Lihat ke Halaman Asli

Yoyo

Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Reuni 212 Tanpa Habib Riziek, Sebuah Analisa Politik

Diperbarui: 4 Desember 2017   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Detiknews. Foto Lamhot Aritonang

Banyak orang bertanya-tanya, 'Apakah Habib Riziek akan datang ke reuni 212 Sabtu ini?'

Ternyata sudah terkonfirmasi di berbagai media bahwa Habib Riziek tidak akan datang. Misalnya seperti yang diberitakan detiknews. Lalu pertanyaannya adalah, 'Kenapa dia tidak datang?'

Sang Habib memang menghadapi dilema yang cukup berat. Sekarang ini dia statusnya buronan, sehingga kalau dia datang, bisa saja polisi langsung menangkapnya atas tuduhan perbuatan chat pornonya dengan Firza.  Seperti kita ketahui, Rizieq dijerat Pasal 4 ayat 1 juncto Pasal 29 dan atau Pasal 6 juncto Pasal 32 dan atau Pasal 9 juncto Pasal 34 Undang Undang RI nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.  

Sebaliknya kalau dia tidak datang maka dia akan kehilangan sebuah peluang emas. Kenapa? Reuni 212 bisa jadi merupakan kesempatan yang sangat baik untuk pulang ke Jakarta. Karena momentum ini tidak akan pernah datang lagi. Apabila Sang Habib berani pulang, sangat mungkin dia bisa selamat karena semua pendukungnya sedang berkumpul dan sudah pasti akan membelanya mati-matian. Sayang sekali jika kesempatan ini ditinggalkan, bukan?

Lalu kenapa Riziek tidak berani pulang? Analisa saya adalah polisi masih memegang kartu truf yang belum mereka keluarkan. Apa kartu truf tersebut? Hanya pihak kepolisisian yang tau tapi pastinya cukup membuat Sang Habib gentar untuk kembali ke Jakarta. Ada nama baik yang sangat besar untuk dipertaruhkan. Dia adalah seorang habib, tentu saja dia harus berpikir dua kali jika polisi sampai membuka aibnya yang jauh dari kepantasan dilakukan seorang habib. 

Kita tidak tau bukti apa yang dipegang oleh polisi dan kita tidak perlu berdebat apakah Habib ini melakukan perbuatan yang tercela atau tidak seperti yang dituduhkan polisi. Benar atau tidak sudah menjadi tidak penting lagi karena ini adalah peristiwa politik dimana hukum dipakai sebagai senjata. Hukum dan isu hak azazi manusia adalah hal yang sangat umum dipakai sebagai senjata dalam pertarungan politik dan itu terjadi di mana saja, di negara manapun di dunia ini.

Banyak orang mempertanyakan. Jikalau memang benar Habib Riziek melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan polisi, dan jika betul Habib Riziek adalah buronan, kenapa polisi tidak mengejarnya melalui Interpol. Bukankah itu yang dilakukan polisi ketika mengejar Nazaruddin dulu?

Jawabannya adalah sebagai berikut; polisi memang sudah merasa cukup jika Habib Riziek pergi dari Indonesia. Target polisi memang cuma sampai di situ. Buat lawan politiknya, mulut Habib Riziek terlalu berbahaya untuk dibiarkan berkoar-koar di negeri ini. Dia sudah berada di tanah Arab dan itu sudah cukup. Pokoknya mulut Habib Riziek sudah dibungkam. 

Seandainya polisi menggunakan Interpol untuk mengejar Riziek, risikonya lumayan besar. Sangat mungkin banyak orang yang akan membelanya. Bukannya menjebloskan Riziek ke penjara bisa jadi malahan justru menjadikan Riziek sebagai pahlawan pembela islam yang sedang dizholimi. Dan itu memang yang diidam-idamkan oleh Riziek Shihab. Dia ingin kepulangannya disambut dan dielu-elukan seperti kepulangan Ayatollah Khomeini ke Teheran dari pengasingannya di Paris dulu.  

Habib Riziek Shihab telah memutuskan untuk tidak datang ke reuni. Dia tidak berani mengambil risiko dengan berbagai pertimbangan. Jadi kapan Habib Riziek berani kembali ke Indonesia? Rasanya dia harus menunggu momentum berikutnya dan itu pasti masih sangat lama. 

Sebagai pengamat, saya menduga Riziek akan memanfaatkan momentum pilpres di tahun 2019. Karena di saat itulah kedua kekuatan besar sedang berhadapan dan fokus pada pemilihan presiden. Bila pihak Prabowo merasa perlu bantuan Riziek maka tentunya Sang Habib bisa pulang dengan relatif aman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline