasuk melirik beberapa tokoh imajinatif seperti si Buta dan Panji Tengkorak.

Kreatifitas lokal sesungguhnya sudah setara dengan negara dibelahan dunia lain, namun ekspose pencapaian kemampuan lokal masih terbatas menjangkau audience secara meluas.

Terlebih, tokoh karakter nan kreatif yang dimunculkan masih menggunakan citarasa lokal, padahal kunci go global adalah dengan figur yang universal.

Tentu kita berharap aksesoris nasional bisa dibawa ke ranah internasional, namun hal itu bisa dieksplorasi secara bertahap.

Industri kreatif selalu digaungkan, sayangnya dukungan dibidang tersebut sulit dilihat, padahal departemen dengan nama senada sudah kasat mata, namun gregetnya belum terasa, minimal muncul pada karakter ditingkat nasional sebelum ke level dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline