[caption id="attachment_263142" align="aligncenter" width="630" caption="dua sejoli akan mengikrarkan janji mereka untuk setia sampai maut memisahkan mereka"][/caption]
Menikah bukanlah kodrat manusia, tetapi sebuah pilihan. Setiap individu bisa memilih apakah akan menikah atau memilih untuk tidak menikah seumur hidupnya. Baik menikah atau tidak menikah adalah pilihan yang baik sejauh didasari oleh motivasi yang baik pula. Pondasi yang baik dan kokoh memudahkan bagi kita untuk menjalani pilihan yang telah dijatuhkan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ada tragedi kehidupan dalam menjalani pilihan itu. Ada sekian banyak pernikahan berujung perpisahan atau perceraian. Sebuah pertanyaan terlontar bagaimana mungkin sebuah pilihan yang mantab bisa kandas begitu saja? Jangan-jangan ada yang tidak beres dengan masa persiapan menuju jenjang pernikahan.
Pernikahan itu ibarat suatu perjalanan panjang. Karenanya, diperlukan bekal dan amunisi yang cukup hingga sampai ke garis finish, yaitu maut yang memisahkan. Tentu ada kebahagiaan tersendiri ketika kita mampu setia pada pilihan yang telah dibuat. Salah satu bentuk bekal atau amunisi itu adalah persiapan. Bagaimana mempersiapkan pernikahan?
[caption id="attachment_263143" align="aligncenter" width="540" caption="menikah taksemudah memasukkan cincin kawin ke jari manis"]
[/caption]
Persiapan pernikahan mencakup persiapan diri dan perencanaan hidup berkeluarga. Persiapan diri adalah sesuatu yang mutlak dilakukan. Persiapan diri menjadi penting karena mereka berdualah yang akan menjalani pernikahan itu. Dan pernikahan yang hendak dijalankan itu bukanlah barang mainan. Jika senang dipakai, jika tidak dibuang. Pernikahan adalah sebuah pilihan untuk tetap setia dengan pasangan seumur hidup.
Masing-masing calon memiliki karakter, sifat, keinginan, dan mungkin tujuan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, diperlukan gerak langkah yang seirama. Masa pacaran menjadi masa yang menentukan. Masa pacaran hendaknya menjadi saat untuk semakin mengenal calon pasangan yang akan dinikahi. Mengenal calon pasangan tidak hanya sekedar mengenal sisi terluar yang bisa dilihat. Mengenal pasangan mencakup sisi terdalam, kepribadian. Sayangnya, ada banyak pasang muda-mudi yang salah arah karena menjadikan masa pacaran sebagai masa untuk bersenang-senang. Akibatnya ada banyak pasangan terpaksa atau dipaksa menikah karena faktor ini. Kadang menempuh jalan pintas, yaitu aborsi.
Pengenalan yang semakin mendalam akan semakin memudahkan untuk membangun visi pernikahan yang sama. Visi pernikahan itu adalah tercapainya kesejahteraan suami istri dan terbuka pada kelahiran anak serta pendidikannya. Perkawinan tidak pernah hanya untuk kesejahteraan salah satu pasang, tetapi untuk keduanya. Perkawinan harus mampu menyejahterakan baik suami atau pun istri. Bagian ini sering menjadi titik riskan. Perkawinan kandas karena salah satu mementingkan egonya. Salah satu menuntut kesenangan dan mengorbankan yang lain.
[caption id="attachment_263146" align="aligncenter" width="392" caption="terbuka pada kelahiran anak dan pendidikannya"]
[/caption]
Kesejahteraan suami istri mencakup segala aspek kehidupan, tidak hanya menyangkut ekonomi keluarga, melainkan sampai pada relasi terdalam suami-istri. Sisi relasi terdalam ini sering diabaikan begitu saja. Ada banyak keluarga yang menilai kesejahteraan dari sisi yang bisa dilihat. Sementara unsur psikologis kurang mendapat perhatian.
Dalam perjumpaan dengan banyak calon pengantin, saya semakin sadar bahwa persiapan diri dan masa depan sering menjadi titik lemah. Seringkali, masa persiapan pernikahan justru dihabiskan untuk mempersiapkan banyak perkara yang tidak baku dan fundamental. Ada banyak orang sibuk mempersiapkan pendukungnya. Ada yang sibuk memikirkan dan mencari tempat untuk resepsi. Ada yang menghabiskan waktu untuk menghitung biaya. Ada pula yang sibuk dengan pernak-pernik pra-nikah, utamanya pre-wedding. Apakah hal-hal itu tidak penting? Penting juga, tetapi bukan hal fundamental dalam masa persiapan pernikahan.
[caption id="attachment_263145" align="aligncenter" width="620" caption="senyum bahagia"]
[/caption]
Ada pemikiran unik dan berseberangan dengan pola pikir yang ada. Berapa banyak biaya yang disiapkan untuk melakukan resepsi pernikahan? Satu dengan yang lain bisa berbeda-beda. Bagi mereka yang berpikiran bahwa resepsi pernikahan sebagai sarana untuk unjuk gigi dan ajang menaikan prestise, biaya puluhan atau bahkan ratusan juta bisa dengan mudah dikeluarkan. Tidak hanya di kota. Fenomena ini pun telah merambah hingga ke pedesaan. Alangkah luar biasa jika ada calon pengantin yang berani melawan arus. Dari pada uang sebanyak itu habis dalam hitungan satu atau dua hari, lebih baik dipakai dan digunakan sebagai modal awal untuk membangun keluarga mereka. Ini hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki visi yang baik tentang masa depan keluarga yang akan mereka jalani.
Pernikahan bukanlah ajang prestise. Pernikahan adalah sebuah perjuangan setia seumur hidup. Perkawinan adalah sebuah institusi untuk saling memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan di antara suami dan istri. Oleh karena itu, persiapan menjadi salah satu kuncinya. Jangan sekali-kali menikah, kalau hanya ingin coba-coba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H