Lihat ke Halaman Asli

Sang Altruis

Diperbarui: 8 Desember 2023   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berjalan di terik kota Jakarta menumbuhkan sensasi rasa tersendiri bagiku. Aku memilih berjalan kaki dari stasiun Cikini menuju Galeri Nasional untuk melihat pameran lukisan para maestro dunia. Saat kaki terasa penat aku menyeberang jalan berbelok menuju Taman Ismail Marzuki untuk istirahat sejenak sambil melihat-lihat buku di Galeri Buku Bengkel Deklamasi. yang terletak di ujung kanan gedung Graha Bhakti Budaya sejajar dengan Bioskop XXI. Toko buku tersebut didirikan oleh seniman Jose Rizal Manua dan WS Rendra sepulang mereka dari Amerika Serikat pada tahun 1996.

Usai melihat-lihat tumpukan buku yang didisplay sampai membludak ke teritisan, aku merunduk ke bawah pohon rindang di depan toko buku . Tak lama seorang Bapak berambut putih dengan perawakan kurus dan mungil juga turut berteduh. Bapak tersebut tersenyum dan mengangguk ke arahku. Beliau menurunkan ransel yang disandangnya sambil tangan kirinya tetap menggenggam segulung karton putih.

"Bapak bawa apa itu?" Aku menunjuk karton yang dibawa Beliau.

"Oh...ini lukisan iseng...saya buat pakai pulpen karena ga kebeli cat dan kanvas."

Beliau memperlihatkan lukisan surealis dengan goresan unik.

 "Waduh ini sih bukan iseng...pastinya Bapak sudah prof...rencananya  lukisan ini mau dibawa kemana?" Naluri kepoku mulai bangkit dan menduga-duga jika Bapak tersebut akan menjual lukisannya ke suatu tempat.

" Lukisan ini selalu ikut saya ke mana-mana...karena saya memang gelandangan.." Beliau mengakhiri kalimatnya dengan tawa lebar memperlihatkan gusinya yang tak lagi bergigi..

" Ah Bapak becanda...harusnya lukisan sekelas itu sudah bisa mensejahterakan pelukisnya. Pernah ada pameran sketsa dari tokoh ternama, dalam sekejap lukisannya habis diborong kolektor meski harga satuannya lumayan tinggi..."

 "Pelukis itu seorang Romo ya...saya juga pernah menggelar pameran karena ada yang mensponsori tapi lukisannya ga saya jual ."

"Lho...maksudnya?"

 "Saya ini pengecut mba...takut kaya. Ketika kaya maka kita sulit mengontrol hati nurani karena pikiran kita akan dipenuhi bermacam syahwat..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline