Lihat ke Halaman Asli

Yovita Nurdiana

Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membawamu dalam Setiap Langkahku

Diperbarui: 8 Juli 2024   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepatu olah raga wanita (sumber gambar : blibli.com) 

Melangkah bersama lebih mudah daripada melangkah sendiri bukan? Makanya sepatu dibuat berpasangan, bahkan bisa pesan khusus sesuai kondisi atau bentuk dari kaki kita. Karena ada yang butuh sepatu khusus jika kakinya lebih besar dari ukuran sepatu yang ada di pasaran. 

Aku pun pernah pesan sandal perempuan dengan ukuran khusus, karena tempat tinggalku dekat dengan Bapak yang membuat sandal sesuai keinginan kita. Bukan karena tidak ada di pasaran, tetapi aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya memakai sepatu dengan memilih model sendiri dan pasti pas dengan kaki ku. Sayang sekali, UMKM seperti yang dijalani oleh Bapak itu tidak banyak di daerahku. 

Aku baru menemukan satu, itu pun juga kurang laku, karena bentuknya tidak semenarik yang dijual di toko, terlebih dengan merk-merk yang harganya lumayan. Karena kadang para wanita lebih suka membeli merk dibanding kualitas. 

Suatu hari aku mengajak Ibu untuk membeli sepatu olah raga, karena Beliau rutin mengikuti senam bersama teman-teman dan sanak saudara. Ibu bingung, lalu memintaku memilihkan untuk Beliau. Aku pun menjatuhkan pilihan pada sepasang sepatu yang cantik untukku, namun aku memakai ukuranku, padahal ukuran ku lebih besar dari ukuran sepatu Ibu. Waktu itu Ibu tetap membelinya karena itu pilihanku dan sepatunya bagus warnanya. 

Seiring berjalannya waktu, Ibu mengeluh karena tidak nyaman dengan sepatu pilihanku, karena merasa bukan ukuran Ibu dan terasa longgar. Ibu memberikan sepatu itu padaku dan menggunakan sepatu lainnya yang masih bisa dipakai. 

Aku pernah mengeluh karena kakiku luar biasa ukurannya sehingga agak susah mencari alas kaki, makanya aku memilih pesan di Bapak yang tadi. Mendengar itu, Ibu menegurku, karena masih banyak di luar sana yang tak punya kaki, atau punya kaki tetapi tak berfungsi, sehingga berjalan menggunakan alat bantu. Ibu benar, seharusnya aku bersyukur. 

Aku selalu memakai sepatu pemberian Ibu, hingga suatu malam aku lupa tak membawanya masuk rumah, tetapi ku tinggal di teras. Keesokan harinya sepatu itu hilang satu. Aku merasa bersalah tak bisa menjaganya. Hingga suatu ketika ada anak-anak yang melihat beberapa sepatu di rumah tetanggaku, yang memelihara anjing. Anjing itu nakal, selalu mengambil sepatu yang ada di luar rumah. 

Aku bersyukur, berkat bantuan anak-anak, sepatu yang hilang tadi ketemu, walau ada satu yang membuatku sedih. Talinya putus dan sepatunya robek karena gigitan anjing. Aku tetap memakainya dengan membelikan tali sepatu baru. Sepatu itu masih cantik, secantik hati Ibu. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline