Di saat aku duduk di sebuah warung, aku melihat seorang Bapak menuntun sepeda membawa es krim yang Beliau jual. Cuaca saat itu sangatlah panas. Jarang ada orang yang duduk di tempat yang disediakan karena sangatlah panas, tanpa pohon di sekelilingnya.
Pengunjung cenderung berjalan di tempat yang sejuk sambil melihat aneka macam barang yang dijual di sekitarnya. Bapak penjual es melihat sekeliling yang kosong, lalu meninggalkan tempat itu dengan tangan kosong, seperti tempat itu yang kosong, belum ada pengunjung yang biasanya ramai saat malam hari karena tidak panas. Tapi jika malam, jarang sekali penjual es krim melewatinya.
Bapak menuntun sepeda itu kembali ke arah yang berlawanan dengan kedatangan. Aku yakin, harga es yang dijual Bapak masih lebih murah dibanding dengan es kopi yang dijual keliling juga. Tapi penjual es kopi tersebut lebih laris daripada Bapak penjual es, padahal hanya duduk diam sambil berteduh di satu tempat, beda dengan Bapak yang harus berpanas-panasan menawarkan apa yang dijual.
Penjual es kopi yang ku lihat itu juga rata-rata masih muda, dan kini sudah menyebar, terutama di daerah kampus saat panas terik menyapa. Bapak penjual es krim masih harus mengayuh sepeda juga, tapi penjual es kopi tidak mengayuh, karena yang dipakai seperti motor listrik. Sama-sama menjual yang menyejukkan tapi beda keberuntungan ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H