Lihat ke Halaman Asli

Yulianus Suhartono

Y. Suhartono

Gelisah Menunggu Godot

Diperbarui: 26 Oktober 2021   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

GELISAH   Menunggu Godot

Oleh : Y. Suhartono

 

Sekitar  40 tahun lampau pada  pengujung  tahun  di Gedung  Rumentang Siang Bandung digelar pertunjukan teater dengan lakon Menunggu Godot,  buah karya Samuel Beckett. Dikisahkan, sekelompok orang  terlihat di bawah pohon  lagi  menunggu datangnya sosok 'penyelamat', Godot, namanya. 

Santer beredar,  ia  akan datang segera.

Secara teaterikal dipertontonkan sosok gelandangan  lusuh dengan mimik  bosan, bercampur memelas sedang menunggu Godot. Ada pula yang tampil dengan suara menggelegar memberi semangat kepada yang lain, bahkan kepada penonton. "Godot pasti datang segera, ayo semangat...!", serunya.

Mendengar suara  berapi-api  itu,  kemudian bangkitlah  seseorang kurus kerempeng berkaca mata  dan berteriak histeris, protes dengan realitas yang ada. Ia lempar dan rusak apa saja yang ada. 

Akibatnya, suasana  menjadi kacau tidak terkendali. 

Tiba-tiba sayup terdengar bunyi genderang, seiring dengan itu suasana berangsur jadi sunyi senyap. Semua  terlihat fokus  menyelidik asal sumber suara. Mereka percaya, suara genderang itu  tanda berita gembira; yang dinanti akan segera datang.

Namun, lama ditunggu tidak datang juga. Bunyi genderang pun lenyap, tidak terdengar. Pemain yang berjumlah lima orang itu kembali berbisik satu dengan yang lain. Ada pula yang melontarkan ide-ide filosofis, mengurai makna. 

Karena capai, ada di antara 'pemain' yang tertidur,  dan ada pula yang sejak awal pertunjukkan tanpa lelah selalu mencoba mengepas  sepatu, sambil tidak henti meratapi nasib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline