[caption id="attachment_306196" align="aligncenter" width="610" caption="meja persembahan dan altar yang hangus terbakar (dok.pri)"][/caption]
Sebuah peristiwa yang nyaris tidak terekam media terjadi di sebuah daerah pinggiran Pasaman, Sumatra Barat. Minggu pagi, 4 Mei 2014 terlah terjadi pembakaran gereja oleh orang tidak dikenal. Penulis mendapatkan informasi dan berita tersebut melalui seorang sahabat di media jejaring sosial yang mengunggah foto dan sedikit memberikan narasi atas foto tersebut.
Tertarik dengan berita tersebut, akhirnya saya berusaha mencari narasumber yang bisa menceritakan secara detail peristiwa pembakaran tersebut. Akhirnya, saya bisa mendapatkan nara sumber dan mendapatkan informasi melalui pembicaraan via telepon.
Menurut penuturan sumber informasi, diduga peristiwa pembakaran Gereja St Maria Diangkat Ke Surga itu telah direncanakan. Hal itu dimungkinkan mengingat ada gelagat mencurigakan sejak hari Sabtu, 3 Mei 2014. “Sabtu sore ada seorang warga yang sedang mencari rumput. Melihat ada orang tidak dikenal yang sedang mengitari gereja, warga tersebut mendatangi. Orang tidak dikenal tersebut memakai helm. Ketika ditanya, orang tidak dikenal itu mencari tempat sabung ayam. Setelah dijawab warga tidak ada tempat untuk sabung ayam, orang tidak dikenal itu pergi naik motor Vario warna hitam.”
Warga sama sekali tidak menaruh curiga atas keberadaan orang tidak dikenal itu. Minggu pagi, sekitar pukul 06.00, ada warga lain yang melihat ada orang yang berada di dekat jendela. Warga tersebut berpikiran positif. Ia mengira orang tersebut adalah petugas gereja yang akan membersihkan gereja mengingat siangnya akan dipakai untuk kebaktian rutin. Oleh karena itu, warga tersebut tidak mendekati dan menyapa orang itu.
Sekitar pukul 06.10, ada warga yang hendak pergi ke ladang. Sesampai di dekat gereja, warga ini melihat nyala api dan asap yang keluar dari dalam gereja. Teriakan kebakaran membuat warga yang lain berdatangan dan berusaha memadamkan api. Kesigapan warga menjadikan api cepat dipadamkan dan tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
“Dari tanda-tanda yang masih tersisa, tempat ini dibakar dengan menggunakan bantal misdinar yang diguyur dengan minyak tanah” ungkap sumber informasi. Akibat pembakaran ini meja kecil yang biasa dipakai untuk meletakkan persembahan umat dan meja altar rusak parah. Lampu-lampu yang ada di atas meja altar pun rusak. “Salib yang berdiri si samping meja altar utuh, tidak ada tanda-tanda tersambar api. Padahal tempat sekitarnya terbakar.”
Menurut penuturan warga yang lain, sebelum gereja diketahui terbakar, ia sempat berpapasan di jalan depan rumah dengan seseorang yang tidak dikenal mengendarai motor Vario warna hitam. Sayangnya, ia tidak mengingat nomer kendaraannya. Namun, ia masih ingat wajah orang itu.
[caption id="attachment_306197" align="aligncenter" width="620" caption="gereja st maria diangkat ke surga tampak dari depan. gereja ini dibangun di daerah mayoritas katolik (kurang lebih 80%)"]
[/caption]
Kini, peristiwa pembakaran gereja yang berada di wilayah Paroki Keluarga Kudus Pasaman itu telah ditangani kepolisian. Pihak kepolisian pun telah melakukan olah TKP. Umat Katolik tidak perlu emosi. Menanggapi berbagai usaha provokasi, umat Katolik harus mampu menahan diri sembari memperkuat iman. Sejarah telah membuktikan bagaimana Gereja Perdana justru semakin kuat di kala berada dalam penganiayaan. Ketekunan mereka untuk bersekutu dalam doa menjadikan Gereja Perdana mampu bangkit dan memberikan kesaksian hidup. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H