Apakah Anda pernah mengamati logo seperti ini? Kalau pun tidak mencermati setidaknya pernah melihat? Atau bisa jadi ada artikel Anda yang tanpa ilustrasi tiba-tiba diberi foto ilustrasi dan ada tanda ini di fotonya ?
Logo ini adalah logo Kampret bin Kompasianer hobi Jepret. Tapi sekarang udah koit lalu bangkit lagi menjelma menjadi Komunitas Hobi Jepret. Logonya pun ikut berubah.
Rupanya tulisan pengunduran diri itu mengundang perhatian. Sampai ada yang bikin tulisan. Ternyata Kampret itu lumayan diperhitungkan juga ya.. cieeeeeeee… kampret… selain bentuk tulisan, ada juga yang memberikan komentar kurang lebih senada: Kampret ngambek. Semacam anak kecil gitulah. Kalau anak kecil ga tercapai keinginannya kan lalu merajuk, ngambek.
Kampret anak kecil? Aku sih bilang yes, ga tahu kalau yang lain. Lho kok bisa bilang yes? Soalnya umur Kampret itu masih balita lho… suer… masih kelas TK. Jadi kalau dibilang macam anak kecil, “aku rapopo”. Karena masih kecil, maka Kampret itu jelas bukan siapa-siapa di Kompasiana yang terkenal dengan slogan rumah sehat serta sharing.conecting (kalau yang terakhir ini masih terlihat di halaman depan Kompasiana enggak sih?). Sebagai anak kecil, Kampret sedang belajar. Belajar untuk menulis dan motret. Kalau pun ada anggota Kampret yang banyak menghiasi tulisan HL di Kompasiana, itu bukan karena Kampret. Tetapi melulu kerana kemampuan anggota yang luar biasa.
Dari mana sih anak kecil bernama Kampret itu? Kampret lahir dari rahim Kompasiana. Berangkat dari ide mengumpulkan anggota Kompasiana yang suka motret, muncullah sebuah komunitas yang berisi kompasianer. Komunitas ini kemudian diberi nama Kampret. Kok bisa? Mulanya anggota komunitas ini berisi orang-orang yang suka begadang. Ramainya di malam hari. Kampret menjadi representasi. Awalnya kegiatan komunitas ini melulu intern. Tidak secara langsung berkaitan dengan kompasiana. Kecuali kalau ada permintaan masuk grup. Pertanyaan pertama yang diajukan pasti: Anda memiliki akun di Kompasiana. Jika belum dipersilahkan membuat akun terlebih dahulu.
Seiring berjalannya waktu, mulailah diadakan kegiatan yang berkaitan dengan Kompasiana, yaitu aneka lomba menulis dan foto dengan tema-tema tertentu. Hadiah kecil-kecilan. Tapi pernah juga sih ada event besar dengan hadiah yang lumayan besar juga. Dari mana duitnya? Meski dikatakan Kompasiana menjadi orang tua, tapi Kampret sebagai anak ga mau merepotkan orang tua kok. Yakin? Suerrrrrrrrrrrrr…
Anak kecil yang sedang belajar itu pun pernah “keladuk” pada orang tuanya. Ceritanya begini. Waktu itu muncul keprihatinan, Kompasiana kok pakai foto ilustrasi dari luar sementara ada Kampret. Lalu dibuatlah usul untuk menyumbang foto untuk ilustrasi. Ngomonglah anak-anak kecil itu pada kawannya yang kebetulan jadi admin di Kompasiana: Admin K boleh pakai. Gratis alias ga pakai bayar. Apa ga keladuk tuh? Sementara ada banyak kompasianer yang ributnya minta ampun kalau ada event lomba berhadiah. Lha Kampret yang masih anak kecil itu justru memberi dari proses belajarnya.
Kampretos mungkin masih ingat, betapa gembiranya ketika foto yang disumbangkan dipakai sebagai ilustrasi. Kebanggaan sebagai seorang anak kecil yang usaha belajarnya dihargai orang tuanya. Menuntut lebih? Sama sekali enggak kok. Bahkan, sesudah koit pun, Admin Kampret masih mempersilahkan Admin Kompasiana menggunakan foto-foto ilustrasi tersebut, tapi menghubungi sendiri pemilik foto tersebut. Jadi, ga ada niatan Kampret untuk menjual foto-foto tersebut kepada mantan.. eh… Kompasiana.
Kampret hidup dari Kompasiana? Harus diartikan apa pertanyaan ini? Jika dipahami sebagai makan dan minum dari kompasiana jelas tidak. Ada kok admin Kompasiana yang jadi member Kampret. Apakah diistimewakan di sana? Sama sekali enggak tuh. Kalau ga sesuai dengan aturan di Kampret ya kena semprit. Admin Kompasiana kalau di Kompasiana. Kalau di Kampret ya anggota. Anak kecil yang sungguh berani.
Selama ini pun, Kampret tidak pernah dibiayai oleh Kompasiana dalam mengadakan setiap kegiatannya. Mengumpulkan puluhan anggota dari berbagai daerah di daerah Kaliurang Jogjakarta. Pakai nginap di sebuah villa. Kebayang ga tuh harga sewanya. Belum makan dan minumnya. Kok bisa ya? Karena ada solidaritas di dalam kumpulan anak anak kecil yang sedang belajar itu. Anak-anak kecil itu merasa sebagai satu keluarga.
Hingga suatu ketika… eng ing eng…. Muncullah makluk yang bernama SOP atau apalah mau disebut. Lalu ada pembicaraan di kepala suku kampret soal itu.