Lihat ke Halaman Asli

Soal BBM, PKS Galau dan Salting

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam menghadapi isu korupsi Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah yang dibonuskan gratifikasi alias hadiah seks oleh pelacur Maharani Suciono dan 45 pelacur lainnya, PKS memang galau dan wajar galau. Maka PKS mencoba mengalihkannya dengan isu kenaikan BBM. PKS pura-pura menolak. Para elite sibuk mondar-mandir mengeluarkan pernyataan. Walau itu cuma sandiwara dan dagelan kampungan saja. Sudah bisa ditebak nanti PKS ya tetap mendukung kenaikan BBM. Dan langkah PKS ini cuma omong kosong pencitraan politik gebleg yang gampang dibaca rakyat yang paling tolol sekalipun.

Memang harus diakui. PKS adalah partai paling cerdas di antara partai tolol di Indonesia. Kecerdasan dalam ketololan para kader partai antara lain diwujudkan dalam bentuk oportunis gaya kampungan. PKS dengan kecerdasan kelas istilah belanjaan atau shopping KW 5 mengalihkan kasus korupsi Luthfi Hasan Ishaaq dengan mencetak ratusan ribu spanduk menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Yang didapatkan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) umpatan dari para pecinta dan kader PKS. Pecinta PKS malu melihat manuver kelas anak TK yang dilakukan oleh Hilmi Aminuddin yang berbohong bertemu dengan SBY. Tifatul Sembiring dan Hilmi Aminuddin mendukung kenaikan BBM, namun di jalanan Anis Matta menyuruh anak buah dan kader yang taklid wal jumud untuk pasang spanduk menentang kenaikan harga BBM. Apa maknanya?

PKS ingin membodohi rakyat dengan seolah-olah menolak kenaikan BBM. Ini hanya pencitraan kelas kampung Anis Matta sana.

PKS ingin mengalihkan isu korupsi dan tindakan asusila Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq ke dalam isu sok peduli rakyat yang menyesatkan. PKS tak akan bisa menolak dan tak bermakna menolak kenaikan BBM karena kenaikan BBM adalah hal yang wajar dan membahagiakan.

PKS mengalami kegalauan tingkat ilahiah bukan hanya galau tingkat dewa-dewi karena panik akibat KPK makin merangsek ke dalam tubuh elite partai dakwah PKS (PKS bukan partai dakwah Islam karena PKS bukan Islam dan Islam bukan PKS). Hilmi, Ridwan, Anis, Hidayat Nur Wahid, dan Tifatul Sembiring menunggu keberanian KPK saja. Pernyataan Anis Matta yang memohon maaf pada bangsa Indonesia (Karena PKS bukan mewakili Islam) menunjukkan kekalahan PKS dan LHI pasti bersalah. Terkait korupsi dan gratifikasi seks duet maut goyang sapi Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fatnanah PKS memang tak bisa mengelak lagi.

Dalam kegalauan itu PKS menolak BBM. Bukan sapaan dan sambutan demonstrasi di seluruh Indonesia yang didapat, cuma keheranan dan tertawaan orang waras saja. PKS jadi salting. Salah tingkah. Menolak kenaikan BBM adalah ketololan tingkat ilahiah dan dewa-dewi di tengah defisit APBN yang membengkak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline