Lihat ke Halaman Asli

AMARILLA SYAWALANI

(19170027) MPI ICP UIN MALANG

5 Teori Belajar dalam Psikologi

Diperbarui: 24 April 2020   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori belajar telah banyak berpengaruh pada cara orang mengajar, membuat kurikulum kursus, dan menjelaskan berbagai hal kepada anak-anak mereka. Teori bermunculan yang mencerminkan perubahan nilai dalam lingkungan sosial kita dan pengaruh populer saat itu. Pada 1960-an, kognitivisme pindah ke garis depan teori belajar, tepat ketika budaya populer merangkul "lakukan hal Anda sendiri." Behavioralisme, postulat hadiah-dan-belajar yang lebih mendasar, menjadi sedikit kurang populer saat itu.

Teori belajar sangat gigih. Banyak penjelasan telah dirancang untuk mendefinisikan fenomena yang sama, mungkin karena belajar itu kompleks dan satu teori tidak cocok untuk semua orang atau setiap situasi. Berikut adalah lima teori terkemuka yang mencoba menjelaskan bagaimana kita tidur di malam hari sedikit lebih pintar daripada ketika kita bangun pagi itu.

1. Behaviorisme

Behaviorisme berasal dari akhir abad ke-19 dan, dengan demikian, lahir di era ketika ilmu pengetahuan alam berada di garis depan penemuan ilmiah. Ini menjelaskan pembelajaran sebagai respons terkondisi atau operan terhadap lingkungan, yang memasok konsekuensi positif atau negatif terhadap perilaku apa pun. Ini juga mendalilkan bahwa belajar hanya lengkap ketika dapat dilihat sebagai perubahan perilaku.

Behaviorisme mendalilkan pembelajaran dimulai dengan halaman kosong. Psikolog Amerika, B.F. Skinner (1904-1990) berpendapat bahwa teori itu tidak lengkap, karena tidak menjelaskan bagaimana kita mengatasi kegagalan awal untuk melakukan hal-hal seperti naik sepeda. Skinner menambahkan konsep bahwa pemikiran dan emosi sebelumnya juga berperan dalam pembelajaran manusia. Karena hal ini, karya Skinner kadang-kadang diberi label "behaviourisme radikal."

2. Kognitivisme

Kognitivisme sering kali dikaitkan dengan behaviorisme dalam praktiknya, tetapi teorinya bertentangan. Kognitivisme menjelaskan pembelajaran berdasarkan pada pemahaman. Pikiran, ketika menerima ide-ide baru, secara aktif memproses informasi baru untuk sampai pada pemahaman yang bergantung pada penggabungan pengetahuan dan asumsi sebelumnya. Ini menempatkan pemikiran di garis depan proses pembelajaran. Belajar dibuktikan dengan pemahaman baru, bukan perubahan perilaku.

Kognitivisme mengandalkan proses di mana informasi baru ditimbang terhadap pengetahuan sebelumnya. Bagaimana informasi baru cocok dengan informasi yang dipelajari sebelumnya? Ini membawa ke dalam proses bermain seperti pemecahan masalah, analisis dan memori.

Pemahaman didefinisikan sebagai "skema" kognitif, yang analog dengan kesadaran atau makna. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam skema yang sudah mapan.

3. Konstruktivisme

Seperti halnya kognitivisme, konstruktivisme melihat pembelajaran sebagai proses mental yang aktif. Di bawah teori kontruktivisme, orang membangun atau membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman sosial atau situasional. Ini memungkinkan orang untuk mengumpulkan informasi dan mengujinya melalui interaksi sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline