Lihat ke Halaman Asli

Yuda Y. Putra

Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Merdeka Setengah Tiang

Diperbarui: 16 Agustus 2021   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mari kita rayakan kemerdekaan kita dengan sabar, tahun ini ya, tahun ini adalah tahun duka. Banyak sanak saudara, tetangga, teman dan banyak lagi kenalan kita juga diri kita sendiri menderita seacara ekonomi sampai psikologis. Tetapi, untuk dapat berduka, menangis dan meratap, tanpa merdeka itu tak bisa, susah.

Tanpa merdeka, kita tak bisa bikin wacana kencian, mengkritik serta mencaci kinerja pemerintah yang kurang sopan. Tetapi, sebagai rakyat yang nerimi ing pandum, legowo bertata Krama, apalagi yang lengkap dengan; beragama, yang tidak mendiskriminasi perbedaan, berusaha berkontribusi untuk negara dengan tidak melanggar aturan ppkmb mau repot-repot dengan aturan mau bayar pajak dan tidak pindah negara, yang mau bermusyawarah mau melakukan pemilu tahun lalu tidak menerima uang 50.000 rupiah untuk nyoblos.

Dan, pribadi yang menjunjung keadilan tinggi bahkan yang sampai 'adil dalam pikiran,' rakyat perfect kayak gini, tentu aja 100% tidak akan mau melakukan aksi yang merugikanm apalagi menghina semua keputusan bijak dewan bijak dan pemangku kekuasaan. Toh mereka semua tentu penguasa perfect untuk negeri perfect ini. Kita sebagai rakyat yang baik, ya baiknya, tidak ngapa-ngapain. 

Kita sudah meredeka, puluhan tahun lalu, sudah lama. Cuman tahun ini saja lagi berduka, memang sih, di tahun yang duka ini, penguasa gak begitu berduka, ya gak semua penguasa, soalnya penguasa dinnegeri demokrasi banyak pula, namanya juga negara. 

Kalau di jelaskan spesifik bagaimna negara berjalan dan kekuasaan mengendalikan negara kan rumit, rakyat yang perfect mana tahan yang begituan, otaknya bakal over load nanti. Namanya juga rakyat perfect. 

Rakyat rakyat yang melata, besok kita dengan bangga memasang bendera depan rumah, yah, walau dengan muka muram, banyak uang kurang makan soalnya. Ppkmb, susah cari uang, 'tapi kan ada bansos?' 'kurang bos, bos' 'ya, nanti tak tambah,' 'walah bos, bos, percuma dapat bansos, tapi gak bisa kulakukan, gak laku sosis bakar saya, gak bisa jualan kita, baru bukak sudah raib KTP, besoknya ambil di kantor satpol PP, kenak seratus,' 'loh bansosnya kan 800 rebu, masih banyak itu,' 'ya kalau KTP aja, rombong saya ikut di bawa.' 

Tapi ya gak semua razia kayak gitu, paling-paling ppkmb aturannya cuman pengalihan jalan, itu suruh orang-orang muter-muter sedikit biar sehat, sama biar Pertamaxnya agaknlaku, pertalite di jatah pengeiriman, kasian pertamax, marketingnya tidak dapat omset, biarlah di jual itu. 

Kita semua boleh mengeluh, semua itu menimbulkan keluhan, tapi kritik tak boleh, nanti di bilang menghina, susah memang jadi rakyat perfect, susah. Apalagi kemarin ada itu kepala universitas, ada ngerangkap jadi komisaris entah apa, yang katanya itu melanggar aturan, katanya Lo, ini kan cuman hoax, lagi pula aturannya kan bilang itu sah sah Saja. 

Tapi kan hoax, kita sebagai rakyat yang perfect, mana tahu lah urusan penguasa, namanya juga rakyat ya kan? Bansos saja taunya. Bansos, bansos itu loh, butuh lah kita-kita dapat uang kaget, insentif, tapi entah nanti BPJS itu di bayar atau tidak. Masalahnya, diagnosis penyakit sekarang, cuman kenal positif dan negatif, sudah seperti test pen kehamilan saja. 

Bukan apa, kalau bukan positif negatif, tidak bisa itu BPJS cair uangnya, soalnya penyakit di dunia ini, sekarang tinggal satu saja, gak ada yang lain, kekurangan penyakit kita, penyakit sudah langkah, selangka komisaris, kurang orang pinter, yang jadi cuman itu itu saja, pernah masuk penjara boleh, punya jabatan lagi oke, hrdnya sudah bingung ngerekut orang, Orang pinter sekarang susah di cari soalnya. 

Merdeka! Mari kita rayakan, mari kita renungkan, mari kita pasang bendera depan rumah. Tiangnya beli yang bagus, tapi kalau masih punya yang bagus tidak perlu beli, pakai yang lama, hemat, sedang krisis kita, jangan beli baru karena takut gengsi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline