Terpilihnya Ma'ruf Amin telah membuat Mahfud MD tersingkir dari bursa cawapres. Hal ini bukan hanya mengejutkan Mahfud tapi juga mengagetkan seluruh pemerhati politik di Indonesia. Langkah Mahfud sebetulnya hanya tinggal satu langkah lagi menuju cawapres namun tikung-menikung dalam percaturan politik telah membuatnya terdepak di injury time.
Pilihan Jokowi memang tidak disangka-sangka. Yang paling tersakiti dengan pilihan itu tentu saja para Ahoker. Kita semua tau betapa militannya para Ahoker dalam membela junjungannya. Sangat bisa dipahami jika mereka tidak bisa menerima pilihan Joko Widodo. Tindakan Ma'ruf Amin yang telah membuat fatwa dengan mencap Ahok sebagai penista agama sangat melukai para Ahoker.
Luka tersebut belum sempat mengering sepenuhnya lalu bagai kesambar petir tiba-tiba musuh Ahok malahan diangkat sebagai cawapres. Hal ini membuat Ahoker patah hati. Di berbagai social media seperti Twitter, Facebook dan group-group WA bertebaran statement bahwa mereka akan memilih golput.
Dalam waktu relatif singkat, issue golput ini berkembang pesat. Para Ahoker semakin menepuk dada karena sikap mereka pada Jokowi menjadi sebuah protes yang tidak bisa dianggap enteng. Yang mungkin luput dari perhatian Ahoker; politik adalah tentang penggalangan opini dan perang issue.
Mereka terlalu asyik dengan ambekannya sehingga tidak merasa bahwa issue ini juga sudah digoreng oleh lawan politiknya. Tanpa mereka sadari, bermunculan akun-akun palsu yang mengaku sebagai Ahoker lalu turut memviralkan ajakan untuk golput. Akibatnya issue golput ini sekonyong-konyong menjadi sangat besar gemanya.
Suara Ahoker sangatlah penting untuk kemenangan Jokowi. Mereka harus segera dinetralisir untuk kembali ke jalan yang benar. Siapakah orang yang paling punya kapasitas untuk meredam kekecewaan mereka? Jokowi? Belum tentu. Jokowi adalah orang yang sedang mereka hukum. Bagaimana mungkin mempercayai ucapan seseorang yang telah dianggap menghianati mereka. Lalu siapa yang paling pantas melakukan tugas itu? Yak betul! Orang yang mampu mengemban tugas tersebut adalah Ahok sendiri. Bagi para Ahoker, Basuki Tjahja Purnama adalah pahlawan yang teraniaya. Dia adalah orang yang sangat bisa dipercaya dan selalu dibela mati-matian oleh Ahoker. Dan rasanya Ahok pun akan dengan senang hati melakukan tugas itu karena dia sangat mengidolakan sahabatnya, Jokowi.
Sebetulnya, jikalau Para Ahoker mau berpikir sedikit lebih jernih dengan menyisihkan sementara kekecewaannya, mereka pasti akan mengurungkan niatnya untuk golput. Cukup beri pertanyaan sederhana, "Apa yang kalian harapkan dari tindakan golput berjemaah tersebut? Jokowi kalah?"
Apakah tidak terpikirkan oleh mereka bahwa seandainya mereka golput dan Jokowi kalah, apa yang terjadi? Mereka bukan saja kehilangan Mahfud MD tapi mereka juga akan kehilangan Jokowi.
Bukan hanya itu, mereka juga akan kehilangan pakar keuangan Sri Mulyani, pakar infrastruktur, Pak Basuki HadiMuljono, pakar perikanan Ibu Susi Pudjiastuti, pakar perhubungan, Pak Budi Karya Sumadi, Pakar luar negeri, Ibu Retno Lestari Priansari, pakar agama, Lukman Hakim Saifuddin. Belum lagi masih ada kemungkinan mereka akan kehilangan Ibu Risma, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan lain-lain.
Para Ahoker harus tau bahwa jika Jokowi kalah, bisa jadi susunan kabinet Prabowo semuanya terdiri atas musuh-musuh Ahok. Saya coba memperkirakan secara sederhana dari bagi-bagi jatah jabatan tersebut.
Presiden : Prabowo Subijanto
Wakil Presiden : Sandiaga Uno.
Menteri Sekretaris Negara : Fadli Zon
Menteri Hukum dan HAM : Fahri Hamzah
Menteri Agama : Habib Riziek.
Menteri pendidikan dan kebudayaan : Ratna Sarumpaet
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak : Neno Warisman
Menteri Hukum dan Ham : Eggy Sujana
Menteri Sosial : Rocky Gerung
Menteri BUMN : Amien Rais
Menteri Dalam Negeri : Bachtiar Nasir
Menpora : Buni Yani