Lihat ke Halaman Asli

Ketika Lansia Mengalami Patah Tulang, Jangan Abaikan 3 Hal Ini!

Diperbarui: 27 Oktober 2021   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patah Tulang pada Lansia | Ilustrasi gambar dari sains.kompas.com

Lansia memang rentan mengalami patah tulang, karena kondisi tulangnya memang kebanyakan sudah rapuh dan keropos. Jadi terbentur sedikit saja  bisa menimbulkan risiko patah tulang.

Apalagi lansia rawan mengalami "kecelakaan"seperti terbentur, oleng saat berdiri lalu jatuh, terpeleset dan kecelakan-kecelakaan yang lain. Dari yang ringan sampai berat. Dari yang ada penyebabnya, sampai tidak sengaja.

Begitu juga yang terjadi pada ibu saya beberapa bulan yang lalu. Mendadak jatuh pada saat berjalan pelan dari kamar mandi ke ruang tengah.

Saya tidak tahu seberapa keras jatuhnya, tapi menurut kakak saya yang menjadi saksi mata waktu itu, jatuhnya pelan, hanya saja posisi jatuhnya yang membuat sampai terjadi patah tulang.

Ibu saya memang sudah lanjut usia, bahkan tergolong lansia senior, sudah di atas 80 tahun. Posisi jatuh dengan lengan tertindih tubuh, membuat tulang lengan bagian atas patah. Tiga patahan terlihat di rontgen. Patah tak beraturan.

Kejadiannya berbarengan dengan saat gelombang covid varian delta mencapai puncaknya dan hampir semua rumah sakit penuh. Alhasil, kami sempat menunda membawa ibu ke rumah sakit, takut risiko tertular. Apalagi ibu saya tidak divaksin. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak memenuhi syarat.

Tapi mempertimbangkan ibu saya yang kesakitan luar biasa dan mobilitasnya sangat terganggu karena berjalan saja tidak bisa, kami pun akhirnya membawa beliau ke rumah sakit.

Ada beberapa hal yang ingin saya bagikan mengenai apa saja yang perlu kita perhatikan dan persiapkan saat Lansia mengalami patah tulang.

Ini berdasarkan pengalaman pribadi ya, jadi kalau ada kurang sana sini atau ada hal yang terlewati, silahkan diingatkan dalam kolom komentar supaya kita bisa saling mengisi.

Pertama, mencari second opinion dan dokter yang kompeten

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline