[caption id="attachment_118663" align="aligncenter" width="630" caption="keindahan terumbu karang yang tetap terjaga"][/caption]
Pada liburan ini, saya bersama romobongan menyempatkan diri bermain di kepulauan Karimunjawa, 4-7 juli 2011. Kesempatan berlibur di kepulauan Karimunjawa benar-benar saya manfaatkan semaksimal yang saya bisa. Selain menikmati keindahan alam yang membentang di setiap sudut kepulauan Karimunjawa, saya juga belajar banyak mengenai kearifan lokal dalam menjaga harmoni alam. Dalam konteks ini adalah menjaga kelestarian alam.
Kepulauan Karimunjawa merupakan area taman nasional. Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan kepulauan berjumlah 22 pulau yang terletak di Laut Jawa, mempunyai luas 111.625 Ha (SK Menhut No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999). Terdiri daratan di Pulau Karimunjawa 1.285,50 Ha dan daratan di pulau Kemujan 222,20 Ha serta perairan di sekitarnya seluas 110.117,30 Ha (Kep. Menhut No.74/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Sebagian Kawasan Taman Nasional Karimunjawa seluas 110.117,30 sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan dengan Berita Acara Tata Batas tanggal 14 Maret 2000. [http://karimunjawanationalpark.org/letak-geografis/profil-geografis].
[caption id="attachment_118733" align="aligncenter" width="630" caption="keindahan alam dari salah satu sudut pulau karimun"]
[/caption]
Salah satu keunggulan taman wisata ini adalah keindahan laut dengan berbagai terumbu karang dan aneka jenis ikannya. Berdasarkan data yang dirilis departemen kehutanan, kepulauan Karimun jawa memiliki kekayaan biota laut yang luar biasa. Jenis terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa merupakan terumbu karang pantai/tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Kekayaan jenisnya mencapai 51 genus, lebih dari 90 jenis karang keras dan 242 jenis ikan hias. Dua jenis biota yang dilindungi yaitu akar bahar/karang hitam (Antiphates spp.) dan karang merah (Tubipora musica). Biota laut lainnya yang dilindungi seperti kepala kambing (Cassis cornuta), triton terompet (Charonia tritonis), nautilus berongga (Nautilus pompillius), batu laga (Turbo marmoratus), dan 6 jenis kima. [http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_karimun.htm]
Data tersebut tidaklah berlebihan ketika kita membuktikan langsung dengan datang ke sana dan menikmati keindahan yang ada di depan mata kita. Namun, yang menarik bagi saya adalah mengapa keasrian perairan Karimunjawa dapat terjaga?
[caption id="attachment_118734" align="aligncenter" width="540" caption="menikmati keindahan terumbu karang dan aneka jenis ikan berbalut air laut nan jernih"]
[/caption]
Pertama, di kepulauan Karimunjawa tidak terdapat sungai yang bermuara di laut. Air sungai yang mengalir ke laut merupakan sumber polusi bagi perairan laut. Sumber itu terutama berasal dari lumpur hasil erosi dan berbagai sampah yang terbawa oleh arus sungai itu. Polusi yang ditimbulkan dapat mengakibatkan keruhnya air laut. Dengan demikian bisa dipastikan rusaknya aneka biota laut yang dapat tumbuh dan berkembang, aneka terumbu karang dan berbagai jenis ikan. Tidak adanya arus sungai ini jelas berpengaruh besar dalam menjaga kejernihan perairan di sepanjang kepulauan Karimunjawa.
Mengingat efek yang ditimbulkan demikian besar, maka praktek membuang sampah di aliran sungai merupakan praktek yang sama sekali tidak bijaksana. Sampah-sampah yang terbawa arus sungai akan berhenti di perairan laut dan mencemari ekosistem yang ada. Dengan membuang sampah di sungai, berarti kita telah berpartisipasi dalam proses perusakan lingkungan hidup.
[caption id="attachment_118735" align="aligncenter" width="630" caption="menambatkan tali sauh "]
[/caption]
Kedua, kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian. Kesadaran yang saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri membuat saya terkagum-kagum dan mengangkat jempol saya untuk mereka. Selama beberapa hari saya berada di karimunjawa, saya menyaksikan bagaimana masyarakat demikian menjaga alam yang ada di sekitar mereka. Kearifan lokal inilah yang menarik untuk ditiru oleh seluruh masyarakat. Meskipun mereka jauh dari peradaban metropolis, tetapi carra hidup mereka sungguh menjaga harmoni dengan alam.
Dalam perjalanan menuju spot snorkling dan diving, saya menyaksikan nelayan yang mengambil sampah yang mengambang di perairan dan menaruhnya di kapal yang mereka bawa. Bahkan, nelayan yang mengantar kami pun tidak membuang sauh di sembarang tempat. Ia harus turun ke laut dengan membawa tali dan mengikatkannya pada salah satu karang yang sudah mati.
[caption id="attachment_118736" align="aligncenter" width="540" caption="akankah keindahan ini menghilang karena ulah kita?"]
[/caption]
Kearifan lokal yang ditunjukkan oleh masyarakat di kepulauan Karimunjawa adalah pukulan telak bagi kita yang mengaku memiliki peradaban lebih maju dibandingkan mereka. Meskipun mereka berada jauh di sana, tapi cara hidup mereka demikian menunjukkan kepedulian pada keutuhan ciptaan. Bagaimana dengan kita?
Takperlu kita melihat ke jauh sana, cukuplah kita menengok di sekitar kita. Tengoklah sungai yang ada di sekitar rumah Anda. Bagaimana keadaannya?
[caption id="attachment_118737" align="aligncenter" width="540" caption="nemo atau si badut"]
[/caption] [caption id="attachment_118738" align="aligncenter" width="304" caption="anemon"]
[/caption] [caption id="attachment_118739" align="aligncenter" width="540" caption="anemon di sela-sela terumbu karang"]
[/caption] [caption id="attachment_118740" align="aligncenter" width="540" caption="semua tergantung pada kita: menjaga atau merusak"]
[/caption]
kumpulan foto selengkapnya ada DI SINI
reportase perjalanan ada DISINI [01] dan DI SINI [02]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H