Lihat ke Halaman Asli

Wira Sarwa Yudha

Freelance Writer

Kebaya dalam Sudut Pandang Kebudayaan dan Agama: Membuka Dialog Harmoni atau Konflik?

Diperbarui: 31 Juli 2023   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.pinterest.com/pin/279575089361244767/

Kebaya adalah pakaian adat yang dikenakan oleh wanita Jawa dan Bali. Kebaya telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dan kebanggaan bagi banyak wanita di negara ini. Namun, belakangan ini, terdapat pernyataan kontroversial yang menyatakan bahwa Kebaya adalah pakaian yang tidak senonoh karena didesain press body pada tubuh wanita yang mengenakannya. Dalam tulisan ini, kami ingin membela dan menggugah kesadaran akan keindahan dan keanggunan Kebaya sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya dan tradisi Indonesia.

Sebelumnya, izinkan saya mengatakan bahwa oknum-oknum itu SANGAT KURANG AJAR. Sebab, orang Indonesia TULEN itu beradab, beretika, dan berbudaya. Di tanah Jawa dan Bali, lelakinya tidak jelalatan seperti, maaf, lelaki di tanah sebelah. Wanita Nusantara pun tidak murahan. Mereka membuat dan memakai Kebaya bukan untuk, maaf, menjual diri. Kebaya merupakan simbol keindahan dan keanggunan bagi wanita Indonesia, sehingga WAJIB dikenakan dalam acara adat, upacara, dan acara besar dan sakral lainnya.

https://id.pinterest.com/pin/281543719568492/

Penggunaan Kebaya menunjukkan rasa hormat terhadap leluhur dan tradisi nenek moyang. Hal ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga akar budaya dan meneruskan warisan luhur kepada generasi mendatang. Sebab, leluhur bangsa Indonesia BUKAN orang yang bodoh, hina, dan tercela seperti leluhur bangsa lain. Leluhur bangsa Indonesia adalah orang yang Adiluhung dan bermoral. Buktinya, ketika leluhur bangsa Eropa masih dalam abad Kegelapan dan leluhur bangsa Arab masih dalam masa Jahiliyah, leluhur bangsa Indonesia sudah membangun peradaban yang maju, dinamis, dan harmonis dengan keberadaan Candi Borobudur dan Kerajaan Majapahit yang masyhur dan terpandang sampai negeri seberang. Itu pun baru dua dari ratusan contoh lainnya.

Kembali ke Kebaya, pakaian ini telah ada sejak berabad-abad lalu dan diakui sebagai pakaian yang sangat anggun ELEGAN. Dipakai dengan penuh sopan santun dan estetika, Kebaya mencerminkan keanggunan dan daya tarik perempuan Indonesia. Bahkan, di tingkat internasional, Kebaya telah mengenalkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya dan pakaian tradisional yang memukau. Banyak wanita Indonesia, termasuk tokoh-tokoh publik, sering mengenakan Kebaya dalam acara resmi, menunjukkan kebanggaan terhadap budaya dan tradisi mereka.

Sungguh sangat disayangkan ketika pakaian yang berakar pada budaya dan tradisi leluhur ini dituduh sebagai pakaian yang tidak senonoh. Tudingan semacam itu mengabaikan fakta bahwa Kebaya sebenarnya adalah pakaian yang SOPAN dan memiliki ETIKA berpakaian yang tinggi. Pemilihan kain yang berkualitas dan potongan yang menutupi bagian tubuh yang seharusnya tertutup menunjukkan kesopanan dan penghormatan terhadap norma sosial dan budaya.

Di balik desain Kebaya yang indah nan anggun itu juga terdapat pesan moral dan spiritual dalam budaya Indonesia. Pertama, potongan Kebaya yang mengikuti bentuk tubuh pemakainya melambangkan seorang wanita harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Kedua, jarik ketat yang membuat sulit bergerak melambangkan seorang perempuan harus lembut dalam bertindak, juga bertutur kata. Ketiga, ikat pinggang yang panjang melambangkan seorang perempuan haruslah memiliki sifat penyabar.

https://id.pinterest.com/pin/640355640803658169/

Secara keseluruhan, Kebaya melambangkan bahwa perempuan harus menjaga kelakuannya agar tidak mempermalukan keluarga dan suami, juga harus menjadi teladan bagi putra-putrinya. Filosofi itu tercipta karena mata orang Jawa memandang perempuan sebagai sosok berharga yang harus dihormati, dicintai, dan dilindungi. 

Dalam menyikapi pandangan Kebaya sebagai baju haram, penting bagi masyarakat untuk menghargai pluralitas dan mempromosikan dialog terbuka antara berbagai kelompok. Pemerintah, lembaga keagamaan, dan tokoh masyarakat juga dapat berperan dalam mendukung pemahaman yang inklusif dan menghormati hak setiap individu untuk memilih pakaian sesuai keyakinan dan budaya mereka, selama itu tidak merugikan orang lain atau melanggar hukum yang berlaku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline