Lihat ke Halaman Asli

Yoyon Supriyono

Kuli kapur

Apresiasi untuk Guru Sampah

Diperbarui: 4 Oktober 2023   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokpri

                                                                                                                            

           Sampah menjadi primadona masalah saat ini. Benda tak bernilai itu dulu dipandang sebelah mata karena keberadaannya belum menimbulkan masalah seperti saat ini. Masalah pencemaran lingkungan yang bahkan di musim penghujan dapat menimbulkan bahaya banjir, salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya manajemen penanganan sampah yang memadai.  Akar masalahnya terdapat pada kebiasaan masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan. 

     Sekolah sebagai agen of change diharapkan mampu merubah perilaku anak sejak dini agar bijak dalam memenej sampah. Anak-anak yang sudah terbentuk karakter dan perilakunya, kelak akan menjadi virus perubahan di skala keluarga dan masyarakat pada umumnya. 

Foto Dokpri

     Sendi Sonjaya, S.Pd., seorang guru honor di SMPN 4 Gantar, kabupaten Indramayu yang dijuluki guru sampah, melakukan aksi nyata dalam menangani sampah di sekolah tempatnya mengabdi. Idenya menyulap sampah menjadi benda padat bernama ecobrick, sedikit demi sedikit membebaskan lingkungan sekolah dari serakan sampah. Dengan telaten ia memahamkan sekaligus mengimplementasikan kepada siswa cara bijak menangani sampah. Seusai jam pelajaran terakhir atau pada waktu tertentu, siswa dikerahkan untuk menyisir dan memilah sampah organik dan non-organik yang berserakan di lingkungan sekolah. Sampah yang dipungut dimasukkan ke dalam karung yang berbeda. Di tempat pembuangan akhir, tiap karung dibuka dan dicek bersama-sama. Bila ditemukan sampah yang salah tempat, maka hal ini menjadi temuan yang langsung diketahui seluruh siswa.  Kegiatan ini dikaitkan dengan nilai karakter dalam pekan ulangan tengah semester untuk mata pelajaran yang diampu Pak Sendi. 

Foto Dokpri

   

     Sepintas kegiatan ini  nampak mengasyikkan bagi siswa, ketimbang mendengarkan ceramah guru di dalam kelas.. Walau terik matahari menyengat, siswa tampak senang dan antusias. Poinnya adalah mereka paham betul perbedaan sampah organik dan non-organik. Bahkan lebih dari itu, mereka terbiasa memilah dan membuang sampah pada tempatnya, karena bila tidak, mereka juga yang harus memungut ulang. Capek deh.

      Sampah non-organik yang terkumpul kembali dipilah. Ada yang dimanfaatkan untuk bahan ecobrick, ada juga yang bernilai ekonomis dijual untuk kas pengadaan sarana kebersihan. Sampah kertas yang masih bersih akan dijadikan bubur kertas sebagai bahan kreasi lainnya. Sementara sampah organik akan diproses menjadi kompos. 

     Sedangkan sampah organik dapur (sod) seperti sisa makanan, buah-buahan atau sejenisnya, rencananya akan dimanfaatkan sebagai pakan dalam program budidaya magot. Magot ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai pakan ikan di kolam sekolah. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline