Lihat ke Halaman Asli

Yuda Y. Putra

Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Kucium Kau dengan Pembenaran yang Sah!

Diperbarui: 3 Desember 2016   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rintik air hujan membasahi pipi, rasailah belaiannya, betapa dingin dan sejuk rintik hujan dipenghujung musim, dua musim silih berganti di tanah yang tak lagi punya biaya. Bukan biaya tapi juga bukan sesuatu yang penting kurasa, begitupun seluruh makhluk yang dihatinya ada ‘kepentingan’ didalamnya, walau, di tanah ini semua kukira tak ada yang mementingkan sesuatu.

Seekor rubah menertawai manusia karena tingkahnya memperolok dirinya sendiri, begitupun si kambing dan kambing hitam, bagi mereka manusia tak lebiih dari makhluk yang seenaknya menamai mereka dan memberikan temannya julukan dengan nama mahluk yang dinaminya.

Hutan hujan diihat dari curah hujan, tapi hutan hujan tak lagi disebut hutan hujan kalau dimusim panas, semua orang akan merasa kalau itu adalah pernyataan yang salah.

Hentikan omong kosong berkta kalau musim ada dua, atau empat, tapi mengapa yang terbanyak empat, da yang paling sedikit dua, dan lagi kenapa kalau banyak pakek ‘ter-’ sedangkan kalau sedikit pakek ‘paling-‘ ah sudahlah berpikir semacam itu tak ada gunanya.

Seorang lelaki dan perempuan berdiri menatap awan, merasakan rintik hujan dipenghujung musim, entah bagaimana mereka menikmati hari-hari sepi sendirian ditengah tengah ladang manusia, ladang yang bibitnya manusia dan ditumbuhi manusia.

“apakah itu benar?” tanya si perempuan pada si lelaki.

“apa yang benar?” jawab si lelaki yang keherana dengan pertanyaan si perempuan yang tiba-tiba.

“itu, kalau perempuan dipasangkan dengan laki-laki.”

“apa maksudmu? Bukankah sudah jelas, semua yang diciptakan berpasangan,” jawab si lelaki  sekenanya,

Si perempuan merasa tak puas dengan jawaban si lelaki, ia pun merenunginya lagi, terdiam beberapa detik, ia berkata seolah ditujukan untuk segalanya yang ada disana, “kalau perempuan dengan lelaki adalah pasangan, lalu dengan wanita dan pria, bukankah itu sama saja?”

“oh, itu,” kemudian memalingkan wajahnya, mengadah lagi dan menikmati hujan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline