Lihat ke Halaman Asli

Yovita Risnawati

Mahasiswi KKN RDR Ke 77 Kelompk 29 UIN Walisongo

Mahasiswa KKN RDR Ke-77 UIN Walisongo Membantu Proses Pembuatan Pentol

Diperbarui: 23 November 2021   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pembuatan pentol Pak No

Mengabdi kepada masyarakat merupakan kewajiban setiap mahasiswa untuk memenuhi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melaksanakan kegiatan KKN secara offline, tahun 2021 ini UIN Walisongo melaksanakan KKN secara daring karena kasus covid-19 yang belum melandai. Sistim pelaksanaan KKN Reguler Dari Rumah ini yaitu melaksanakan tugas pengabdian dengan mengabdi kepada masyarakat di daerah tempat tinggal masing-masing mahasiswa. Sehingga mahasiswa tetap dapat mengabdi kepada masyarakat disekitar rumahnya.Seperti yang saya lakukan yaitu mengunjungi usaha kecil pembuatan pentol milik Pak Sumarno yang telah ditekuni selama puluhan tahun. Pak Sumarno atau akrab dipanggil Pak No berjualan pentol keliling menggunakan sepeda motornya. Biasanya Pak No menjual dagangannya berkeliling di sekolah-sekolah, setiap ada tontonan, dan di gang-gang rumah. Tak ayal lagi jika beliau dekat dengan anak-anak. Pak No berangkat berjualan siang hari lalu pulang di sore hari. Dagangan pentol beliau Alhamdulillah lebih sering habis daripada tidaknya.

Karena ingin tahu bagaimana proses pembuatannya saya mencoba membantu Pak No memasak pentol. Butuh kesabaran dan ketekunan agar pentol bulat sempurna. Pentol Pak No ini tersedia berbagai macam yaitu: pentol biasa, pentol telur puyuh, tahu, dan aci. Variasi pentol dagangan Pak No ini membuat beliau memiliki banyak pelanggan setia. Sehingga nama Pak No sangat akrab ditelinga masyarakat sekitar. Dalam proses usaha pentol beliau tidak semulus kelihatannya. Pada pertengahan tahun 2020 kondisi mata Pak No yang terkena katarak memaksakan beliau untuk berhenti berjualan. Dan mulai berjualan lagi pada pertengahan 2021.

Ditengah pandemi covid-19 yang melanda, Alhamdulillah Pak No yang selalu mematuhi protokol kesehatan sehingga diberikan kelancaran selama berjualan, beliau selalu pulang dengan dagangannya yang sudah habis atau tersisa sedikit. Pandemi tidak menghentikan semangat Pak No untuk tetap berjualan. Sehingga usaha yang ditekuninya ini dapat menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline