Mendengar kata panti jompo, di benak kita langsung terbayang sebuah tempat yang menampung sekumpulan orang yang telah lanjut usia untuk mendapat perawatan. Alasan mereka menitipkan orangtuanya, bisa jadi karena pihak keluarga tidak bisa merawat orangtua, atau bisa juga sudah tidak ada pihak keluarga sama sekali (anak-anaknya meninggal).
Di awal bulan ini, viral pemberitaan anak menitipkan orangtuanya ke panti jompo (Griya Lansia), mempercayakan ke tempat pelayanan tersebut, bahkan sampai jika orangtua (ibunya) meninggal, mempersilakan pihak panti mengurusnya. Aduhai, kejamnya dunia ini,Bu!
Baca juga:https://www.kompas.com/
Kesan pertama bagi saya --yang memang terbiasa hidup dengan keluarga lengkap--panti jompo adalah tempat "pembuangan". Sadis sekali ya, memang masyarakat pedesaan seperti saya, akan lebih memilih merawat orangtua yang berusia lanjut tetap bersama keluarga. Memilih tetap di rumah sendiri daripada menitipkannya ke panti jompo.
Tapi, ada banyak alasan bagi mereka yang mempercayakan orangtuanya tinggal di panti jompo. (Selain program dinas sosial dan yayasan sosial yang memang berkompeten)
Alasan klasik pertama adalah kondisi ekonomi sang anak. Ekonomi memang tak bisa dipungkiri menjadi penyebab keluarga sering bertengkar (suami-istri) bagi yang tidak memiliki pondasi agama yang kuat.
Kedua, kesibukan masing-masing anaknya. Tiada waktu untuk merawat, hanya untuk merawat anak sendiri saja kadang kewalahan, apalagi ditambah merawat orangtuanya!
Ketiga, tidak ada kesadaran, ketulusan hati, kelembutan dan pemahaman balas budi yang baik. Sebagian besar hanya memperturutkan ego masing-masing.
Berkaca dari kasus ibu Trimah di atas, keluarga di pedesaan memilih merawat orangtua bagaimanapun susah kehidupannya, bisa jadi karena:
1). Orangtuanya pasrah, makan tak makan kumpul.
2). Orangtuanya lebih nyaman dan tenang hatinya bila selalu bersanding anak-cucunya, masalah makan dan lainnya, dipikirkan