Lihat ke Halaman Asli

Yudha Bantono

TERVERIFIKASI

Pembaca peristiwa

Unity in Diversity Pameran Layang-layang dalam Ruang Galeri

Diperbarui: 8 Agustus 2017   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto koleksi Sanur International Kite Festival

Sanur International Kite Festival adalah salah satu program dari BritAma Sanur Village Festival yang memadukan seni, aerodinamika, budaya, termasuk filosofi, sejarah dan imaji inovatif. Program yang dirancang bersamaan dengan datangnya musim layang-layang tahunan dan agenda BritAma Sanur Village Festival, menjadikan event ini menyatu antara alam dan agenda perayaan masyarakat Sanur.

Sanur dikenal sebagai desa terkemuka dalam dunia layang-layang. Layangan tradisional dan kontemporer yang menggunakan beragam bahan, dari bentuk baku sampai terbaru serta mengekplorasi isu-isu kekinian, baik dalam tradisi budaya sampai kehidupan masa kini. Namun yang tak kalah menggugah adalah penerjemahan tema BritAma Sanur Village Festival 2017 "Bhinneka Tunggal Ika" akan diterbangkan ke angkasa raya. Lebih dalam lagi kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular sebagai dasar pijakan Bhinneka Tunggal Ika menjadi kerangka yang mewadahi festival yang dibandrol dalam Unity in Diversity.

foto koleksi Sanur International Kite Festival

Tampaknya festival layang-layang BritAma SVF telah melangkah pada fase gemilang; dengan diselenggarakannya Festival Layang-layang Internasional, pameran indoor di Sudakara Artspace, Sudamala Resort & Villas Sanur juga diadakannya workshop, pemutaran film dokumenter, terbang malam dengan pagelaran wayang Sutasoma, kompetisi layang-layang dari tingkat anak-anak sampai dewasa, serta seminar dialog budaya maupun dialog oleh sesama peserta nasional maupun internasional.

Bila mengikuti perkembangan SVF, tampilan layang-layang memang selalu mengalami perubahan. Kerja kreatif para kreator baik lokal, nasional maupun internasional selalu memberikan ciri khas sesuai tema-tema yang diangkat SVF. Layang-layang tradisional baik khas Sanur maupun pada umumnya seperti Bebean, Pucukan, dan Janggan tetap dipamerkan maupun dikompetisikan, termasuk karya inovatif dan kontemporer. 

Sedangkan layang-layang para peserta nasional tahun ini lebih disuguhkan pada figur-figur tokoh wayang kulit sebagai upaya mempertajam bahasa visualnya. Bima, Kresna, Hanoman, Gatot Kaca, Dasamuka dan lainnya sampai punakawan seperti Semar, disuguhkan sebagai penghormatan tradisi budaya luhur yang berbicara secara universal.

Figur wayang tidak lagi terkesan memiliki jarak seperti pada kelir, karena komposisi secara visual cenderung mengikuti ruang aerodinamis yang simetris, serta tampil dengan komposisi yang lebih bebas pada langit biru. Layang-layang ini memang mengolah figur-figur wayang, tapi karena langit sebagai kelir dengan jarak pandang yang cukup jauh, maka ukuran wayang telah berubah dari pakem sebenarnya.

foto koleksi Sanur International Kite Festival

Kehadiran layang-layang dalam pameran di Sudakara Artspace merupakan upaya menghadirkan kembali memori kultural dengan prinsip keseimbangan yang merupakan salah satu ciri budaya luhur kita. Wayang kulit sebagai bentuk penerjemahan budaya luhur yang memiliki kedalaman tentang hakikat kehidupan, diangkat kembali dalam memaknai kekuatan itu, selanjutnya menjadi bagian inspirasi dalam melihat banyak aspek realita saat ini. Terlepas dari itu, hadirnya layang-layang peserta Bali yang memiliki identitas budaya Bali yang kuat, memandakan bahwa layang-layang memang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakatnya.

Sedangkan bagi peserta internasional, melalui pameran ini seperti memperlihatkan adanya kebersamaan sebagai masyarakat layang-layang dunia. Pameran ini sekaligus meletakkan event BritAma Sanur International Kite Festival jadi makin berbobot. Pameran juga merupakan perjalanan bagi para peserta international menuju salah satu tanah layang-layang di Bali, yakni Sanur. Bahkan lebih dari itu perjalanan ini dipastikan akan semakin memperkokoh sikap kebersamaan dalam perbedaan. Rasa kebersamaan itu sering kali dirasakan oleh para peserta yang telah hadir beberapa kali dalam event SVF, dan yakin pula bagi peserta yang baru hadir.

Kadek Armika, seorang master layang-layang internasional asal Sanur yang telah bergaul dalam berbagai proyek layang-layang dunia, mengatakan khusus menimbang tema besar BritAma Sanur Village Festival "Bhinneka Tunggal Ika", setidaknya banyak mengilhami cara pandang maupun potensi artistik bahwa layang-layang juga mampu memberikan pesan bagi khlayak luas. Hakikat Bhinneka Tunggal Ika akan terlihat dari peserta yang berbeda-beda dari berbagai pelosok, baik daerah, suku, agama dan kepercayaan, dan lebih-lebih peserta international. Inilah bukti bahwa layang-layang mampu berbicara secara universal yang tidak hanya pada tataran estetika visual.

Melalui pameran dalam ruang galeri yang dibuka 7 Agustus 2017 selama sebulan, layang-layang menemukan tempat untuk dibahas maupun diperkaya apresiasinya secara lebih dan luas. Seluruh karya layang-layang yang dipamerkan dengan paparan visual yang estetis biasa dilihat benar-benar bersandar pada konsep yang berdialog dengan kebudayaan, pengetahuan, rasa hormat dan simpati pada kesatuan dalam keberagaman (Unity in Diversity).

Berbicara hal yang lebih dari pameran kali ini, layang-layang yang dipamerkan terlebih dahulu mengikuti pameran di angkasa lepas dan terbang malam secara kolosal, lengkap dalam formasi pementasan layang-layang wayang udara dengan dalang serta gambelan yang mengiringi. Melengkapi pagelaran yang spektakuler ini pembacaan kakawin maupun alur cerita Sutasoma sesuai narasi dihadirkan secara bersama, termasuk pencahayaan untuk mendukung performance yang spektakuler.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline