[caption id="attachment_287450" align="aligncenter" width="648" caption="para pengunjung terlihat bermain di atas bebatuan dengan latar belakang air terjun "][/caption]
Gunungkidul memiliki air terjun? Mungkin Anda kaget dan tidak percaya. Sepertinya informasi itu perlu dipertanyakan karena Gunungkidul terkenal dengan kekeringannya. Namun, jika Anda telah melihatnya langsung, komentar itu akan berubah seketika. Pun pula dengan gambaran Gunungkidul yang kering. Adalah Srigethuk, sebuah areal air terjun yang ada di Gunungkidul, yang mampu menghapus semua kesan tersebut.
Uniknya, air terjun yang terdapat di Padukuhan Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul ini tidak berasal dari aliran sungai utama. Justru air terjun Srigethuk membelah tebing sungai Oya dan menyatu dalam aliran yang sama. Tidak mengherankan jika ada suasana kontras. Air terjun demikian jernih, sementara air sungai Oya keruh. Perpaduan yang menarik untuk dinikmati.
Menemukan lokasi air terjun Srigethuk pun tidak sulit. Ada banyak papan penunjuk yang akan menghantar Anda sampai di lokasi. Selepas lapangan terbang Gading, Anda tinggal berbelok ke kanan. Setelah pasar Playen, ada pertigaan dengan papan penunjuk ke arah kanan. Ikuti terus jalan itu dan perhatikan papan petunjuknya. Jalanan desa yang mulus seolah melepas image tentang Gunungkidul yang serba berkekurangan.
Suasana ini sungguh berbeda dengan situasi dua tahun yang lalu. Jalanan berbatu itu telah berganti dengan jalanan beraspal. Jalan menuju lokasi pun telah dibuat melingkar melewati gua Rancangkencono. Jalan lingkar yang berbatu ini melewati pemandangan alam yang indah dengan hamparan tegalan. Jalan lingkar ini dibuat untuk memudahkan pengunjung sehingga tidak terjebal kemacetan ketika arus pengunjung membludak.
Suasana sepi selama perjalanan berubah drastis ketika kami sampai di lokasi parkir. Ada pemandangan yang berubah. Mobil-mobil berplat nomer luar daerah telah berjajar. Beberapa tukang parkir cukup sigap mengatur arus lalu lintas di sekitar areal parkir. Warung-warung yang menjajakan aneka masakan khas Gunungkidul pun berjajar rapi hingga ke bibir sungai. Fasilitas kamar mandi dan ruang ganti pun telah tersedia di areal parkiran.
[caption id="attachment_287451" align="aligncenter" width="630" caption="alat transportasi yang mengangkut para pengunjung membelah air sungai oya menuju air terjun"]
[/caption]
Dahulu, hanya ada satu gethek yang melayani. Kini, saya melihat ada tiga gethek yang siap mengantar para wisatawan yang akan menikmati keindahan Srigethuk. Para wisatawan yang menggunakan jasa gethek ini harus merogoh kocek sebesar sepuluh ribu untuk pulang pergi.Jika ingin sedikit tantangan, Anda bisa menuju ke lokasi dengan berjalan kaki melalui pematang sawah dan tegalan.
Memasuki areal air terjun, aura mistis seolah menyambut kedatangan kami. Kuatnya aura itu semakin diperkuat dengan beredarnya mitos yang ada dan berkembang di tengah masyarakat. Sri Gethuk adalah nama yang disematkan untuk air terjun ini. Nama ini berasal dari sebuah alat musik gamelan, yaitu kethuk. Konon, di lokasi inilah jin Angguro Menduro menyimpan kethuk. Lama kelamaan dan untuk lebih mudah mengucapkan, lafal kethuk berubah menjadi gethuk. Jadilah nama Sri Gethuk. Jadi, nama gethuk tidakk berkaitan dengan nama salah satu makanan khas Gunungkidul.
[caption id="attachment_287452" align="aligncenter" width="360" caption="para pengunjung terlihat menikmatijernihnya air srigethuk"]
[/caption]
Aura mistis itu akan terasa ketika kita berani diam sejenak dan menikmati kawasan air terjun ini. Terdapat 4 buah aliran air yang mengalir ke bawah. 2 buah aliran besar dan kecil bertemu di satu titik sedangkan 2 aliran lain langsung mengarah ke sungai Oya. Batu-batu besar, terjal dan licin menjadi penghiasnya.
Di sela-sela bebatuan inilah mengalir air yang jernih dan segar. Dalam gemuruh air yang meluncur ke bawah dan gemericik air yang menerobos celah-celah bebatuan inilah tersembunyi harmoni alam. Para wisatawan dapat menikmati keindahan dan kejernihan air dengan mandi atau bermain di atas bebatuan. Tentu, para wisatawan harus menjaga diri sendiri sebab bebatuan licin karena berlumut. Berbasah ria sembari bersenda gurau menjadi aktifitas yang sayang untuk dilewatkan. Jika Anda enggan berbasah-basah, Anda bisa duduk-duduk di bebatuan di bawah kerindangan pohon sembari menikmati cemilan dan minuman yang disuguhkan para pedagang.
Tak disangka, kami bertemu dengan kompasianers yang sedang berlibur di Srigethuk, yaitu bu Seno dan om Joko Suwito. Sebuah pertemuan yang melengkapi keindahan perjalanan di Srigethuk. Meski belum pernah berjumpa, tetapi mata seolah tak bisa berbohong. Pandangan mata seolah mengajak kaki melangkah mendekat dan memperkenalkan diri. Dan ternyata benar. Saya pun menjadi tidak canggung ketika bertemu langsung. Tidak ada cara lain untuk mengabadikan perjumpaan itu: berfoto.
[caption id="attachment_287453" align="aligncenter" width="360" caption="jernihnya air srigethuk "]
[/caption]
Srigethuk memang eksostis. Srigethuk selalu mengundang Anda untuk datang, menjelajahi setiap lekuknya, dan menikmati pesonanya.
[caption id="attachment_287454" align="aligncenter" width="630" caption="asyik juga menjadi tempat untuk berduaan"]
[/caption] [caption id="attachment_287456" align="aligncenter" width="630" caption="jauh-jauh kok cuma motret macro.... "]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H