Rabu sore, 4 Januari 2017 handphone saya berdering. Ada nada panggil dari nomor yang tidak dikenal, karenanya panggilan itu tidak saya terima. Namun beberapa saat kemudian ada SMS masuk dari nomor yang sama. "Kang punten, saya Yadi Cahyadi dari Komunitas Robot Bandung. Besok sore saya ada acara seminar di Pangandaran, kalau memungkinkan saya mau mampir dulu besok siang ke RBK. Ingin silahturahmi sekalian mempresentasikan permainan Robotic untuk anak-anak di Ruang Baca Komunitas. Hatur nuhun," demikian tulis SMS itu.
Tanpa banyak pertimbangan, saya membalas SMS itu dengan menyampaikan persetujuan serta ucapan terima kasih atas kesediaanya mampir ke RBK. Besoknya, saya sendiri tidak dapat mengikuti acara itu karena ada kegiatan di kantor, tapi saya sangat senang mendapat cerita dari anak-anak di RBK. "Wah seru permainan robotnya. Saya suka sekali," kata Tascha, siswi SDN 2 Banjar mengomentari kegiatan itu. "Lebih dari 40 orang yang hadir mengikuti acara itu, kebanyakan anak-anak dan ibu-ibu," tambah Ketua YRBK, Siti Maroah.
Yadi Cahyadi adalah satu dari puluhan orang yang sudah mau berbagi dalam giat literasi kami di YRBK. Salah satu program YRBK yang paling awal, selain pelayanan baca dan layanan pinjam buku adalah kegiatan DisKo atau Diskusi Komunitas. Kegiatan DisKo dimaksudkan sebagai media untuk saling berbagi pengetahuan (sharing of knowledge), berbagi ide, wawasan, pengalaman, atau apapun terkait isu-isu pendidikan dan literasi. Kami menawarkan kesempatan kepada siapun yang mau berbagi dalam forum diskusi sederhana ini. Pada momentum tertentu, kami juga mengundang pihak-pihak yang memiliki kompetensi tertentu untuk berdiskusi dan berbagi dalam kegiatan DisKo.
Kami masih ingat, kegiatan DisKo pertama dilaksanakan pada 2 Mei 2016 memanfaatkan momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Ivan Mahendrawanto, guru SMAN 3 Banjar yang belakangan juga bergabung menjadi pengelola YRBK didaulat untuk menjadi pembicara dalam DisKo perdana dengan tema "Oleh-oleh Kang Guru dari Australia". Tema ini tentu sangat relevan, dimana saat Hari Pendidikan Nasional diskusi kami membincangkan komparasi pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di negeri Kangguru yang dikenal sudah sangat maju.
Kami juga berbincang mengenai budaya literasi di Indonesia dan dikomparasikan dengan budaya literasi di Australia. Sebagaimana kita mafhum bahwa program Gerakan Literasi Nasional (GLN), terutama di Jawa Barat melalui West Java Leader Reading Challenge' (WJLRC) mengambil studi banding di Australia. Ivan Mahendrawanto merupakan salah satu alumni Short Course, The University of Adelaide, Australia.
Dalam kegiatan DisKo kami juga memanfaatkan potensi orang-orang terdekat yang ada di komunitas dan pihak-pihak lainnya yang bersedia berbagi secara sukarela. Mulai dari Pelajar, Mahasiswa, Guru, Pimpinan OPD terkait, Sekda, Wakil Walikota, Walikota, Dosen, Budayawan, dan para pihak lainnya pernah kami hadirkan ke forum ini untuk berdiskusi dan berbagi informasi dengan beragam tema. Dalam suatu kesempatan, misalnya, kami berhasil "menculik" Anasty Maulida Pasha, mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) ITB, Bandung untuk berbagi cerita mengenai "Seni Belajar dan Belajar Seni". Diskusi menjadi menarik dan dipanelkan dengan relawan YRBK Septian Sofiawan yang juga sedang liburan kuliah dari Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
Pada kesempatan yang lain, Dosen Universitas Galuh (UNIGAL) Ciamis, Dedeh Rohayati dengan para mahasiswa Thailand datang untuk berbagi, mempresentasikan buku "Personal Recount of Thaindo". Buku ini merupakan antologi pengalaman perjalanan para penulis Indonesia dan Thailand. Salah satunya adalah tulisan Dedeh Rohayati yang mendeskripskan destinasi wisata di Kota Banjar. Dalam buku itu, Dosen FKIP UNIGAL ini juga menyemangati bahwa perjalanan dan petualangan dapat menjadi pematik candu untuk menulis. Bahkan Dosen Bahasa Inggris ini juga menulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. "Dalam konteks globalisasi, penting bagi kita untuk menuliskan khazanah yang kita miliki agar dapat dibaca dan diapresiasi oleh kalangan yang lebih luas. Bagaimana kekuatan lokal yang kita miliki dapat dikenalkan dalam konteks global," ucapnya.
Hampir setiap momentum hari besar nasional dan hari besar keagamaan kami manfaatkan untuk kegiatan DisKo dengan tematik yang sesuai. Pada saat hari kemerdekaan 17 Agustus 2016, misalnya, ketika di berbagai sudut kampung gegap-gempita dengan ragam lomba seperti balap karung, makan krupuk, dan sejenisnya, kami mengadakan diskusi "Refleksi Kemerdekaan". Setelah upacara sederhana, baca puisi kemerdekaan dan menyanyikan ragam lagu perjuangan, serta Nobar Film Kemerdekaan dilanjutkan dengan diskusi yang reflektif. "Ini luar biasa, kegiatan inovatif yang sangat positif dan konstruktif," kata Yayat Supriyatna, mantan Sekda Kota Banjar yang menjadi pengisi acara DisKo Hari Merdeka di YRBK.
Begitu pun pada Hari Anak Nasional (HAN), kami mengundang Bagian Perlindungan Anak dari Dinas Sosial Kota Banjar untuk berbagi informasi seputar Hak-Hak Anak dan dinamika wacana mengenai isu-isu anak. Forum Anak, organisasi pelajar, dan para pegiat literasi kami undang semua untuk berdiskusi dan berbagi cerita tentang Hari Anak. Tidak ketinggalan pula mereka, para pelajar yang telah berhasil meraih berbagai prestasi. Kami megundang mereka dan memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman agar prestasi yang diraihnya menjadi inspirasi bagi anak-anak lainnya.