Lihat ke Halaman Asli

Teko yang Airnya tak Diminum

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403509953269983856

“Teko itu dipakai untuk cuci tangan, bukan untuk minum?” kata seorang tamu kepada kawannya melihat air di teko itu akan dituangkan ke dalam gelas untuk diminum. Teman-temannya yang lain dan saya yang sedang menikmati makan malam di ruang makan base camp saat itu hanya tersenyum-senyum.

Kalau melihat teko pencuci tangan seperti gambar di atas, jadi teringat waktu pertama kali ke Kalimantan Barat. Lima belas tahun yang lalu saya melihat benda itu di rumah makan di terminal Ngabang. Ketika itu bis malam rute Pontianak - Nanga Pinoh yang saya tumpangi singgah di rumah makan Padang setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam.

Para penumpang dan sopir bis berukuran tiga perempat-seperti metro mini di Jakarta-biasanya memanfaatkan waktu singgah untuk makan malam atau sekedar minum kopi atau teh.

Waktu di rumah makan itu, saya heran melihat teko yang di bawahnya ada wadah berbentuk lingkaran dan bagian atasnya berlubang. Pikiran saya waktu itu sama dengan tamu, pasti air putih di dalam teko itu untuk diminum. Di tengah kebingungan gimana menggunakannnya, saya putuskan untuk makan dulu. Ketika sedang menikmati hidangan itulah, saya melihat salah seorang penumpang yang mengangkat teko itu dengan tangan kiri dan mengucurkannya ke tangan kanan di atas wadah berlubang tadi secara perlahan.

Oo… rupanya teko itu airnya digunakan untuk cuci tangan dan bukan untuk diminum. Pantas kok dia menuangkan air di teko dengan tangan kiri dan bukan tangan kanan. Karena kalau kita menuangkan air untuk minum air putih, teh atau kopi biasanya menggunakan tangan kanan. Kecuali kalau seseorang itu kidal atau dia makan nggak pakai sendok.

Biasanya kalau kita makan nggak pakai sendok di restoran, warung kaki lima atau di rumah akan tersedia mangkok kecil berisi air dan sedikit jeruk nipis untuk cuci tangan. Gunanya untuk menghilangkan bau makanan. Di Jawa, mangkok itu biasa disebut wiji’an atau kobo’an. Sekali dipakai untuk cuci tangan, airnya langsung diganti.

Namun di Kalimantan,dibeberapa tempat pengganti wiji’an atau kobo’anuntuk cuci tangan ya teko dan wadah yang berlubang tadi. Inilah satu bukti lagi keragaman budaya di negeri ini. Beda tempat beda pula kebiasaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline