Lihat ke Halaman Asli

Timnas U-19 dan Bumerang Tour of Show Off

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Timnas U-19 memang fenomenal. Mereka (akan) melakukan puluhan laga uji coba, sebelum turun ke Kejuaraan Sepakbola Asian Cup U-19 di Myanmar. Yang pesertanya adalah tim-tim yang para seniornya akan ketakutan setengah mati pastinya. Di Myanmar nanti akan bertarung: Myanmar, Qatar, Uni Emirat Arab, Irak, Iran, Oman, Vietnam, Korea Utara, Jepang, Korsel (juara bertahan), China, Australia, Uzbekistan, Thailand, Yaman dan Indonesia. Untuk menjuarai Asian Cup U-19 adalah pekerjaan yang tak ringan. Kemenangan atas Korea Selatan bukan jaminan akan mudah mengalahkan misalnya Australia, Korsel, Korut, Iran, Iraq, Oman dan Jepang, serta China.

Rangkaian uji coba yang jumlahnya puluhan kali dalam bentuk tour of show off, akan bisa menjadi bumerang. Memang benar dan tak salah menanamkan rasa percaya diri dan pengalaman bertanding, namun jika yang terjadi adalah over exposure, maka akan sangat merugikan pemain. Liputan media yang berlebihan dalam menyoroti secara tajam sepak terjang Timnas U-19 juga akan berpengaruh bagi pembentukan mental pemain. Uji coba bisa menjadi boomerang dan menjadi tour of show off alias ajang pamer.

Maka melihat gelagat permainan Timnas U-19 sejak kali pertama uji coba, yang menang, menang, menang. Lalu laga terakhir seri melawan PSIS dan kemarin melawan Persijap Jepara dengan skor sama 1-1. Angka satu-satu menunjuk banyak makna. Mulai dari keyakinan diri, faktor kelelahan, faktor kejenuhan, dan faktor teknis yang harus mendapatkan lawan yang sepadan. Ingat, bahwa lawan yang akan dihadapi di Myanmar adalah tim-tim yang kuat, bukan tim ala tarkam, seperti Myanmar, Qatar, Uni Emirat Arab, Irak, Iran, Oman, Vietnam, Korea Utara, Jepang, Korsel (juara bertahan), China, Australia, Uzbekistan, Thailand, Yaman.

Merujuk pada pertandingan sebelumnya grafik permainan menurun. Setelah kemenangan 3-1 atas PSS Sleman dan kemenangan 2-0 atas Persiba, maka pertandingan selanjutnya mulai nampak penurunan. Pelatih Indra Sjafri menyebutnya demam panggung. Iya. Karena sorotan berlebihan pada tim ini, apalagi mereka anak-anak muda dan sangat disanjung dan diharapkan untuk menjadi juara atau runner up Piala Asia, pasti akan menyebabkan tekanan yang luar biasa.

Memang diakui bahwaTimnas U-19 ini memiliki kemampuan koordinasi dan mengerti tentang pola permainan sepakbola yang luar biasa. Ya bahkan Timnas U-23 pun kalau ditandingkan dengan mereka, akan tampak para pemain U-19 lebih memahami ‘cara bermain sepakbola'. Timnas U-23 tak lebih adalah kepanjangan tim sepakbola tarkam. Mereka mengandalkan permainan tanpa pola dan tanpa koordinasi. Hasilnya babak belur di Myamnar. Emas tak didapatkan. Namun demikian, jika Timnas U-19 hanya di-breeding dengan permainan para pemain sepakbola tarkam, untuk menyebut lawan-lawan tanding tour of show off Timnas U-19, maka hasilnya nanti akan mengecewakan. Dan ... bukan tidak mungkin dalam pertandingan sesungguhnya malah melempem.

Jadi, kalau melihat lawan-lawan yang dihadapi sekarang dan nanti, yang nota bene belum sepadan dengan tim yang akan dihadapi di Myanmar nanti. Belum lagi, kalau justru tour of show off, ini akan membuat punggawanya merasa telah menang dan terlalu percaya diri tinggi atau ketinggian, akibat disanjung berlebihan, akan menjadi boomerang dan ketika bertanding pada pertandingan yang sesungguhnya Timnas U-19 bisa jadi akan melempem.

Dan ... saat itu bukan penghargaan dan sanjungan, namun cacian yang akan dialamatkan kepada anak-anak muda itu. Maka sudah sewajarnya jika nanti Timnas U-19 harus memilki karakter seperti ketika bermain melawan Korsel di Senayan. Karakter itu tak muncul dan makin ke sini sementara bermain cenderung tradisional dan gaya permainan modern tak muncul. Umpan panjang dan salah oper dan bola mudah dipotong lawan adalah kesalahan yang perlu diperhatikan.

Pun pola 4-2-3-1 tak cocok dengan permainan yang mengandalkan lebar lapangan dan umpan tarik. Kenapa? Karena begitu umpan diarahkan ke depan, hanya akan ada satu atau dua pemain di kotak penalty. Itu salah satu contoh kelemahan. Pun juga striker Timnas U-19 nampaknya tetap bukan striker murni: Ivan Dimas.

Sekali lagi, tour of show off ini bisa menjadi boomerang jika tak diperhatikan dengan benar. Timnas yang berlaga di Myanmar nanti bukan tim kelas tarkam seperti yang selama ini timnas lakukan uji coba.

Begitulah Timnas U-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline