Lihat ke Halaman Asli

Yovita Nurdiana

Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Jujur Semakin Melanda

Diperbarui: 13 Juli 2024   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan truth (sumber gambar : m.kumparan.com) 

Aku berusaha untuk jujur, terutama yang berhubungan dengan uang, entah di kerjaan, entah pribadi. Kalau kerjaan, harus, karena sesuai dengan nilai pertama yang tercantum di kantorku. Jujur. Itu yang selalu kami baca di pagi hari sebelum memulai pekerjaan.


Aku sudah menerapkan kejujuran saat sedang berada dalam pekerjaanku. Aku bekerja di bagian pembelian bahan baku. Suatu hari aku sedang mencari suatu bahan, karena ragu dengan bahan itu, aku ke sebuah toko yang jarang aku kunjungi, mengingat di toko langganan tidak tersedia bahan tersebut. 

Aku selalu membawa bolpen tiap tugas luar. Karena aku selalu mencatat apapun dari hasil pencarian bahan tersebut.
Selesai mencatat, aku memasukkan bolpen itu ke tas, di bagian kecil bercampur kunci sepeda motor. Lalu aku membeli bolpen sebagai stok pribadiku, kebetulan aku membelinya dengan merk dan warna yang sama dengan yang aku bawa. Merk tersebut sangat cocok bagiku dan aku selalu suka warna itu. 

Setelah mengambil bolpen itu, aku meletakkan di atas tumpukan buku, karena aku masih mencari bahan yang aku bawa tadi. Kemudian aku keluar toko karena bahan itu memang tak ada. Sebelumnya, bolpen itu ku masukkan ke tas bagian besar alias utama yang berisi dompet, buku dll.


Sampai parkiran aku mengambil kunci sepeda motor hendak membayar parkir, aku kaget, kok bolpennya ada di bagian kecil itu? Lalu ku cek bagian besar tas itu, juga ada bolpen yang sama. Aku baru sadar, bolpen baruku belum terbayar. Aku masuk toko dan membayar bolpen itu. Maafkan aku tak bermaksud mencuri.


Di kantor, aku menemukan dua teman yang semua jujur. Teman pertama kadang membuatku sedih. Aku juga salah sih. Beliau belum selesai bicara, aku potong. Sebenarnya tak bermaksud motong, hanya membantu menjawab atau mengingat. Karena Beliau lupa mau cerita apa. Saat aku memberikan uang lebih dari yang diminta untuk belanja, Beliau mengembalikan uang lebih itu. Padahal dulu sempat marah saat aku memotong pembicaraannya.


Teman kedua, walaupun kadang keras kepala dalam bekerja, tetapi juga sama. Mengembalikan uang belanja, karena aku memberi lebih dari yang diminta. Padahal aku pernah memarahi atau menegur karena kesalahannya. Aku jadi merasa bersalah pada mereka. Ternyata kejujuran masih ada pada mereka. Nilai pertama pada perusahaan kami telah kami lakukan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline