Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Paling Tragis

Diperbarui: 13 Juni 2024   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepotong-potongan tragedi masih menua,ratapan masih menunggu di sini, sementara lukanya sedang di jahit sendiri dengan benang sukma yang rapuh dalam suram keadilan. Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan air mata, tapi selalu dicegat untuk mengeluarkan senyuman.

Kehidupan kaum koloni,hanya mampu mengenang duka, mengorek luka hingga menerima sayatan baru, di belati tangan jahil melalui lubang bedil sang berdadu. Seperti mereka menyambut wajar mereka di pagi hari, siang dibakar mentari dan sore hilang di peraduan di bawah senja diheningan. Sedangkan perjalanan dari waktu sudah dan terus menjadi misteri dan bukan takdir, tapi akan menjadi sebuah takdir jika tak tersingkap hakikat misteri.

Tragedi yang tragis hanya menjadi sisa-sisa kertas tercabik oleh naratif naratif kehidupan. Narasi keadilan di asa di balik tembok dengan teori-teori ketika ketidakadilan menyebar seantero, lenggok suram suratan di tangan pengen mula turani, menulis tangisan di atas takdir pahit, geometri kebenaran menjadi luka sekeping hati yang, berkah telapak kaki yang sepanjang jalan mencari di mana hilangnya keadilan.

Puas sudah manusia yang bersabda tentang keadilan bersinopsis kelabu. Kenyatanya memetik kesedihan dari mereka yang jiwanya patah. Menumbuhkan prasasti nama di wajah langit, sedang musim beralih kasih masih sama, hati luka tak pernah ada pengobatannya bagi yang pinta keadilan. Manusia belajar mencintai hukum tapi jadi tajam kata-kata, menoreh dalam-dalam, meninggalkan keadilan tenggelam di antara kertas-kertas yang berisi teori.

Keadilan seperti bulan kertas di langit basah, lenyap dalam resah dan usang dalam fatarmogana, berlayar mencari sinar yang hilang di antara berjuta ketidakadilan, memetik senyum kekasih yang patah berharap Tuhan berbaik hati menyembuhkan luka-luka memercikan roh pemberontakan, menyalakan keberanian, berlari dan mengejar keadilan di antara dunia yang tidak adil ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline