Lihat ke Halaman Asli

Kisah Indah Dari Media Tidak Seindah ReALita: Kunjungan Yppi Ke Perpustakaan Anak Bangsa

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda yang hanya lulusan SD  itu terkejut ketika ternyata harus membayar biaya makan dan minum sendiri selama di Hotel Mewah itu. Padahal pemuda itu menganggap bahwa hotel dan semua fasilitasnya sudah di bayar oleh sebuah lembaga yang baru saja memberikan penghargaan kepada pemuda tersebut tapi kenyataanya TIDAK. Lebih miris lagi ketika pemuda yang luar biasa ini harus kehilangan semua uang pemberian hasil penghargaan tersebut saat tidur di stasiun karena tidak mampu membayar penginapan apalagi sebuah hotel. Namun sedihkah pemuda tersebut ? Sama sekali TIDAK! itulah jawaban seorang Eko Cahyono saat berkisah dihadapan YPPI saat YPPI berkunjung ke Perpustakaan Anak Bangsa yang dia kelola sekitar pukul 10.30-14.30 W.I.B hari ini (3/2/11).

Jika anda melihat gambar Papan bertuliskan Perpustakaan Anak Bangsa ini. Disana terlihat papan tersebut hanya disandarkan tanpa dipasang, itu karena untuk memasang itu, Eko di minta suruh bayar pajak sekitar 2 Juta oleh orang yang mengaku dari Pajak.

Bukan hanya peristiwa diatas yang sering dialami oleh seorang Eko. Pasca ditayangkanya Profile Eko di acara Kick Andy, pagi hari sekitar jam 06.00 W.I.B sebuah mobil mewah dari seorang anggota DPR datang berkunjung ke rumahnya yang sangat sederhana dengan janji-janji manis akan memberikan bantuan untuk perpustakaanya karena sangat salut dan bangga dengan apa yang dilakukanya. Namun hingga saat Eko bercerita ke YPPI hari ini, janji si pejabat tersebut tidak pernah terbukti. Jika anda percaya, Menurut Eko, Pasca ditayangkan Sosok Eko Cahyono di acara Kick Andy, hampir semua pejabat tinggi kabupaten hingga propinsi berdatangan ke Perpustakaan Anak Bangsa yang berlokasi di Jalan Brawijaya, Desa Sukopuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang ini. Yang perlu dicatat juga adalah hampir semua pejabat yang berkunjung semuanya BERJANJI akan memberikan bantuan untuk mengelola perpustakaan tersebut. Tapi perlu dicatat lagi bahwa semua janji-janji dari pejabat tersebut hingga detik ini tidak ada yang TEREALISASI ke perpustakaan Eko tersebut. Bahkan tidak tanggung-tanggung, salah satu partai “X” siap memberikan bantuan hingga Rp 300.000.000 (Tiga Ratus Juta Rupiah) jika perpustakaan tersebut bersedia memasang partai tersebut di Perpustakaan Eko ini. Namun dibalik kepolosanya, seorang Eko dengan TEGAS dan CERDAS MENOLAK tawaran dari partai “X” tersebut.

Perpustakaan Anak Bangsa milik Eko Cahyono ini tidak pernah memberikan aturan. Siapapun, darimanapun, dan berapapun buku yang dipinjam diperbolehkan

Perpustakaan milik Eko ini sudah memberikan hasil yang sangat luar biasa untuk masyarakat sekitar. Seorang Ibu-ibu yang saat itu sedang membaca di perpustakaan tersebut berkisah kepada YPPI bahwa usaha bakso yang dia jalankan selama ini berawal dari membaca buku yang ada di perpustakaan Eko ini. Seorang pelajar yang tadinya selalu mendapatkan ranking ke 35-45 di kelas, setelah sering membaca di perpustakaan Eko ini dengan mengejutkan langsung naik menjadi Raking 3 besar dikelas. Ada banyak kisah yang lain yang menunjukan keebrhasilan keberadaan perpustakaan Anak bangsa yang dikelola Eko ini. Yang menarik, di Perpustakaan ini, jangan harap seorang Eko Cahyono bisa menjawab dengan pasti berapa anggota perpustakaan beserta buku yang dipinjam di setiap harinya. Kenapa?Hal ini dikarenakan Perpustakaan yang terbuat dari bambu yang sebagian atapnya sudah kropos ini tidak pernah mendata dengan pasti semua data tersebut. Hal ini karena semua orang dari kalangan apapun bebas meminjam tanpa ada syarat apapun. Bahkan tidak sedikit yang sekali meminjam bisa mencapai 20-30an buku. Hal itu dilakukan karena orang tersebut sering mendapatkan pesanan dari masyarakat yang lain untuk meminjamkan buku. Namun dengan kesadaranya masyarakat tetap mengembalikanya. Bicara tentang kisah dan perjuangan seorang Eko Cahyono mungkin tidak akan pernah habis untuk dituangkan dalam tulisan. Yang menjadi catatan dari hasil kunjungan YPPI ke Perpustakaan Anak bangsa milik Eko Cahyono ini antara lain:

  1. Salah besar jika dikatakan minat baca masyarakat itu rendah, yang rendah adalah kepedulian masyarakat untuk melakukan aksi nyata seperti yang Eko Cahyono lakukan serta rendahnya KEMAMPUAN kita untuk bisa memberikan solusi NYATA atas adanya masalah ini.
  2. Pejabat-pejabat negara beserta birokrasinya seringkali hanya BERJANJI tanpa pernah memberikan BUKTI. Di negeri ini masih banyak pejabat yang hanya pandai mencari muka tanpa punya rasa malu. Padahal apa yang mereka lakukan seringkali dianggap memalukan oleh banyak orang.
  3. Sebuah tantangan besar untuk para dosen, mahasiswa, organisasi, asosiasi dan beragam golongan yang selalu menyeru dan berkoar-koar untuk memajukan perpustakaan. Apakah kita tidak malu dengan seorang Eko Cahyono yang hanya seorang Pemuda lulusan SD yang sudah bisa melakukan hal yang luar biasa dibidang perpustakaan ini, sedangkan kita selama ini hanya pandai bicara dan berkoar-koar semata tanpa melakukan usaha-usaha kongkrit untuk memajukan perpustakaan di Indonesia. Mungkin bisa saja dari setiap kita BERKILAH dan berdalih dengan berjuta ARGUMEN untuk Pembenaran “semu” semata. (Untuk anda yang sudah melakukan sesuatu untuk memajukan perpustakaan tidak perlu merasa tersindir atas pernyataan ini).
  4. Ketulusan, keikhlasan, kesabaran, pengabdian serta kepekaan lingkungan sekitar merupakan CIRI-CIRI KHUSUS dari orang-orang luar biasa seperti Eko Cahyono ini. Hal itulah yang mungkin masih perlu kita koreksi bersama-sama, Sudahkah Pustakawan dan calon pustakawan memiliki kepribadian tersebut ? Mungkin kita (Pustakawan) seringkali lebih banyak MENUNTUT Gaji besar, anggaran perpustakaan besar, dan beragam TUNTUTAN lain. Namun pernahkah kita koreksi diri kita tentang sebuah pertanyaan, Apa yang sudah kita lakukan dengan Profesi kita (pustakawan) ? Prestasi apa yang sudah kita buat untuk perpustakaan ?
  5. Jika kita masih beranggapan bahwa untuk memajukan perpustakaan dan minat baca masyarakat harus menggunakan dana besar, maka kita perlu BELAJAR banyak dari orang-orang luar biasa seperti Eko Cahyono yang hanya lulusan SD  ini. Padahal tidak sedikit fakta yang justru lembaga atau perpustakaan yang diberikan dana besar, dikelola oleh sarjana perpustakaan bahkan seorang dosen ilmu perpustakaan bisa mencapai prestasi dan hasil seperti yang telah Eko Cahyono capai selama ini.
  6. Lain-lain ……

Catatan: Tulisan ini sebelumnya sudah di tulis di www.pustakaindonesia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline