Lihat ke Halaman Asli

Yuda Muhamad Hardiansyah

Penulis ugal-ugalan

MRT, Solusi Bangsa Naik Kelas

Diperbarui: 11 November 2019   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.mckinsey.com

Semula pembagungan MRT (Moda Raya Transportasi/Mass Rapid Transit Jakarta) hanya merupakan mimpi belaka. Sebenarnya ide untuk pembangunan dari MRT sudah ada sejak pada abad ke 20 atau pada tahun 1985 yang pada saat itu digagas oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang dipimpin oleh BJ Habibie. 

Hasil kajian saat itu mengatakan bahwa ruas jalan di Jakarta tidak akan mampu mengakomodir kendaraan, karena peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, walaupun populasi di Jakarta kala itu tidak meningkat, berbanding terbalik dengan kota satelit disekitarnya yang terus meninggkat.

Pada akhirnya proyek MRT kala itu berada di bawah presiden Soeharto digagas, tepatnya pada tahun 1996. Naas karena tertimpa krisis  ekonomi pada tahun 1997 dan 1998, proyek ini gagal untuk dibangun. 

Kenaikan Kelas bangsa Indonesia pada akhirnya harus tertunda, Problematika yang tersirat melalui perhitungan untung dan rugi menjadi akar penyebab yang disisi lain kemacetan di Jakarta cukup membuat kerugian bahkan hingga triliunan rupiah per hari yang disebabkan oleh perlambatan mobilitas masyarakatnya pada saat ini.

Mati suri MRT yang dialami pada akhirnya menggapai mimpi tertunda setelah 34 tahun lamanya. Transportasi ini yang diharapkan ada sejak dulu, akhirnya hadir untuk mendorong perekonomian masyarakat dalam berbagai sektor saat ini. Tidak ada kata terlambat, selama fungsi dan kebutuhannya sebagai jawaban atas segala permasalahan yang telah diprediksi oleh BPPT di masa lampau, tentu pada akhirnya jawaban yang muncul tetap sama yaitu kebutuhan transportasi masal publik seperti layaknya MRT  

Transportasi masal modern dengan berbagai keunggulan memang sangat dibutuhkan pada tingkat populasi dengan kepadatan tertinggi di negeri ini. Pereduksi padatnya intensitas perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dibutuhkan terutama dengan era globalisasi yang sedang kita alami sehingga percepatan selalu dituntut dalam suatu tindakannya. MRT yang dibangun melalui lahan sebidang dan tidak melintasi kepadatan jalan ibu kota menjadi keunggulan lainnya dibanding dengan Kereta Rel Listrik (KRL) meskipun keduanya sama-sama dapat mengangkut jumlah penumpang yang cukup banyak.  

Kebangkitan infrastruktur MRT yang memiliki keuntungan selain dari pada pengurai kemacetan diantaranya adalah hemat energi, penggunaan ruang, memiliki tingkat keselamatan tinggi, kenyamanan bagi masyarakat dan tentunya ramah lingkungan, hal ini tentu beriringan dengan solusi isu lingkungan yaitu tingginya tingkat pencemaran udara di Jakarta secara global. Dengan keuntungan yang signifikan memang sudah seharusnya transportasi ini ada untuk mengatasi problematika yang menghiasi ibu kota negeri ini.

Kenaikan kelas bangsa tentu harus diiringi dengan pemikiran masyarakatnya, kesadaran akan berbagai masalah yang timbul secara sosial harus diatasi dengan gotong royong. Pemerintah sebagai penyedia sarana publik  mengharapkan kesadaran masyarakatnya, dengan hadirnya MRT yang diharapkan  pemanfaatannya untuk masyarakat yang tentu dipergunakan secara maksimal. Selain dari pada penggunaannya, MRT pada visualnya lebih dianggap modern dibandingkan dengan transportasi lainnya.

Pandangan bangsa lain terhadap transportasi seperti halnya MRT nyatanya cukup untuk membuat bangsa ini naik kelas, yang diharapkan tentu kesediaan transportasi ini untuk dapat hadir di kota-kota besar lainnya yang jumlah populasinya cukup besar. Selain pada inti masalah mengatasi kemacetan, pada sisi lainnya MRT juga mampu mendorong perekonomian dan juga pariwisata melalui keberagaman transportasi yang telah ada tersedia. Konektivitas MRT terhadap  kebutuhan publik memang terus berlangsung, dorongan oleh pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat sehingga tentu menjadi daya tarik yang luar biasa dalam negeri maupun luar negeri selain dari pada penunjang terhadap percepatan yang dialami secara global dan yang paling penting adalah manfaatnya bagi masyarakat luas.    

Melalui lembaga pemerintah,  mengatasi permasalahan dari pada transportasi yang hadir di Indonesia sudah menjadi tugas wajib. Sehingga pada prakteknya di lapangan, lembaga pembantu Presiden melalui Kementrian Perhubungan beserta jajaran dibawahnya seperti Dinas Perhubungan yang lingkupnya jauh lebih kecil mewakili setiap daerah harus dapat bekerjasama dan  menjawab permasalahan yang ada dengan solusi yang terkomposisi tepat dengan pusat. Transportasi yang merupakan salah satu vital pembangunan perekonomian masyarakat secara langsung turut membangunan sektor pariwisata antara lain dengan ketersediaan dan juga kenyamanan transportasi publik. Dengan berkembang zaman secara digital, sebagai contoh sarana komunikasi informasi melalui @kemenhub151 di sosial media instagram, menjadi sarana konsolidasi informasi dari kementrian perhubungan sebagai pusatnya sehingga perbaikan segala lini pada daerah dan juga masyarakat dapat tersampaikan serta teratasi sehinga dengan transportasi yang unggul maka dapat memajukan bangsa Indonesia pada bidang perekonomian dan pariwisata melalui transportasi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline