Agribisnis adalah suatu sistem yang dimana fokus utamanya mengedepankan pada pembangunan yang dapat menciptakan suatu perpaduan antara pertanian secara umum dengan pembangunan industri hulu hingga industri hilir juga sektor -- sektor jasa yang terdapat didalamnya (saragih, 2001). Agribisnis disini sangatlah diperlukan dinegara Indonesia, karena hampir seluruh masyarakat Indonesia ikut berkecimpung dalam sektor pertanian. Oleh sebab inilah sistem agribisnis lahir. Agribisnis membantu dalam menajemen sumber daya pertanian, mulai dari penyediaan input pertanian hingga pendistribusian hasil dari pertanian, juga agribisnis selalu berkaitan dengan hal pengorganisasian dari beragamnya sumber daya, dalam suatu jalur yang dibentuk dengan efisien dan ringkas.
Dalam mencapai suatu keefisienan ini pastinya dibutuhkannya strategi yang dapat mengembangkan sistem agribisnis. Strategi dalam agribisnis sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu strategi secara horizontal dan secara vertikal. Secara horizontal berarti strategi yang digunakan adalah strategi yang berkenaan dengan adanya lembaga -- lembaga yang menaungi sistem agribisnis komoditas tertentu ini, sedangkan secara vertikal berarti strategi yang digunakan adalah strategi yang berkenaan dengan hal yang terdapat dalam sistem agribisnis komoditas tertentu ini, mulai dari sistem hulu hingga sistem hilir, juga sub sistem pendukungnya.
Salah satu dari banyaknya komoditas di Indonesia yang banyak diminati dan membutuhkan strategi pengembangan adalah komoditas sapi potong. Laju permintaan dari komoditas ini terus meningkat dengan bertambahnya jumlah dari penduduk di Indonesia. Permasalahannya ialah Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan daging yang tinggi untuk para konsumennya, sehingga masih saja pemerintah harus impor daging sapi dari luar.
Perkembangan Dari Komoditas Sapi Potong Di Indonesia
- Komoditas sapi potong merupakan suatu komponen yang bisa dibilang dapat menyokong hidupnya masyarakat Indonesia, karena sumber daging yang diminati di Indonesia adalah daging dari sapi. Oleh karena itu, permintaan dari daging sapi potong ini terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk yang terdapat di Indonesia.
- Sedangkan laju pertumbuhan dari populasi sapi di Indonesia menurut data sekunder yang tersedia dalam 30 tahun terakhir hanya 1,44 persen (Statistik Peternakan 2003). Jika dilihat dari persentasenya dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan tersebut sangatlah lambat, bahkan beberapa wilayah ada yang mengalami penurunan produksi.
- Sekitar 11 juta ekor sapi tersebar dalam 30 provinsi yang terdapat di Indonesia. Sebarannya sendiri untuk pulau jawa khususnya jawa tengah dan jawa timur merupakan sebaran tertinggi yaitu sekitar 54 persen, untuk kawasan Nusa Tenggara yaitu NTT, NTB juga bali memiliki sebaran sapi potong sebesar 14 persen, kawasan Sumatera sebesar 15 persen dan sisanya berada di kawasan Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya bagian selatan yakni sekitar 12 persen.
- Dari data ini seharusnya pemerintah dapat mengkonsentrasikan seluruh pembinaan pada wilayah yang memiliki persentase tinggi tersebut, agar wilayah tersebut dapat menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan populasi ternak sapi potong. Dengan perkembangan terpusat ini diharapkan wilayah ini mampu mendongkrak pertumbuhan produksi daging sapi potong yang dipergunakan untuk mengimbangi laju pertumbuhan permintaan yang relatif tinggi yaitu 4,7 persen per tahunnya.
Selain dengan pertumbuhan sapi potong yang dapat difokuskan, sistem pemasaran harus lah efisien agar ikut membantu dalam proses pengembangan ini. Sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila dapat memberikan suatu balas jasa yang setara kepada semua komponen atau pelaku yang terlibat dalam proses pemasaran ini yaitu peternak sebagai produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir. Hal tersebut menyebabkan besarnya biaya margin pemasaran yang tinggi, sehingga perlu bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang Lembaga pemasaran yang terlibat mempengaruhi harga yang akan diterima olehpetani. Semakin panjang saluran pemasaranmaka semakin rendah harga yang diterima oleh petani (Dewi, et al, 2017).
Dalam proses suatu pengembangan pastinya akan dibutuhkan strategi yang cocok untuk diterapkan di suatu wilayah tertentu. Strategi ini dipakai agar pengembangan dapat terjadi dengan lebih efisien. Dengan adanya strategi vertikal juga akan menyebabkan komponen yang ada di dalam sistem agribisnis akan lebih baik dan terarah.
Pada komoditas sapi potong sendiri, strategi dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produktivitas juga kualitas dan kuantitas dari sapi potong yang diternakan. Seperti yang disebutkan tadi bahwa disetiap wilayah pastinya memiliki strategi yang beragam dalam proses pengembangan ini.
Di wilayah Bondowoso sendiri, hasil dari adanya analisis SWOT diperoleh lima alternatif strategi yaitu :
- Integrasi antar subsistem agribisnis
- Penambahan populasi sapi potong
- Penguatan kelembagaan peternak
- Pelatihan peternak akan hal manajemen dan pemanfaatan teknologi tepat guna
- Serta peningkatan kuantitas dan kualitas produksi.
Diantara ke lima strategi tersebut, terdapat empat strategi vertikal, namun semua strategi tersebut ada untuk saling melengkapi dimana prioritas utamanya terletak pada integrasi antar subsistem agribisnis yang dilanjutkan pada penambahan populasi sapi potong dan seterusnya. Juga pengembangan usaha di sektor jasa pendukung di agribisnis sapi potong di maksudkan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha -- usaha agribisnis sapi potong mulai dari subsistem hulu, subsistem on farm hingga subsistem hilir. Sektor jasa pendukung dapat dilakukan dengan membentuk kerja sama antara peternak dengan penyuluh juga lembaga permodalan.
Referensi
Agustin, maulinda. Dan Mardiyah hayati. (2020). pemasaran sapi potong di desa Lobuk Kabupaten Sumenep.Jurnal sosial ekonomi dan kebijakan pertanian 4(1).