Lihat ke Halaman Asli

Yovita Nurdiana

Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Baju Merah Jangan Sampai Lepas!

Diperbarui: 3 Juli 2024   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak kembar dengan baju kembar (sumber gambar : blogspot.com)

Ada yang pernah mendengar kalimat dari judul ini? Di mana? Dalam lagu lawas yang pernah dipakai dalam sebuah film komedi. Pas sekali jika dinyanyikan saat aku melihat kedua teman kerjaku yang tak sengaja bertemu di sebuah lorong, saat aku melewati mereka. Seakan mereka janjian memakai warna baju yang sama, padahal beda bagian. Malah mereka tak pernah sadar jika warna baju mereka sama, karena saat aku menyapa mereka dan berkata warnanya sama, salah satu dari mereka menjawab "iya" sambil melirik baju dari rekan yang ada di sampingnya.

Terkadang dalam hidup, kita pun tidak sadar akan sesuatu yang kita miliki atau kita pakai. Karena yang melihat itu orang lain, bukan kita. Semisal saja dalam film komedi, saat seorang Bapak bertanya di mana kacamatanya, ternyata ada di rambutnya. Seperti juga dengan peribahasa saat aku masih duduk di bangku SMP "Gajah di pelupuk mata tak nampak, tetapi kuman di seberang lautan tampak." Tetapi peribahasa tersebut cenderung ke arah yang negatif, karena artinya bahwa "Seseorang yang tidak mampu melihat kesalahan terbesar yang ada di dekatnya, bahkan kesalahannya sendiri." 

Pernah suatu ketika aku berbelanja di suatu toko, karena bawaan aku banyak dan memakan tempat, aku tidak sadar bahwa barang tersebut hampir terjatuh, dan seorang pria di dalam mobil mendekatiku dengan berkata, "Mbak, barangnya hampir jatuh." Pernah juga di saat aku sedang menuju ekspedisi untuk mengirim barang, tetapi karena terburu-buru agar tidak tertinggal armada, aku tidak mengecek yang aku pakai. Lalu dari jauh petugas agen berkata, "Mbak, tali sepatunya lepas, nanti bisa terjatuh." 

Tak perlu menunggu kenal dengan orang lain untuk melakukan kebaikan, walau hanya memberi satu kalimat, tetapi sangat berharga bukan? Kita memang harus disadarkan oleh orang lain, jika kita ingin menjadi sempurna. Terkadang sebuah kritikan pedaspun bisa menjadi suatu kesempurnaan bukan? Asal kita menangkap kritikan itu sebagai sarana untuk menuju kepada apa yang kita tuju. Begitu juga potensi yang kita miliki tetapi kita tak pernah sadar, baru tersadar ketika orang lain memberitahu pada kita. Jika kita sudah diberitahu tentang potensi tersebut, akan lebih baik jika kita kembangkan potensi atau bakat tersebut, agar kita semakin bisa dan akhirnya menjadi luar biasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline