Lihat ke Halaman Asli

Sudahkah Anda Ngobrol Hari Ini?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kedengaran aneh judul tulisan di atas. Kenapa harus ngobrol? Saya mengartikan ngobrol sebagai aktivitas antara dua orang atau lebih membicarakan hal-hal ringan sampai urusan yang berat. Mulai urusan pribadi sampai urusan studi. Dari masalah pekerjaaan sampai rumah tangga. Ngobrol juga adalah berbicara dalam suasana santai dan tidak terburu-buru waktu

Masalahnya, di era serba digital seperti sekarang ini, ngobrol dengan orang lain sepertinya sudah tergantikan dengan berbagai macam gadget dan media sosial. Kita hampir nggak punya waktu lagi untuk ngobrol dengan keluarga, dengan suami atau istri, anak, orangtua, tetangga juga teman kerja. Waktu kita banyak tersita untuk ngobrol dengan teman-teman di dunia maya.

Ngobrol tak selamanya berkonotasi negatip. Selama ini sering kita artikan ngobrol itu sama dengan menggosip, menggunjing atau membicarakan kejelekan orang lain. Juga kegiatan yang nggak bermanfaat. Bagi orang-orang yang mengagung-agungkan produktivitas, ngobrol adalah kegiatan yang membuang-buang waktu tanpa ada hasil yang nyata.

Padahal ngobrol juga memiliki nilai positip, yaitu  sebagai terapi jiwa. Setiap orang pasti punya masalah, namun tak setiap orang tahu gimana mengatasinya. Nah, di sinilah perlunya ngobrol atau istilah anak muda sekarang curhat (curahan hati). Dia perlu orang lain yang mau mendengarkan keluhan dan masalahnya. Syukur-syukur sekalian jalan keluarnya. Nah, ini bisa dilakukan kalau dia punya waktu ngobrol dengan orang lain yang dia percaya.

Saya pernah mendengar dari bos bahwa di luar negeri yang namanya psikolog itu termasuk salah satu profesi yang paling dicari. Mulai presiden, menteri, pengusaha, artis semuanya memerlukan psikolog. Bayarannya per jam. Jadi kalau kita konsultasi dengannya membicarakan masalah yang dihadapi, siap-siap saja berhitung dengan waktu. Makin lama berbicara makin mahal bayarannya.

Terus apa hubungannya antara psikolog dengan ngobrol? Sangat erat. Sebagai orang yang punya masalah, klien akan diminta untuk menceritakan masalah dan unek-unek yang ada di hati. Nah tugas si psikolog itu mendengarkan segala masalah kliennya. Dengan ngobrol, kita juga bisa berperan seolah-olah sebagai psikolog.

Keluhan dan unek-unek istri, suami, anak, atau teman kita dengarkan dengan penuh perhatian. Meski nggak bisa memberikan jalan keluar, ada yang mau mendengarkan saja sudah membantu mengurangi beban kejiwaan. Dengan mengungkapkan unek-unek sudah membuat hati terasa lebih ringan. Beban di dada juga terasa berkurang. Apalagi kalau kita bisa memberikan jalan keluar dan  terbukti berhasil. Dan itu bisa dilakukan dengan cara ngobrol.

Sudahkah anda menyediakan waktu untuk ngobrol hari ini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline