Pada hari Minggu pagi yang sejuk, tepatnya tanggal 15 Desember 2024, saya sedang duduk di teras depan rumah sambil menikmati secangkir kopi dan cemilan ubi goreng buatan ibu. Sambil menikmati sejuknya udara pagi, saya membuka portal berita Liputan6.com di gadget pribadi saya, dan saya menemukan berita yang buat saya semangat dan kagum yaitu 'Para Anak-Anak Papua yang Semangat Belajar setelah Uji Coba Makanan Gratis Bergizi'.
Pagi itu, suasana jantung Papua Selatan, tepatnya di aula sederhana yang berada di Merauke, Papua Selatan, terasa hidup. Anak-anak berbaris rapi, menunggu giliran untuk mendapatkan makanan bergizi yang telah disiapkan dengan penuh cinta oleh para ibu di kampung mereka. Menu hari itu sederhana tapi istimewa: nasi putih hangat, ikan lele goreng, tumis kangkung, dan sepotong buah segar.
Kegiatan ini adalah bagian dari Program Makan Bergizi Gratis, sebuah inisiatif luar biasa yang diinisiasi oleh Kitong Bisa Foundation (KBF) Indonesia sejak Juli 2024. Yayasan ini menjalankan Program Makan Gizi Gratis ini bertujuan memberikan makanan sehat kepada sekitar 80 anak per pertemuan, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Program ini memberikan mereka makanan bergizi dengan menu lengkap yang memenuhi standar gizi, seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 14.000 per porsi.
KBF Indonesia yang bekerja sama dengan Indonesia Food Security Review (IFSR), sebuah lembaga yang telah lama berperan dalam melakukan studi mengenai pelaksanaan program-program kebijakan pemerintah, termasuk Program Makan Bergizi Gratis. Sejak Juli 2024, keduanya memulai uji coba untuk membantu anak-anak yang aktif dalam program literasi di KBF Indonesia.
"Menu yang telah kami sediakan mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFSR, yang mencakup beras, telur, ikan lele, sayur kacang, dan kangkung sebagai makanan minimum. Beberapa kali kami juga memberikan susu dan buah sebagai pendamping makanan," ujar Risa Maulegi, Manager Program Uji Coba Makan Bergizi Gratis, seperti dikutip dari Liputan6.com.
Salah satu aspek menarik dari program ini adalah pemberdayaan masyarakat lokal. Selain membantu anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup, program ini juga menggerakkan roda ekonomi lokal. Bahan makanan seperti sayur-mayur dan ikan diperoleh dari petani dan nelayan setempat. Sementara itu, ibu-ibu dan orang tua siswa turut dilibatkan dalam proses memasak dan pengelolaan anggaran. Dengan biaya hanya Rp. 10.000 hingga Rp. 14.000 per porsi, program tidak hanya membantu mengurangi biaya makanan, tetapi juga mendukung ekonomi lokal, membuat biaya per porsi makanan menjadi sangat murah. Dan juga program ini menunjukkan bahwa kebaikan bisa diwujudkan dengan cara sederhana namun berdampak besar.
Makanan Bergizi, Motivasi Belajar Meningkat
Di sela-sela waktu makan, para anak-anak ini juga mengikuti program belajar baca tulis yang bertujuan untuk mengurangi angka buta huruf di kalangan anak-anak Papua, yang diukur dari peningkatan angka literasi. Program ini merupakan kolaborasi KBF Indonesia dengan Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua.
Dalam wawancara bersama Liputan6.com, Ayu, salah satu peserta program, membagikan pengalamannya dengan penuh semangat. "Dulu saya malas ke sekolah karena lapar. Tapi sekarang, saya suka belajar. Saya sudah bisa membaca buku cerita sendiri!" ujar Ayu, dengan senyum lebar yang mencerminkan antusiasmenya.
Hasil program ini memang sangat positif dan luar biasa. Dalam waktu tiga bulan, angka literasi peserta meningkat hingga 33%. Anak-anak yang sebelumnya enggan belajar kini lebih rajin dan antusias, berkat dukungan nutrisi yang mereka dapatkan.