Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kota Hujan Berubah Menjadi Kota Angkot

Diperbarui: 21 Juli 2015   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Bogor, sebuah kota yang selalu digambarkan sebagai kota yang indah, sejuk, nyaman terutama oleh warga ibukota. Namun predikat ini mulai tergerus oleh pertumbuhan kota yang tidak terencana dengan baik. Mulai dari permasalahan tata ruang, pengelolaan sampah, dan yang sekarang cukup kronis adalah transportasi. Dan akhirnya, julukan Bogor sebagai kota hujan mulai tergerus dengan julukan Bogor sebagai kota angkot.

Masalah transportasi ini mencangkupi masalah kemacetan yang telah menjadi PR Pemkot Bogor selama bertahun-tahun. Seluruh permasalahan di Kota Bogor ini pasti ada sebab dan akibat. Dalam hal kemacetan yang sudah menjadi makanan sehari-hari warga Bogor ini, penyebab awalnya disebabkan oleh perencanaan angkutan massal yang tidak dilakukan dengan baik. Dari dahulu Pemkot Bogor memiliki perencanaan angkutan publik yang baik, namun tidak pernah dieksekusi sebaik perencanaannya. Karena bertahun-tahun permasalahan ini tidak diselesaikan dengan baik, maka masalah transportasi publik dan kemacetan menjadi permasalahan akut Pemkot Bogor.

Pada masa kepemimpinan Walikota Bima Arya kali ini, Pemkot Bogor mulai berbenah. Namun, dalam permasalahan transportasi publik dan kemacetan, belum ada tindakan nyata yang bersifat meyeluruh. Kemacetan belum berkurang secara signifikan, lalu transportasi publik belum ada perubahan yang sesuai dengan harapan masyarakat Bogor.

Kemacetan di Kota Bogor masih menjadi momok warganya, terutama pada jam sibuk. Penyebab utamanya mulai dari rasio jalan yang tidak memadai, angkot ngetem, dan persimpangan dengan rel kereta api. Dalam hal rasio jalan yang tidak memadai, pertumbuhan jalan sulit untuk mengejar pertumbuhan kendaraan. Oleh karena itu, diperlukan angkutan massal yang memadai. Angkutan massal pada kota seperti Bogor ini setidaknya harus berbasis bus, baik bus sedang maupun bus besar. Mengapa? Karena dengan jumlah penduduk yang lebih dari 1 juta jiwa dan dengan mobilitas yang tinggi dari masyarakatnya, angkutan massal seperti angkot tidak bisa lagi menjadi tumpuan utama transportasi publik Kota Bogor. Angkutan massal berbasis bus ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Namun bila penambahan bus yang signifikan tidak disertai dengan kualitas bus yang baik, maka warga Bogor tidak akan tertarik menggunakan angkutan massal dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang akhirnya makin menambah volume kemacetan di Bogor.Oleh sebab itu, Pemkot Bogor dibawah kepemimpinan Bima Arya berencana mengganti 5 buah angkot dengan 1 buah bus sedang dan akan menjadi bagian dari Trans Pakuan. Jadi dengan penggantian 5 buah angkot menjadi 1 buah bus sedang dapat mengurangi jumlah angkot yang beroperasi. Jika kebutuhan akan bus yang berkualitas sudah teratasi. Bagaimana nasib angkot di Kota Bogor ini? Angkot akan menjadi feeder Trans Pakuan yang beroperasi di jalanan utama di Kota Bogor. Jadi jumlah angkot di Kota Bogor akan berkurang dan tidak akan memenuhi jalanan utama Kota Bogor. Lalu bagaimana dengan kemacetan yang disebabkan persimpangan rel kereta? Pemkot Bogor harus berkoordinasi dengan PT. KAI untuk mencari solusi kemacetan ini. Bisa dengan pembangunan underpass, pembuatan jembatan bagi pengendara kendaraan, atau yang paling masuk akal adalah dengan rel kereta yang semula berada di permukaaan tanah, dipindahkan ke atas tanah. Maksudnya adalah jalur rel kereta yang bersimpangan dengan jalan raya dibuatkan jalur rel layang seperti yang ada di daerah Gambir, Gondangdia, dan beberapa wilayah lain di Jakarta. 

Namun hal ini tidak akan berjalan dengan baik apabila dari pihak Pemkot Bogor maupun warga Bogor tidak bekerjasama dalam membangun Kota Bogor menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline