Tokek nggak punya sayap, badannya besar dan berat. Ngengat punya sayap, badannya lebih ringan dan bisa terbang. Teorinya adalah tokek akan susah untuk menangkap ngengat karena perbedaan fisik tersebut.
Pagi tadi, di balik lemari pakaian, seekor tokek mengendap-endap selagi saya asyik membaca novelnya mbak Hanum Rais dan mas Rangga Almahendra. Bulan Terbelah di Langit Amerika. Rupanya dia sedang mengincar ngengat yang sedang hinggap di dinding.
Pelan-pelan dia merayap dan menyergap sang ngengat. Namun gerakannya kalah cepat dengan sang ngengat. Ketika saya reflek menoleh ke kanan, tokek itu dengan sigap kembali bersembunyi di balik lemari. Rupanya dia tahu ada gerakan saya yang sedangmemperhatikan.
Namun tokek itu nggakmudah menyerah. Sang ngengat masih berputar-putar terbang di dekat lemari. Tokek pun merayap kembali keluar dari balik lemari. Mungkin pagi itu dia merasa lapar benar. Sekali gagal, dia coba ulangi lagi. Badannya merayap pelan mendekat sang ngengat, gerakannya siap-sedia. Kemudian diam sejenak dan menghimpun tenaga untuk beraksi.
Dan ketika ngengat itu masih terbang, haaapp… dengan sekali gerakan tokek itu berhasil menyambar sang ngengat. Terus kembali bersembunyi di balik lemari. Kali ini kecepatan terbang dan kemampuan mengelak sang ngengat kalah oleh sergapan badan sang tokek. Dan sang ngengat menerima takdirnya, menjadi santapan tokek di pagi hari.
Pagi ini saya diajari oleh seekor tokek untuk tidak mudah menyerah, mau berusaha mencoba dan harus sigap dalam bertindak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H