Perutku terasa keroncongan, pandangan mataku agak kabur. Kini satu tanganku memegang tiang listrik, sambil tangan kiriku memegang perutku yang sejak tadi keroncongan. Aku merasa lemas sekali, seakan-akan ada bayangan besar yang meliputiku didepan mataku.
Aku membuka mataku perlahan karena aku merasa ada bau yang familiar bagiku. Tiba-tiba terdengar suara lirih disana.
" Siapa anak mu anak muda? Suara itu bertanya dengan nada yang perlahan tapi pasti.
" Franz, aku jawab dengan seketika
Ketika aku akan bangkit melihat sekelilingku, aku hampir-hampir tak bisa bergerak sama sekali.
" Anak muda jangan kau gerakkan tubuhmu lebih dari itu, kata orang yang belum kuketahui namanya tersebut.
" Panggil saja aku Raden, aku seorang penjual kelapa, disekitar sini ....
Sambil ia mengaduk-ngaduk sesuatu ia berkata, " Aku tak tahu asalmu dari mana, namun satu yang pasti kuketahui kau pasti mengalami hal-hal berat sebelumnya
" Tenang saja aku tidak akan menyakitimu seperti orang-orang diluaran sana, aku akan mengobati dan memberikanmu makanan, tambahnya.
Kini sesuatu yang ia aduk-aduk sepertinya sudah jadi. Ia mengambil sebuah mangkok, terus ditungkanlah makanan berkuah tersebut kedalam mangkok. Tiada kata-kata yang terucap diantara kami berdua. Aku langsung melahap makanannya tanpa ampun. Kunikmati tanpa berpikiran apapun.
" Semoga bubur ini bisa menjadi penyembuh rasa laparmu nak, katanya.