Baru-baru ini viral kasus pelecehan seksual "Fetish Kain Jarik" di berbagai media sosial. Pengakuan seorang mahasiswa yang menjadi korban pelecehan seksual oleh kakak seniornya membuat geger warganet belakangan ini, bahkan memancing pengakuan dari puluhan korban yang sudah dilecehkan. Perilaku kepuasan seks ini memang tidak lazim, sehingga korban tidak menyadarinya.
Apa itu Fetish?
Fetish (Fetishism) berasal dari kata feitico dalam bahasa Portugis yang artinya "daya tarik berlebihan" terhadap benda mati atau bagian tubuh yang tidak berhubungan dengan alat kelamin. Fetish terhadap objek tertentu bisa dikatakan wajar jika ada batasannya. Namun jika udah kelewatan bisa dikatakan gangguan fetishism.
Sebutan gangguan fetishism jika dengan kondisi seperti mengganggu fungsi sosial (mencuri atau merugikan orang lain), mengganggu fungsi seksual (tidak terangsang jika tidak ada objeknya) dan sangat stres jika hasratnya tidak dilampiaskan.
Gangguan Fetishism ini sudah termasuk kelainan seksual yang puas dengan mengagumi objek secara berlebihan, misalnya bagian tubuh (kaki, tangan) atau objek mati.
Bagi mereka objek yang dilihat sebagai objek yang seksi dan menarik sehingga ada keinginan masturbasi dan orgasme untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Biasanya mereka mengajak korban untuk memegang, melihat atau memfoto dengan objek yang menurut mereka memiliki kegairahan tersendiri.
Fetish objek mati tidak hanya berupa kain jarik tapi bisa juga pakaian dalam, kaus kaki, sepatu, patung, batu, mayat atau benda lainnya. Namun, kain jarik memiliki keunikan dengan berbagai motif batik dengan paduan warna yang kalem. Kain jarik biasanya digunakan oleh ibu-ibu di rumah, saat lahiran, menggendong bayi, bahkan untuk menyelimuti jenazah.
Tahun 2017 yang lalu sempat dihebohkan di media sosial terkait "fetish kain jarik" di mana sasarannya adalah ibu-ibu. Mereka berpura-pura hendak membeli kain jarik dan meminta pedagang ibu-ibu ini untuk mengenakan kain jarik dan memfoto dengan gaya tertentu.
Kenali Gejala Fetishism
Selama periode minimal 6 bulan, muncul fantasi, gairah seksual berlebihan terhadap benda mati atau bagian tubuh yang bukan alat kelamin. Gangguan fetishism bisa menyebabkan stress, gangguan sosial dan berpikir bahkan cara bergaul dengan orang lain.
Penanganan Fetishism
Penyembuhan fetishism bisa dilakukan dengan melawan keinginan terhadap objeknya secara konsisten dan waktu yang panjang. Pendekatan terapi dimulai dari Terapi Perilaku Kognitif (CBT), hipnosis dan psikoanalisis. Beberapa penelitian menunjukkan terapi CBT sangat efektif mengobati orang dengan gangguan perilaku seksual.
Terapi ini membantu menemukan penyebab dan perilaku fetishism, serta mengajarkan orang tersebut bisa mengatur hasrat seksual dengan cara yang adaptif. Secara bertahap akan menumpulkan respons terhadap objek yang menyebabkan rangsangan seksual. Selain itu, pengobatan oleh psikiater diperlukan semacam obat anti depresan.