Lihat ke Halaman Asli

yswitopr

TERVERIFIKASI

#RIPIntan: Maafkan Aku

Diperbarui: 14 November 2016   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis kecil bernama Intan itu terbaring damai dan tersenyum bahagia. Gadis kecil yang belum mampu mengerti makna kata jihad itu telah berpulang ke dalam pangkuan Bapanya. Luka-luka bakar disekujur tubuhnya akibat bom molotov itu taklagi berbekas. Bapa yang setiap Minggu dipujinya itu telah membasuh bekas luka-luka itu. Dan pakaian pesta telah dikenakan kepada Intan, gadis kecil nan rupawan.

Kisah Intan, mengingatkan pada tragedi Medan. Seorang pastur dan umat dalam gereja nyaris menjadi korban penusukan dan ledakan bom. Bukan.. bukan kisah itu yang membuatku sedih. Sesudah itu, muncul sebuah seruan dan ajakan. Inilah yang membuat ku tertunduk sedih. “Mohon dikoordinasikan dengan seluruh umat. Jika ada orang baru yang datang ke gereja, mohon diwaspadai….”

Inikah wajah Gereja? Sebuah tempat umat bertemu dengan Tuhannya berubah menjadi tempat umat saling menatap curiga sembari berpikir: terorisnya, kau? Bukan.. itu bukan Gereja.

Maafkan aku jika aku benci dengan kata “…., mohon diwaspadai”. Maafkan aku, karena kebencian pada kata itu, aku tidak mau menyampaikannya kepada umatku.

Tidak hanya itu, setelah ada kejadian aparat kepolisian segera mendatangi gereja. Dua kali saya merasakan hal ini. Untungnya, aparat kepolisian datang ketika ibadat sudah berlangsung sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. Saya tidak bisa membayangkan jika aparat kepolisian datang sejak awal dengan peralatan lengkap. Setiap umat yang ingin beribadah diperiksa satu persatu. Duh, …

Inikah wajah Gereja? Sebuah tempat umat berdoa berubah menjadi tempat umat merasa tidak nyaman. Bagaimana bisa berdoa sementara lutut masih gemetaran sehabis diperiksa polisi sebelum masuk gereja?

Maafkan aku, Pak Polisi. Sebenarnya aku tidak suka gerejaku engkau jaga setelah ada kejadian menimpa tempat ibadah di tempat lain. Mungkin, engkau ingin melindungi kami. Tapi, aku tetap tidak suka karena dilindungi sesudah ada peristiwa.

Maafkan aku, Intan dan Intan-intan yang lain. Aku takmampu memberikan rasa aman dan nyaman ketika engkau sedang bernyanyi memuji namaNya. Di teras rumahNya, darah martirmu harus tertumpah. Maafkan aku. Aku takmampu menjaga gereja menjadi tempat doa yang nyaman dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline