Di suatu desa di tepian kota yang damai dan tenang, dimana rumah-rumahnya masih sangat sederhana dan asri, ada sebuah taman kecil yang di tengahnya dihiasi dengan bunga-bunga yang indah, salah satunya adalah melati. Bunga kecil yang nampak lugu, indah dan mekar. Disudut yang lain ada seekor lebah penyendiri yang selalu sibuk dengan kegiatanya menjaga sarangnya, disuatu hari ketika lebah itu terbang tinggi tak sengaja lebah itu melihat melati dan kagum akan keindahanya, namun lebah itu tak berani menyapa sang melati, karena takut mengganggu melati yang sedang mekar-mekarnya, dia hanya bisa berkirim surat dengan melati, yang ternyata di balas melati dengan menyenangkan. Mereka pun bersahabat dan terus berbicara melalui surat-surat yang lucu dan penuh imajinasi. Lebah sering menceritakan petualanganya ketempat-tempat yang jauh dan menakjubkan, itu sepertinya membuat melati sedikit terhibur, lebah pun ikut senang.
Tiap hari mereka selalu berkirim surat, meski hanya untuk sekedar basa-basi, lebah sudah menganggap melati sebagai sahabat yang menyenangkan dengan keluguhan dan ketulusanya.
Hingga sang lebah memberanikan diri untuk menemui melati, meski sering sekali ajakanya di tolak, namun mereka akhirnya setuju untuk bertemu. Hati sang lebah amat gembira karena dia akan bertemu sahabatnya yang sering dia ajak bercanda dan berimajinasi dalam surat-suratnya, ketika bertemu, nampak sang melati agak canggung, namun sang lebah mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya berbicara, tak banyak obrolan yang terjadi diantara keduanya, hingga hari sudah malam dan lebah berpamitan pulang.
Kemudian di hari-hari berikutnya ada perubahan pada melati setelah bertemu dengan sang lebah, melati menjadi tak se menyenangkan dulu, dia kelihatan enggan membalas surat-surat sang lebah, sang lebah pun bingung harus berbuat apa, ketika lebah bertanya kenapa? Melati kelihatan marah dalam suratnya.
Lebahpun merenung, kemudian berbicara dalam hati,"seharusnya memang tak perlu bertemu, paling tidak,, aku tak akan kehilangan sahabat. Namun nasi sudah menjadi bubur, penyesalan sang lebah tak merubah apapun, waktu terus berlalu, bumi akan tetap mengorbit, meski ada seribu lebah bersedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H