Lihat ke Halaman Asli

Poso Kota Cerdas Bukan Smart City

Diperbarui: 17 Januari 2019   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://sultengraya.com/

Kebetulan Kompasiana memilih topik pilihan spesial #SaatnyaSulutGorontaloSulteng #KabarDariSeberang membuat saya tertarik untuk menulis sedikit opini mengenai kampung/kota kelahiran saya.

Tentu para Kompasianer pernah mendengar Kota Poso, sebuah kota kabupaten di Sulawesi Tengah dan merupakan kabupaten tertua di Sulteng yang pernah dikunjungi oleh Presiden pertama Indonesia. Poso pun pernah mengalami masa-masa suram pada periode tahun 1998 -2001, ketika itu terjadi konflik SARA yang begitu para sampai memakan korban mencapai ribuan, Bahkan Kapolri saat ini (Tito Karnavian), ketika itu sempat melakukan investigasi mengusut konflik di Poso dan menuliskannya dalam buku Indonesia to Secret : Membongkar Konflik Poso. 

Saya tidak akan membahas konflik Poso meskipun saya juga adalah korban dari konflik Poso yang membiat saya dan keluarga saya harus pindah dari kota Poso. Tapi pada tulisan ini saya akan sedikit menulis tentang Poso kota cerdas. Kalau kita pernah ke kota Semarang tentu kita akan menemukan kata ATLAS (aman, tertib, lancar, asri, sehat) atau kalau kita ke kota Bandung kita akan menjumpai tulisan Bandung BERMARTABAT (bersih, makmur, taat & bersahabat), kata Atlas dan bermartabat yang kita lihat itu tidak lain adalah slogan dari kota tersebut.

Ketika saya pulang ke Poso tahun 2017, satu hal yang membuat saya tertarik adalah saya selalu menjumpai di beberapa bagian sudut kotayang saya lewati kata atau tulisan Poso kota CERDAS. Hal yang pertama mu cul dipikiran saya melihat tulisan Poso Kota Cerdas adalah Smart City (kota cerdas) yaitu kota yang mengembangkan konsep pengelolaanya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memonitor dan mengendalikan setiap aset dan sumber daya yang ada dalam kota tersebut.

Namun setelah saya bertanya pada salah satu teman saya yang bekerja di Pemda Poso, ternyata Poso kota Cerdas adalah slogan kota Poso yang baru dari bupati yang baru. Kepanjangan dari kata CERDAS itu sendiri adalah Ceria, elok, ramah, damai, adil dan sejahtera. Selajutnya teman saya mngatakan, bukan sebuah kebetulan tiga huruf terakhir dari kata cerdas tersebut (DAS) sama dengan singkatan dari nama bupati Poso yang baru.

Dari informasi yang saya dapat dari teman saya itu, saya sedikit bingung dan kecewa. Bingung karena jargon kota cerdas saat ini banyak digunakan sebagai tagline oleh kota-kota di  indonesia bahkan kota-kota besar di luar negeri dalam rangka mengembangkan konsep Smart City. Kecewa karena ternyata perkiraan dan harapan saya dari awal melihat tulisan Poso kota Cerdas sebagai sebuah konsep smart city ternyata salah.

Dan setelah kurang lebih satu tahun terakhir sy sering pulang ke Poso untuk mengunjungi orang tua saya, saya dapat menilai sendiri bahwa memang tulisan Poso kota Cerdas bukanlah sebuah konsep smart city melainkan tidak lebih dari sebuah slogan yang sepertinya digunakan untuk menaikkan brand awareness masyarakat Poso terhadap tiga huruf terakhir dari kata CERDAS.

Banyak daerah di Indonesia saat ini sedang berlomba-lomba mengembangkan konsep smart city. Sebagai contoh dulu pak Ahok (ex Gubenur DKI) yang sekarang masih di mako Brimob awalnya memulai salah satu konsep smart city dengan E-budgeting, kemudian Walkot Bandung Ridwan Kamil mencoba dengan Command Center di balai kota, dan di kota Surabaya ibu Risma  mencoba mengembangkan konsep smart city dengan smart traffic light dan e-pengaduan.

Dampak dari konsep smart city yang dikembangkan oleh para pemimpin daerah tersebut saat ini sudah dirasakan langsung oleh masyarakat di kota-kota tersebut. Tapi sayang sekali kota Poso mencoba memakai tagline kota cerdas (smart city), namun yang ditiru hanya kata cerdas bukan konsepnya.

Saya hanya menyarankan jika kota Poso benar-benar mau mengembangkan konsep smart city dan bukan hanya sekedar slogan, maka langkah awal memulainya adalah membuat masterplan smart city, kemudian yang paling penting juga adalah meningkatkan kualitas SDM nya di setiap bidang termasuk memperbaiki mental aparatur sipil negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline