Apa itu Imunokontrasepsi ?
Imunokontrasepsi adalah suatu Prinsip kontrasepsi vaksin dengan pengembangan metode respon imun humoral dan atau seluler terhadap suatu antigen pada sistem reproduksi. Imunokontrasepsi ini merupakan Kontrasepsi vaksin yang dibuat sedemikian rupa untuk dapat menghambat produksi gamet (spermatozoa dan oosit), fungsi gamet (menghambat fertilisasi), dan hasil akhir gamet (kehamilan). Ketiga target kelompok ini merupakan pengembangan kontrasepsi vaksin saat ini. Penggunaan vaksin ini sangat digunakan untuk membantu menekan populasi manusia pada negara maju maupun negara berkembang. Kontrasepsi vaksin saat ini sangat menjadi perhatian menarik karena faktor produksi yang ekonomis, mudah digunakan, sangat mudah diterima, reversibilitas yang tinggi, kegagalan rendah dan bebas dari peralatan mekanis atau hormon eksogen serta adanya infrastruktur yang memadai dalam imunisasi sebagai imunokontrasepsi.
Kontrasepsi vaksin ini dikategorikan menjadi 3 kelompok utama. Kelompok pertama adalah vaksin kontrasepsi yang bertujuan menghambat pembentukan gamet (spermatozoa dan oosit). Prinsip vaksin ini bekerja dengan cara menghambat kerja gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang dilepaskan oleh hipotalamus. gonadotropin releasing hormone (GnRH) berperan pada sistem reproduksi pria maupun wanita pada kelenjar hipofisis anterior, dan menstimulasi pelepasan luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). FSH ini sangat diperlukan dalam perkembangan dan maturasi dari folikel ovarium pada wanita dan spermatogenesis pada pria sedangkan LH akan berperan dalam steroidogenesis baik pada pria dan wanita serta ovulasi pada wanita. Kelompok kedua adalah vaksin yang difasilitasi oleh respon imun terhadap protein spesifik spermatozoa atau oosit, dengan tujuan utama mengganggu fungsinya dan menghambat fertilisasi dan kelompok ketiga adalah vaksin yang menargetkan human chorionic gonadotropin (hCG), bertujuan mengganggu konsepsi implantasi. Hormon hCG disintesis dan dilepaskan setelah terjadi fertilisasi oleh blastosis yang sedang berkembang, yang berperan dalam mempertahankan konsepsi implantasi. Dari ketiga kelompok itu yang menjadi pilihan ideal adalah kontrasepsi vaksin kelompok ketiga, dengan targetnya adalah hCG.
Vaksin kontrasepsi berdasarkan sejarahnya pertama kali dipublikasikan oleh Talwar, et al (1976) dan menjadi satu-satunya metode kontrasepsi vaksin pada wanita yang telah memasuki uji klinik fase II. Vaksin ini memiliki kelebihan dapat mencapai efektifitas 90% dengan titer antibodi 50 ng/ml tanpa mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Selain itu, vaksin hCG ini dilaporkan sangat aman dan memiliki reversibilitas yang tinggi.
Bagaimana Imunokontrasepsi itu bekerja ?
Secara umum, Spermatozoa adalah target pertama dalam pengembangan imunokontrasepsi tahun 1899 oleh peraih nobel Landsteiner dari Austria dan Metnikoff dari Rusia dengan mengobservasi terbentuknya antibodi terhadap injeksi sperma, dan awal tahun 1900 peran antibodi ini terlaporkan menjadi antibodi pada infertilitas. Pada tahun 1937, Morris J. Baskin seorang ahli bedah dari Denver mematenkan vaksin spermotoxic yang dapat menginduksi sterilisasi reversibel pada wanita subur. Setelah itu, hanya sebagian kecil dilaporkan studi dengan menggunakan sperma banteng untuk menginduksi antibodi sperma manusia pada wanita dalam kontrasepsi. Di Antara tahun 1950 sampai 1970, penelitian imunisasi sperma didorong untuk mengatur angka fertilitas. Namun, pada tahun 1970-an, para peneliti mulai mencari target lain selain sperma yang dapat dikembangkan untuk kontrasepsi vaksin. Berbagai molekul telah sedang digali untuk pengembangan kontrasepsi vaksin (Gambar 2)
Vaksin GnRH memiliki angka keberhasilan yang tinggi pada sebagian besar spesies hewan liar, seperti kucing baik jantan maupun betina. Vaksin ini berefek pada hormon steroid sex karena dapat menghambat pelepasan LH/FSH. Vaksin GnRH telah dikembangkan oleh berbagai perusahaan obat ditujukan untuk melakukan kastrasi pada hewan peliharaan domestik, kebun dan hewan liar. Vaksin ini dapat juga diterapkan pada manusia khususnya untuk tujuan non- kontrasepsi, seperti menekan androgen pada hipertropi dan kanker prostat pada pria serta dapat diberikan pada wanita yang memerlukan penekanan hormon steroid seperti fibrosis uterus, polycystic ovary syndrome (PCOS), endometriosis dan pubertas.
Kontrasepsi vaksin dengan target gamet seperti spermatozoa dan protein zona pellucida (ZP) dikembangkan dengan fokus penelitian adalah menemukan epitop yang spesifik, memiliki imunogenisitas tinggi, dan efektif untuk menekan fertilitas sebagai vaksin. Imuno Infertilitas pada anti-sperm antibody (ASA) secara natural menyediakan informasi tentang model bahwa vaksin dapat bekerja pada sistem reproduksi manusia. Vaksin yang menargetkan protein ZP dilaporkan memberikan efek samping berupa ooforitis akibat mengganggu hormon steroid sex pada berbagai spesies. Kontrasepsi vaksin yang menargetkan hasil gamet/embrio secara umum fokus pada molekul hCG. Vaksin hCG adalah vaksin yang pertama melewati uji klinis tahap I dan II pada manusia. Vaksin ini telah menunjukkan baik efektifitas dan rendahnya kondisi patologi akibat vaksin. Pada saat ini, penelitian berfokus pada peningkatan imunogenisitas dan efektivitasnya dan meneliti aplikasinya pada beberapa kanker yang memproduksi hCG sendiri.
Hormon hCG terdiri dari subunit alfa () dan subunit beta (). Subunit hCG adalah sama dengan subunit dari LH, FSH dan TSH. Subunit HCG secara struktur hanya sedikit mirip dengan Subunit LH. hCG dan LH berikatan dan berfungsi melalui reseptor LH. Perbedaan utama dari hCG dan LH adalah LH dengan PI 8,0 memiliki waktu paruh di sirkulasi hanya 25-30 menit, sedangkan hCG dengan PI 3,5 waktu paruhnya sampai 37 jam atau 80 kali lebih lama dari LH. hCG adalah super LH yang diproduksi pada saat kehamilan bekerja pada reseptor LH. LH, FSH dan TSH diproduksi di lobus anterior hipofisis, sedangkan hCG diproduksi dengan fusi dan diferensiasi sel sinsitiotrofoblas plasenta. Selain selama kehamilan, hCG juga diproduksi baik pada wanita maupun pria yang menderita kanker. Pada saat kehamilan, hCG mengambil alih LH dalam menstimulasi produksi progesteron oleh sel korpus luteum ovarium, mencegah perdarahan. Seperti yang kita ketahui sekarang, hCG hanya menstimulasi produksi progesteron pada 3-4 minggu setelah implantasi, artinya hCG hanya berfungsi pada 10% durasi lama kehamilan. Namun ternyata hCG mencapai puncaknya pada minggu ke 10 kehamilan atau hampir 1 bulan setelah promosi progesteron selesai lalu secara terus menerus diproduksi selama kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi utama hCG bukanlah produksi progesteron, melainkan memiliki berbagai macam fungsi yang dapat bekerja pada plasenta, uterus dan kemungkinan pada fetus selama kehamilan.