Lihat ke Halaman Asli

Yudha Yanesa

mahasiswa

Etika Komunikasi Menurut Aristoteles Menjadi Landasan Penting dalam Berbicara yang Efektif

Diperbarui: 19 Februari 2024   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Etika komunikasi, sebagai prinsip yang mengatur interaksi manusia, memiliki akar dalam pemikiran filosofis kuno, terutama dalam konsep yang dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, telah memberikan kontribusi besar terhadap teori retorika atau seni berbicara secara efektif. 

Dalam pandangan Aristoteles, komunikasi yang baik bukan hanya tentang bagaimana kita menyampaikan pesan, tetapi juga melibatkan etika atau moralitas dalam berkomunikasi.

Menurut Aristoteles, retorika adalah seni berbicara yang melibatkan tiga elemen utama: etos, logos, dan pathos. Etos berkaitan dengan karakter atau moralitas pembicara, logos berkaitan dengan daya tarik atau kecerdasan pesan, sedangkan pathos berkaitan dengan emosi atau perasaan yang dipicu oleh komunikasi. Ketiganya saling terkait dan penting untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

1. Etos: Membangun Karakter yang Dipercaya

Dalam konteks komunikasi, etos merujuk pada moralitas dan karakter pembicara. Aristoteles percaya bahwa untuk menjadi pembicara yang efektif, seseorang harus memiliki etos yang kuat atau karakter yang dipercaya. Ini mencakup kredibilitas, kejujuran, dan moralitas. Sebuah pesan akan lebih efektif jika disampaikan oleh seseorang yang dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya dan memiliki integritas.

2. Logos: Menyampaikan Pesan dengan Logika dan Kecerdasan

Logos berkaitan dengan isi atau substansi pesan yang disampaikan. Aristoteles menekankan pentingnya menyampaikan pesan dengan logika yang baik dan kecerdasan. Pesan yang memiliki dasar logis dan argumentasi yang kuat lebih mungkin diterima oleh pendengar. Oleh karena itu, pembicara perlu memastikan bahwa argumennya rasional dan dapat dipahami oleh khalayak.

3. Pathos: Memahami dan Meresapi Emosi Pendengar

Pathos menyoroti peran emosi dalam komunikasi. Aristoteles mengakui bahwa pesan yang memicu emosi pendengar lebih mungkin membuat dampak yang kuat. Seseorang yang dapat meresapi dan memahami emosi audiensnya memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan meyakinkan mereka. Oleh karena itu, penting bagi pembicara untuk mengenali dan mengelola emosi dalam komunikasi.

Pentingnya Etika Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, etika komunikasi memberikan landasan bagi interaksi yang positif dan saling pengertian. Membangun karakter yang dipercaya, menyampaikan pesan dengan logika, dan memahami emosi pendengar adalah kunci untuk menciptakan komunikasi yang efektif.Dalam era di mana komunikasi memegang peran sentral dalam interaksi sosial, memahami dan mempraktikkan etika komunikasi menjadi semakin penting. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline