Dalam era sepakbola modern, banyak klub rela melego nama stadion kandang mereka demi dana segar atau sponsor. Namun, ada satu klub yang tak tergoyahkan dalam mempertahankan nilai-nilai dan sejarahnya, yakni Real Madrid. Nama stadion legendaris mereka, Santiago Bernabeu, tetap tidak terpengaruh meski dihadapkan pada tawaran fantastis.
Santiago Bernabeu, mantan presiden dan pemain Real Madrid, menjadi sosok kunci dalam kebangkitan klub setelah periode sulit pasca-Perang Spanyol. Ia tidak hanya berhasil membangun kembali Real Madrid tetapi juga menjadi pelopor kebangkitan "Los Galacticos". Bernabeu, seorang pebisnis visioner, mengambil alih posisi presiden pada 1943 dan memimpin Real Madrid hingga ajalnya pada 2 Juni 1978.Stadion Santiago Bernabeu sendiri dibangun di tanah bekas stadion Chamartin dan awalnya dikenal sebagai Nuwave Chamartin. Nama stadion ini sangat sakral bagi penggemar Real Madrid, diambil dari sosok Santiago Bernabeu yang memperkuat klub dan memainkan peran penting sebagai manajer.
Meskipun beberapa kali muncul tawaran menggiurkan untuk mengubah nama stadion, Real Madrid tetap kukuh. Pada tahun 2013, Microsoft mencoba bernegosiasi untuk mengubah nama stadion menjadi "Microsoft Studios Santiago Bernabeu," tetapi tawaran itu ditolak oleh penggemar yang memiliki hubungan emosional dengan nama stadion tersebut.
Pada tahun 2015, perusahaan minyak Abu Dhabi, International Petroleum Investment Company (IPIC), juga mencoba menggoda Real Madrid dengan tawaran renovasi sebesar €500 juta. Meskipun penawaran itu melibatkan perubahan nama menjadi "IPIC Bernabeu," penggemar yang gigih menolaknya.
Tahun 2019 membawa rencana renovasi besar untuk Santiago Bernabeu, tetapi saran dari perusahaan konstruksi FCC Construction untuk mengubah nama juga tak diindahkan oleh klub. Para so kios dan dewan soql Real Madrid tetap menginginkan konservasi nama stadion sebagai bagian dari nilai-nilai dan sejarah klub.Seiring berjalannya waktu, Santiago Bernabeu tetap menjadi nama yang melekat erat dengan Real Madrid. Meskipun tawaran datang dan pergi, para penggemar dan klub tersebut menunjukkan keteguhan dalam mempertahankan identitas mereka di tengah arus modernisasi sepakbola.
