Lihat ke Halaman Asli

Yovita Nurdiana

Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Je(bakan) Li(ma) Ta(hun)

Diperbarui: 30 September 2024   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hantu membawa kapak (sumber gambar : pngtree.com)

Kala itu, aku terpaku pada satu buku yang terjatuh di depan mataku. Bola mataku seakan enggan tuk bergerak. Ada apa dengan buku itu? Menarikkah? Baguskah? Aku berada di perpustakaan karena sebuah tugas yang harus aku selesaikan dan harus mencari beberapa buku sebagai bahan tambahan tugas kuliahku dalam satu semester ini. Aku mengambil jurusan sejarah, padahal bukan jurusan kesukaan, hanya karena itu pilihan ketiga saat aku diminta memilih tiga jurusan saat pendaftaran. Sedikit kecewa, tapi tidak ada salahnya mencoba kan?

Aku sangat malas masuk kuliah sampai saat ini. Tak ada semangat dan belum punya teman dekat seperti teman yang aku jumpai. Aku hanya menengok kanan dan kiri, melihat yang lain semangat, tapi aku belum bisa. Hingga aku menabrak seseorang di depanku karena aku tak melihat depan. Aku menelan ludah.

Oh tidak, semua barang yang Ia bawa terjatuh. Ia memungutnya satu persatu, aku membantunya. Tapi Ia menatapku tanda tak suka padaku, lalu pergi tanpa berkata apapun. Aku lihat satu buku tertinggal di bawahku, buku yang menarik perhatianku di perpustakaan tadi tapi belum ku sentuh, lalu aku mengambilnya. Aku ingin mengejarnya tapi Ia sudah hilang bagai ditelan bumi, entah ke mana perginya aku tak tahu.

Aku berjalan dan masih melihat ke sana-ke mari masih juga belum ketemu. Aneh sekali. Ia hantu atau manusia sih? Kok cepat sekali ilangnya? Aku menelan ludah, entah kenapa tiba-tiba jadi takut, merinding, tempat yang kulalui menjadi sepi, tak ada mahasiswa.

Sebuah tangan yang sangat dingin menyentuh bahuku. Aku melirik bahuku dan ada sebuah tangan dengan kuku tajam. Oh tidak, hantu. Tapi aku tak bisa lari, hanya terdiam. Aku beranikan diri menoleh ke belakang, tak ada siapa pun. Tangan itu hilang. Aku berbalik ke belakang, ada sosok manusia di depanku. Seorang pria dengan baju sangat lusuh menatapku. Jangan-jangan Ia hantu yang menyentuhku tadi.

Aku melihat kukunya, tidak ada yang tajam seperti tadi. Aku aman, berarti Ia manusia, tapi kok diam saja ya? Apakah harus kusapa? Atau aku lari walau diri ini tak bisa ke mana-mana. Aku masih terdiam berhadapan dengannya. Mukanya tidak seram, biasa saja, tapi suasana di sini teramat menyeramkan.

Aku menunduk sejenak, lalu melihat ke depan. Ia hilang. Lalu ada tangan menyentuhku lagi, aku menoleh ke belakang, tak ada siapapun. Lalu aku menoleh lagi ke samping, Ia ada di sampingku dengan muka sangat seram. Aku tak bisa lari, terpaksa melihat wajah seramnya menuju wajahku.

Aku juga ingin teriak tapi tidak bisa. Ia meniup wajahku, terasa hangat. Apa maksudnya? Apa yang Ia ambil dariku? Hal baik? Atau hal jahat? Aku semakin takut. Aku belum pernah melihat hantu, sekalinya melihat, seseram ini. Lalu, kenapa aku bisa lihat? Apa alasannya Ia menunjukkan kehadirannya? Dari wujud manusia hingga menakutkan begini.

Tiba-tiba pandanganku tidak jelas. Lalu aku pingsan di tempat. Beberapa menit setelah itu aku terbangun, di tempat yang sama, tapi catnya berbeda, yang semula hijau muda, kini putih. Hantu menyeramkan tadi juga tak ada. Suasana masih sepi. Tapi yang membuat berbeda, aku bisa jalan, tak seperti tadi, diam di tempat.

Aku berjalan lurus, menuju ke parkiran untuk pulang, karena perasaanku tidak enak, kuputuskan untuk tidak masuk kuliah di hari ini. Mending aku pulang, istirahat agar besok bisa kuliah dengan tenang dan sehat. Aku sudah berjalan ke parkiran, tapi kenapa aku lewat sebuah perpustakaan yang tadi aku lewati?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline