Lihat ke Halaman Asli

Cintaku Untuk Ibu Sepanjang Masa- Yossy Hanani

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1357294574305627977

Cintaku Untuk Ibu Sepanjang Masa

Pagi ini aku duduk ditemani lantunan melodi yang selalu berusaha buatku untuk selalu teringat akan malaikat ku ketika aku kecil dulu. Ya siapa lagi jika bukan ibu. Seorang wanita yang pengorbanan dan perjuangannya takkan bisa tergantikan oleh apapun yang hadir di alam semesta ini. Tuhanku yang maha pengasih, sungguh aku mencintai ibu. Jika Engkau berkenan ijinkanlah aku untuk mencium keningnya di kala mentari terbit. Di kala aku memang terjatuh dan terus terjatuh, tanpa ku sadar ibu lah yang selalu buat aku bangkit untuk melangkah pasti. Hanya dialah motivasiku tuk saat ini dan sampai nanti. Sampai pada waktunya aku takkan melihat ibu melalui kedua bola mataku. Bahkan mungkin takkan terukur oleh waktu. Bukan seorang kekasih yang selalu bersama aku di sini. Bahkan aku tak punya waktu untuk memikirkan orang lain selain dirimu, Ibu. Satu harapan yang pasti ibu ada untuk aku. Walau saat ini aku telah benar-benar jauh dengan ibu.

Kepergianku di sini bukanlah untuk sembarang tujuan, melainkan satu tujuan ku yang pasti. Kau tahu apa itu sahabat? Aku miliki cita-cita untuk dapat memandang senyum termanis ibu di kala aku memang telah benar-benar pergi sebelum dia. Bu, ini aku ibu. Saat ini betapa aku sangat merindu dirimu, Bu.

Keberadaanku di kampus ini adalah atas anugerah tuhan yang maha esa. Allah swt saat ini masih begitu mencintai aku dengan memberikan keberuntungan ini untuk aku. Terima kasih ya Allah. J

Sahabat, kini aku kuliah di kampus vokasi dimana mahasiswa nya memang lebih banyak di bidang praktiknya daripada teori. Politeknik Negeri Bandung, aku tak pernah berharap apa lagi berdoa kepada tuhanku untuk aku ada di sini. Aku tak pernah mengharap ini. Saat ini aku duduk di tingkat satu semester satu. Ketika kelulusan SMK telah diketahui, aku bimbang akan kemana aku? Orang tuaku masih adahingga saat ini,

aku bukan tergolong orang kaya seperti mereka yang suka menghamburkan uangnya dimana-mana. Kau tentu tahu maksudku sahabat. Aku berusaha tersenyum untuk ini. Di sini aku mulai tersadar akan kedewasaan aku. Kau tahu siapa orang yang paling riweuh ketika aku dalam kebimbangan? Hanya ibu, hanya ayah, dan bukan orang lain.

Ibu begitu risau, ketika aku tidak diterima kuliah di kampus yang jadi kebanggaan aku. Universitas Gajah Mada dengan alasan sekolah aku masih dalam masa black list. Tahun lalu ada kakak tingkat yang mendaftar Bidik Misi di UGM, tetapi oleh dia tidak diambil. Itulah sebab aku kini tidak dapat merasakan eskalator UGM. Sejak itulah aku merasakan kekecewaan yang luar biasa. Ketika yang lain sibuk mencari perkuliahana dan pekerjaan. Sahabat, aku sempat memikirkan ingin memilih bekerja untuk membantu biaya hidup orang tuaku. Tetapi apa lah daya, bisa apa aku. Aku lebih condong akan kemampuan otakku. Maka dari itu aku memilih jalur kuliah. Beruntung aku kenal dengan guruku di sekolah namanya pak David Haryanto. Beliau seorang wakil sekolah bidang kurikulum. Selang selama aku menghadapi kesusahan akan biaya sekolah, dialah yang selalu membantu aku. Dan itu ia lakukan dengan ketulusan hati tanpa pilih kasih. Betapa dia sangat sayang aku. Beliau seperti ayah angkatku. Dan memang seperti itu. Kini aku miliki dua orang tua. Karena itulah kini beban orang tua ku akan kehidupan aku dan kedua adikku sedikit berkurang karena bantuan pak David. Terima kasih ya Allah, sebab Engkau telah mengirimkan malaikat seperti dia. Sungguh ini adalah bagian dari narasi-Mu. Aku mencintai-Mu ya tuhan. Aku ingat pada suatu hari aku memang butuh dana dimana ibu dan ayah sedang tidak memiliki uang, tuhan ku memang tuhan yang maha adil. Dia memberikan aku sebuah keajaiban dengan hadiah beasiswa prestasi. Dan itu hampir terjadi di setiap kalinya. Sungguh ini kah bagian dari narasi-Mu ya Allah. Entah harus berapa kali aku mengucapkan rasa syukur ku pada-Mu ya Allah. Izinkanlah aku untuk selalu menjadi hamba-Mu yang taat beragama.

Aku mendaftar ke Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) atas dukungan serta dorongan temenku yaitu Venny Juitasari. Dia mendaftar sebagai peserta PMDK Akademik dan aku PMDK Bidikmisi. Padahal saat itu aku tengah menunggu panggilan dari suatu perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo Tbk) namun tak kunjung hingga Oktober sekarang. Ibu bingung harus bagaimana, bahkan ayahku juga bingung bagaimana dapatkan biaya untuk pergi ke Bandung hanya untuk mendaftar ulang. Transportasi dari Cirebon ke Bandung tidaklah seribu atau dua ribu melainkan seratus ribu untuk perjalanan pergi dan pulang. Dari sekian yang mendaftar ke Polban di sekolahku, hanya aku yang pada saat gelombang I diterima. Sungguh Allah memberikan apa yang memang aku butuhkan, dan tidak memberikan apa yang aku inginkan. Aku sangat bahagia. Ketika itu jua, aku diterima di kampus Unswagati Cirebon. Saat itulah aku menerima beasiswa prestasi satu juta dari perusahaan Wardah Cosmetic dan itu memang bukan jumlah yang sedikit. Ini sudah lebih dari cukup. Yah, itulah ceritaku ketika pertama kali aku menginjakan kaki ini di kampus Polban bersama ayah. Seorang ayah yang ku kenal galak dan super egois, tetapi di luar itu ayah begitu melindungi aku. Teringat ketika hendak berangkat aku berpamitan dengan ibu, mencium tangan kanan dia, dia tak berucap dan hanya meneteskan air mata nya yang sungguh berharga. “Bu, aku takkan pergi jauh dari ibu. Kepergianku ke Bandung untuk menuntut ilmu, untuk bisa lihat senyum ibu. Pada saat ibu memeluk aku dan berucap mama bangga sama kamu.” Itu harapan aku. Sepanjang perjalanan dini hari pukul 02.00wib ayah tertidur pulas di angkot, tetapi aku masih tak dapat memejamkan mata ini karena bayangan aku yang selalu ingat akan ibu di rumah. Beliau pasti memikirkan aku di sini. Sungguh tidak rela ya Allah, tetapi ini adalah langkah awal aku untuk bisa dapatkan mimpi itu. Mimpi ketika aku bisa buat ayah dan ibu bangga memiliki anak seperti aku. i promise one day I will make you proud.

Pikiran ku terbayang jauh di angkot help yang saat itu tengah melaju mulus di aspal dini hari, benarkah aku akan benar-benar jauh dengan orang tuaku terutama dengan ibu? Yang aku selalu ceritakan masalahku pada ibu, ibu yang selalu membelikan aku baju baru sesuai ukuran tubuhku yang aku tidak pernah tahu berapa ukuran bajuku sendiri, ibu yang ketika pagi membangunkan aku ketika aku mililki agenda pada saat itu, ibu yang selalu memasak makanan kesukaan aku, ibu yang selalu tahu selera aku seperti apa dan bagaimana, ibu yang selalu mengerti dan tahu ketika aku memang benar-benar ada masalah, ibu yang selalu tahu problematic hidup aku, yang tahu aku harus bagaimana, hanya dia tempat curahan hatiku untuk hari kemarin, sekarang dan masa yang akan datang. Sebentar lagi aku akan jarang merasakan indahnya kebersamaan aku bersama ibu. Yang saat ini telah benar-benar aku rasakan. Tuhan, ingin rasanya aku di sini ditemani bersama dengan ibu dan ayahku. Bahkan dengan kedua adikku yang saat ini duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Aku rindu mereka. Sungguh aku sangat rindu mereka.

Rasa kangenku bersama ibu akan semua aktifitasku bersama dia dalam setiap harinya, yang kini aku tidak pernah temui itu. Bahkan merasakannya pun tidak. Rasa kangen aku terhadap ayahku, walau dia galak terhadap aku, nadanya yang selalu keras, bahkan gamparan tangannya yang pernah menyentuh pipiku ketika aku memang pernah menjadi gadis nakal di kala remaja ku dulu, tapi kini aku sangat rindu ayah, aku sangat rindu ketika ayah berusaha semaksimal tenaga dia untuk dapatkan biaya hidup aku dan ibu serta adik-adikku, ayah yang selalu bawel ketika aku dekat dengan pria lain selain ayah, benarkah ayahku cemburu? Maafkan aku ayah. Bahkan di sini aku sangat rindu dengan adik kembarku di rumah. Adik-adikku yang dulu ketika aku berada di rumah, mereka selalu buat aku sebel, selalu buat aku marah pada tiap waktu, selalu buat aku nangis, tapi dari situ baru aku rasakan inilah adikku. Mereka kini tanggung jawab aku ketika kelak mereka dewasa nanti. Itu pesan ibuku di rumah. Bahkan orang-orang di rumah, selain mereka ada nenek aku yang selalu bawel dengan usianya yang semakin menua, tulangnya kini semakin membentuk menghilangkan daging tubuhnya. Itulah nenek ku, dia bawel untuk hal-hal yang bersiftat sepele. Tapi dia selalu menangis ketika aku memang benar-benar merasakan kelumpuhan kaki ku dulu. Itu wujud kasih sayang nenek aku untuk aku. nenek yang selalu merangkul ketika aku menangis kecil di kamar seorang diri. Itulah nenek ku sang pahlawan revolusiku. Tuhan, aku sangat rindu mereka. Aku ingin sekali pulang menemui mereka, namun apalah daya aku bukan superman yang bisa terbang ke sana ke mari. Aku bukan jinnya Aladin yang bisa menghilang dari tempat satu ke tempat lainnya. Aku bahkan bukan penyihir yang selalu berkata “dari yang tidak ada menjadi ada”. Aku bukan seperti mereka. Aku hanya manusia di dunia ini. Yang tanpa kasih sayang tuhanku aku takkan bisa hidup. Hidup yang saat ini ku jalani adalah cerita lentera kisahku. Aku kadang baik, kadang pula tidak baik. Kadang jadi motivasi untuk orang lain, terkadang pula bikin jail teman-temanku hingga mereka marah padaku. Inilah aku. anak darai pasangan Surkiyanto dan Hasanah. Ketika mendengar aku diterima di kampus Polban ini, aku melihat sosok ibu yang takkan sanggup berbicara lagi ketika melihat anaknya tersenyum bahagia dengan keceriaan aku. ibu bahkan tidak berucap sepatah katapun. Apa yang ibu lakukan? Dia hanya tersenyum menatap aku, lalu butiran air dari matanya sedikit demi sedikit menetes menyentuh bumi. Lain halnya dengan ayahku, ayah mencium kening aku dan berkata “ayah bangga padamu, Nak. Kamu harus bisa jadi yang terbaik yang lebih dari teman-temanmu yang lain untuk ayah dan ibu.” Aku tidak menjawab, aku hanya menganggukkan kepalaku. Kata “iya” terlalu sulit untuk aku katakana ayah, maafkan aku. tetapi jauh di hati ini aku sangat bahagia miliki ayah sepertimu ayah. Ketegasanmu adalah wujud kasih sayang untuk aku. kelembutan ibu adalah realita cinta ibu untuk aku, anak ibu yang manja yang saat ini selalu merindu ibu. Ibu yang baik hatinya, betapa bahagia nya beliau hingga kepada semua orang ia katakana “anakku bisa kuliah di Bandung.”

Kini aku tinggal di Bandung, dikhususkan di Asrama Polban sebab aku mahasiswa Bidikmisi. Ya, kini aku bukanlah siswa lagi. Aku kini jadi mahasiswa. Mahasiswa vokasi Politeknik Negeri Bandung. Aku bangga bisa merasakan kuliah di sini. Bersama orang-orang hebat untuk menjadi lebih hebat lagi, bersama orang-orang baik untuk hidup lebih baik lagi. Inilah niatan terbaik aku untuk ibu. Satu yang pasti, di Bandung ini aku akan menjadi hamba yang terbaik untuk tuhanku, menjadi anak yang sholehah untuk ibu dan ayahku, menjadi kakak yang cinta akan adiknya, dan orang yang tidak menyusahkan orang lain. Perpindahan siswa ke mahasiswa bukanlah suatu proses yang mudah dilewati, bahkan hingga saat ini aku masih belum maksimal merasakan perpindahan itu.

Aku bangga tinggal di Asrama Polban ini jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Terlebih dengan wujud aku mahasiswa Bidikmisi. Yang dituntut harus unggul dan perlahan aku mulai unggul di kelasku. Ini menjadi kegembiraan lebih ketika aku menyampaikan pesan ini kepada ayah dan ibu. Bu, ayah, tunggulah saatnya aku akan jadi anak yang paling kalian banggakan. Ehehee….

Kehidupan di Bandung tidaklah sama dengan kehidupanku di Cirebon. Pergaulan di sini bagiku jauh lebih dominan parah, orang-orang Bandung cenderung cuek walau up to date. Lain halnya dengan kehidupanku di Asrama yang sama-sama saling mengasihi dan saling menyayangi bahkan saling berbagi dengan yanglain. Di Asrama inilah aku selalu teringat akan ibu. Bagaimana mungkin tidak? Jadi, untuk ayah dan ibu, jangan khawatir aku akan baik-baik saja di sini bersama dengan orang-orang hebat yang akan buat aku jauh lebih hebat dari yang kalian harapkan. Ayah dan ibu doakan aku selalu yah. Untuk anakmu yang kelak akan membuatmu bangga.

Sahabat, aku ingin bercerita satu kejadian dimana aku sangat merasakan aku memang tidak bisa hidup tanpa cinta ibu. Ketika itu…..

TRUE STORY

OF 13TH AUGUST 2011

Pukul 00.20 wib.

Hai diary…

Sobat, aku sedih. Kamu tau apa perasaanku kini? Aku takut. Tuhan, sakit ini sepertinya begitu teramat terasa dalam tubuhku terutama di tangan kiriku, kepala, perut dan kaki yang sulit untuk berjalan. Tuhan… aku sayang mamah sayang ayah juga. Sampaikan pesanku jika memang besok aku tiada bersama mereka tuhan. Mereka yang selalu sayang aku yang selalu mencintai aku seutuhnya tanpa pernah lelah letih mendorongku untuk maju. Sore tadi tepatnya hari sabtu pukul 15.50 wib aku dan ayahku berniat untuk jihad buka bersama di sekolah. Namun tak di sangka dan ga di duga, aku dan ayahku mengalami kecelakaan. Sungguh malang nasibku namun tak semalang tetanggaku yang kehilangan kakinya karena patah. Sobat, tau kah kamu sebelum berangkat aku menceritakan mimpiku sama mamah dan ayah. Aku bermimpi mengalami kecelakaan hingga harus kehilangan kaki kiriku. Bahkan memang diharuskan untuk berjalan menggunakan tongkat. Namun ku pikir itu hanyalah mimpi belaka. Tetapi ternyata itu fakta. Akhir- akhir ini aku memang sering kali mengalami mimpi aneh. Hingga berhari- hari. Namun kini terjawablah sudah. Terima kasih tuhan, Engkau memang sayang aku.

Sobat, bukan maksud hati menyalahkan orang lalin atau siapa pun engga. Tadinya aku memang tidak berniat untuk ikut buka bersama. Tapi tadi siang menjelang hendak pulang, ku temui ibu Sinta. Saat itu aku bersama Rachmat tanpa ku dengar lantunan merdu suara bu Sinta yang ternyata menyahut kami. Rachmat tepatnya. Ku katakan bahwa aku memang takkan datang dengan alasan teman- temanku pun takkan datang jua. Namun ibu Sinta sepertinya menolak secara hati. Perkataannya buatku merasa ga enak sendiri. Ketika perjalanan pulang menuju rumah, ku naiki kopayu sengaja aku duduk di samping Puput. Yang tak lain dia adalah siswa kedawung. Sejauh perjalanan pulang kopayu kian melaju bersama sejuknya angin yang merasuk di tubuhku. Beberapa perkataan bu Sinta masih terngiang di fikiranku. Aku coba tenangkan diri dengan bercerita pada Puput anak AP. Yah cukup tenang. Hingga dalam perjalanan itu tak sengaja aku ingat sosok insani yang buat aku selalu tegar hadapi rintangan aral yang datang menghimbau. Tak lain adalah Renta. Kekasihku yang kini tidaklah bersamaku lagi. Lamunan jauh terbayang bersamanya. Lalu sengaja ku panggil dia dalam sebuah pesan singkat. Namun tak ada balasan. Sepanjang perjalanan Hand phone yang ku genggam tak berdering sama sekali. Hingga tiba di rumah pun tetap sama. Namun ketika beberapa menit kemudian datng sms dari pak David. Ku ceritakan tentang bu Sinta. Hanya canda gurau yang menghiasi.

Sobat, ketika tiba di rumah ku temui mamah kian duduk dekat pintu. Wajah murung ku kini hadir kembali. Ku coba ceritakan pada sahabatku, mamah. Beliau sosok yang sangat berarti dalam hidupku kini dan nanti. Hatiku mulai sedikit agak gelisah ketika ku baringkan tubuhku di atas kapuk. Ku coba tenangkan diri dengan baca al-qur’an, tadarus al-qur’an. Saat ku tutup kalam Allah tersebut, ku berjalan temui mamah. Ku mohon saran terbaik darinya. Tiba- tiba berucap kata dari mamah tuk coba tanyakan pada ayah. Ku temui beliau di tempat billiard depan rumahku. Ku ucapkan alasan dan sebabku cari dia. Keputusan di ambil secara mufakat. Aku akan pergi buka bersama tuk temui bundaku, ibu Sinta. Sesungguhnya perkataan dia adalah seperti mamahku. Seperti sahabatku yang selalu mengayomi aku.

Sobat, aku pun berfikir semoga keputusan ini tak salah? tahukah kamu, bagaimana perasaan kamu saat orang yang kita sayangi terpuruk hatinya karena kita? ku harap kalian punya jawaban yang sama denganku. Yah, dan memang seperti itu.

Sobat, kecelakaan itu sangat singkat dan buat aku traumatis hingga kini. Saat ku cium tangan mamah nan hendak meninggalkan rumah, aku sangat senang karena akan menghadiri buka bersama yang tentunya pasti ku jumpai sosok ibu Sinta. Beliau sahabatku. Namun di sisi lain ada yang menjanggal ldengan perasaanku kini. Salam cium tangan mamah saat berpamitan ku lakukan berkali- kali. Hingga terucap oleh lidah mamah perkataan yang buatku geli dan memang aku terbahak. Itulah karakteristik mamah saat aku memang sedang murung. Hati tersegan- segan saat ku ceritakan perkataan bu Sinta yang kini masih menghiasi kepalaku. Oh tuhan… buat dia tersenyum untuk aku. Karena aku akan selalu buat dia tersenyum. Entah sampai kapan?

Sobat, saat motor yang ku duduki melaju stamplat dan melintasi aspal yang mulus. Ku ingat pesan mamah yang diucapnya tuk jangan letakkan HP dalam tas yang hanya berisikan mukenah dan piranti shalat lainnya. Walau saran dari mamah bertolak belakang dengan ayahku, namun baiklah sepertinya HP itu memang harus ku genggam. Maxtron itulah merk HP ku. Setipe dengan BB namun bukan Bau Badan. Heheheheee…

Sobat, kejadian inilah yang sangat aku takutkan hingga tak kuat ku tahan air mata ini. Saat melewati polsek, 10 meter dari tempat itu. Ayahku menabrak mobil truk yang melintas di depannya. Dan kau tau sedang apa aku saat itu? Tengah ku tulis pesan singkat pada Puput bahwa aku memang tengah dalam perjalanan menuju lokasi. sMK Negeri 1 Kedawung. Lokasi yang sangat jauh dari rumahku. Saat hendak ku kirim, tak tau aku dengan benda besar yang ada di hadapan ayahku. Lantas hanya ku dengart teriakan ayah. Saat ku buka mata tuk menatapnya. Aku tersentak…. !!!!

Tuhan, aku tak bias bergerak. Tubuhku terjatuh di tengah aspal itu. Kendaraan yang melaju di belakangku semua terhenti. Aku bahkan tak bisa bergerak tuhan. Perlahan ku buka mata ku dank u lihat ayah pun tergulai lemas di sana. Motor yang kami naiki bahkan ikut tertidur. Ku ucap nama- Mu tuhan. Seketika ucapan itu spontanitas memang menghiasi aku setiap saat “astaghfirullahal ‘adzim”. Dan kamu tau sobatbagaimana maxtron ku? Dia terpental jauh dari ku. Hanya ku dengar seseorang mengamankan namun entahlah. Saat posisi itulah ku sebut “ayah” “ayah” dan “ayah”. Hingga akhirnya tak sadarkan diri. Seseorang membawaku ke tepian. Melepas helm yang ku kenakan. Tak dapat ku lihat apap pun tuhan. Semuanya samar. Hingga akhirnya tubuhku terjatuh kembali bersama tanah. Namun hanya ku dengar lantunan suara- suara. Beruntung aku masih bias diselamatkan seseorang yang masih mempunyai toleransi terhadap sesame. Ku dengar dia orang Indramayu yang menolongku. Dia membawa aku ke polsek dekat kejadian itu karena berhubung puskesmas memang sudah tak ada yang bertugas. Aku tak dapat membuka mataku saat itu. Dunia begitu gelap bagiku. Seorang polis dating menghampiri aku. Ku terbangun seketika, namun tak dapat aku gerakkan kakiku. Tuhan… saat inilah aku mulai keluarkan tangis. “Ayah mana?” itulah yang ku ucap depan polis itu. Kembali polisi itu menanyakan identitasku. Aku Yossy Hanani. segera polisi itu menghubungi orang rumah. Entah aku tau bagaimana berita selanjutnya.

Ayah datang menemui aku. Aku merengek menangis di hadapannya. Saat inilah aku bilang aku memang lemah. Ayah bilang “jangan nangis sayang, semua sudah terjadi”.

Kamu tau ayahku juga luka di sebelah kirinya. Begitulah keadaan ayahku. Lalu bagaimana dengan aku? Tangan kiriku luka, bagian perut yang ku rasakan sakit, kepala berbinar- binary, ditambah lagi dengan posisi yang sulit untuk berjalan. Dengan keputusan bersama di ruangan polsek itu, ayah menggendongku. Aku akan dilarikan ke hospital.

Sobat, perlu kamu tau. Sekilas dengar‘hospital’ aku takut, aku merinding. Namun tak bisa menolak “tidak”. Untuk berucap pun tak kuat. Sesak nafas tengah ku rasakan saat itu. Dengan kendaraan polis aku di bawa ke RSUD Arjawinangun. Ruang UGD. Aku takut tuhan. Dulu aku memang pernah PKL di sini namun di bagian manajemen karena jurusan ku akuntansi.

Saat ku masuki pintu hospital, rasanya memang biasa saja. Namun aku memang tak melihat saat orang- orang membawaku ke pintu UGD, aku mencium bau UGD yang buat aku ingin beranjak bangun kemudian berlalu. Namun tak kuasa, tubuhku hanya terkulai lemas di atas kasur itu. Sobat, saat roda kasur berhenti pertanda aku memang ada di ruang UGD. Kamu tau? Saat itulah aku baru bisa terbangun. Lalu datang dokter. Oh tuhan… semoga takkan terjadi apa pun dengan aku. Semua harap- harap cemas. Saat dokter memeriksa bagian perutku, lalu mencoba gerakkan anggota tubuhku yang lain.aku tak bisa tuhan. Tanganku tak bisa mengenggam, kakiku pun tak dapat terangkat. Begitu pun dengan tanganku.

Sobat, saat itulah aku mulai berpikir mimpi itu nyata. “aku tak bisa jalan”. Oh… ya Allah. Ku rasakan seseorang menggenggam tangan kananku. Perlahan ku coba buka mata. Oh ternyata… sosok adam yang tampan rupawan, dialah dokternya, yang memeriksa ku saat itu tanpa aku tau siapa dia? Usai diperiksa. Dokter itu bilang “tak apa”. Hanya traumatis kejadian. Semua orang- orang pergi meninggalkan aku seorang diri dalam ruangan yang penuh dengan peralatan medis itu.

Sejenak aku tertawa kecil, hihihiii.. Dulu aku PKL mengadakan survei terhadap pasien, namun kali ini aku lah pasiennya. Ayah datang duduk di sampingku. Beliau berangan- angan “jika… jika.. jika… “. Sobat, kamu tentu tau apa itu? Ayah hanya berpikir “jika…. Takkan terjadi hal demikian”.

Sobat, saat inilah ku sadarimaxtron ku, aku berpisah dengannya kini dan untuk selamanya. Kenanganku bersama maxtron, terlukis indah dua tahun lamanya. Bayangkanlah…!!

Sobat, saat resep dan obat itu ayah terima, ayah langsung menyuruhku tuk menyegerakan berbuka. Namun ku gelengkan kepala ku karena sudah tak sanggup berkata. Di sana hadir abangku. Abang Misnen namanya. Aku memilih pulang untuk bertemu mamah, dia pasti mengkhawatirkan aku. Bahkan mungkin sangat. Polisi mengantarku hingga ke rumah istanakui, yang tidak megah tetapi banyak kenangan indah terlukis di sana. Yah inilah rumahku. Ayah membaringkan aku di depan televisi. Orang- orang datang menjengukku. Aku seperti mimpi dengan orang sebanyak itu. Entah mereka memang peduli taukah hanya terkesima dengan keadaankku. Wajah pucatku tengah dilontarkan orang- orang. I don’t care. Ku sebut “mamah… mamah… mamah… mamah… mamah….”. Asma Allah jelas menghiasi kehidupanku. Ku dengar mamah menyusulku ke rumah sakit namun tak jumpa denganku. Rontahan suara tangis ku dengar dari nenek ku. Nenek yang sangat nyebelin. Tetapi punya kepedulian yang besar. Begitulah dia.

Selang waktu, mamah datang berlari temui aku, dia memelukku. Beliau segera menyuruh orang untuk panggil bidan urut. Aku memang sakit. Yah….! Mamah menitikkan tetes air matanya yang membasahi tubuhku. Semua segera di bereskan oleh mamah karena ayah juga memang tengah di urut. Mulai dari administrasi, pengobatan dan lain sebagainya semua mamah yang ngurus. Saat jelang pukul 19.00 wib ku hubungi nomor sekolah melalui HP abang. Namun sia- sia. Ku coba cari kontak HP teman- temanku di HP ayah, semua nya tidak ada yang nyambung. Hingga ku teringat seseorang, Irwan. Pacarku, yang ku hafal nomor semua kontak HP ku adalah dia seorang. Aku coba hubungi dia. Akhirnya ku dapat nomor Mima teman sebelahku sekaligus sahabatku. Ku hubungi Mima seketika. Dia terkaget saat dengar aku kecelakaan. Langsung ku hubungi pak David sosok guru yang ku anggap sebagai ayahkku sendiri sebab perhatiannya yang takkan melebihi ayah mana pun, orang tuaku di sekolah tepatnya. Tak lupa juga ku hubungi bu Sinta. Ku hubungi mereka seusai shalat taraweh. Aku menangis saat telpon mereka.

Sobat, aku memang anak periang, aku memang anak yang jail yang selalu buat teman- temanku geli bahkan tertawa karena tingkah ku, dengan siapa pun. Termasuk bu Sinta. Perkataan sadis bu Sinta memang hanya gurauan belaka. Tetapi dari situlah aku dapati kasih sayangnya. Kasih sayang yang mungkin hamper menyamai kasihku terhadap mamah. J

Bu Sinta dan pak David coba menghiburku melalui telepon. Ingin aku tertawa namun tak kuasa keluarkan tangis. Karena ku yakin semua kan baik- baik saja. Yah begitulah harapanku. Every thing is ok. Itulah pemikiranku. Jika pun luka pasti kan sembuh karena ada obatnya.

Saat resep usai ku minum, mataku terlelap pukul 20.30 wib. Malam ini tak kku temui mimpi seperti hari kemaren. Namun di jam 00.00 wib aku terbangun. Aku menangis. Kejadian baru ku alami. Seperti mimpi. Mimpi yang buat aku takut. Takkan terbayang seperti apa jadinya jika aku telah tiada tinggalkan meraka. Jangan sekarang tuhan. Malam ini aku mencoba untuk bangun. Ku ambil air minum di meja dekat tv. Aku bisa, walau sakit. Sakiiit sekali. Akucoba berdiri namun tak sanggup. Aku pun berjalan sambil duduk yang tak jauh dari ruang tv. Kamarku gelap dan hawanya pun panas. Aku berusaha berdiri, walau terjatuh dan terjatuh namun tetap berbuah hasil. Lampu kamar ku nyalakan begitu pun dengan kipasnya. Aku bisa !!!! aku bisa bangun untuk orang- orang yang aku sayang. Hingga terlintas dalam bayanganku sahabat yang selalu ada di setiap waktuku.

Diary….

Buku diary pemberian dari sahabatku. Sobat, kamu tau??? Apa kamu punya sahabat? Apa kamu pernah mengalami sebuah persahabatan? Siapa sahabat kecil kamu? Bagaimana mereka? Sayang kah kamu terhadap dia? Cinta kah kamu terhadap dia? Seberapa besar cinta kamu?

Sobat, malam ini ku tulis True Story Of 13th August 2011. Jujur, jangankan untuk menulis bergerak pun aku tak bisa. Namun aku punaya keyakinan aku bisa. Dan memang bisa. Walau jelek tapi dengan aku curhat sama diary, semua seolah baik-baik saja tangis ku memang berhenti saat ini walau sakit masih terasa. Sahur kini dikumandangkan, tepat pukul 02.15 wib usai ku tulis diary. Mamah tebangun mencariku. Aku menyahut panggilannya aku di kamar. Mamah terheran. Yah bagaimana tidak? Bagaimana caraku tiba di atas keranjang? Sobat, hanya kamu yang tahu… :-P

Sobat, taukah kamu saat kecelakaan itu terjadi apa yang terlintas di benakku? Selalu ku sebut nama tuhanku Allah, lalu ayah yang ada di hadapanku, ketiga adalah teman- temanku dan sahabat- sahabatku. Karena itu, buat kamu semu. Jika memang kamu pernah punya sahabat, jadilah sahabat yang baik. Berika segala yang terbaik buat sahabat kamu. Buat orang- orang yang kamu sayang. Perbaiki jika memang ada kesalahan. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

15 Agustus 2011

Hai diary…

Kamulah sahabat setiaku yang setia di setiap waktu hidupku. Kapan pun apa pun bahkan bagaimana pun.

Sobat, senja kini adalah hari ke dua aku terbaring di atas kasur bersama bantal alas tidurku. Sobat, tau kah kamu apa keinginanku kini? Aku ingin lihat tawa teman- temanku sebelum pada akhirnya aku takkan pernah ada. Aku kangen mereka. Yah walau aku tahusehari usai kecelakaan itu, teman- temanku bahkan sahabat- sahabatku dating menjenguk. Terima kasih kawan…

Jika dunia ini penuh dengan keberuntunga. Beruntung aku mempunyai sahabat layak seperti mereka. Rahmat, Mima, Lela, Erni, Friyan, Amin dan tak lupa Amang yang biasa ku sebut abi yang selalu dating tepat pada waktu dimana aku memang butuh dia. Makasih bi. Aku sayang kamu, bahkan aku pun sayang kalian semua. Mmmcuah,,

Sobat, di hari pertama usai kecelaan itu aku alami mereka datingtemani hariku. Rumahku kini dipenuhi canda tawa mereka. Sahabat- sahabatku. Aku pun ikut tertawa. Bahkan terbahak. Walau sakit di perut tetap ku rasa namun aku tak bias menahan tawa itu. Kalian tau? Rasa sakit di perutku begitu sakit, lebih sakit, bahkan terasa sangat sakit. Namun itu semua takkan sepadan dengan kebahagiaan persahabatan di antara kami. Terima kasih tuhan. Aku sayang Engkau ya Allah. Sembah sujudku hanya kan ku lakukan pada- Mu tuhan. Allah yang maha esa. Seharian penuh tawa di raut wajahku kian menghiasi. Aku tak mau terlihat sedih apa lagi sakit di depan teman- temanku. Yah walau aku tau aku memang sakit. Tapi setidaknya aku bias menahan sakit yang mendalam dalam tubuh ini. Tuhan, sweet seventeen ku kini harus ku alami tragedy tragis buat ku kenang seumur hidupku tuhan. Namun aku tetap bangga, 17 tahunku aku punya banyak sahabat. Aku miliki banyak orang- orang yang aku sayang. Selamanya seumur hidupku. Aku bahagia, dan saaaaaaangat bahagia.

Senja kini berlalu, malam kini dating menghiasai. Sobat, kamu tau apa yang aku harap kini? Aku rindu bintang. Aku rindu venus yang selalu temani aku. Aku mencoba untuk bangun. Aku beranjak dari keterpurukan ku di atas kasur. Mamah sahabatku. Dia membantu ku ke teras halaman depan rumah. Seketika duduk. Oh… tuhan… sakit ini teramat sakit. Di bagian perutku tiada luka ku jumpai namun rasanya melilit sakit sekali. Oh tuhan.. lepaskan aku dari sakit ini. Tubuhku tergeletak seketika. Aku takkan kuat mamah. Sakit ini terlalu sakit untuk aku. Akhirnya mamah membawakan bantall tuk aku di atas keramik putih itu. Sobat, kalian tau? Aku senang. Akhirnya dapat ku hirup udara malam nan sejuk, indah walau tanpa bintang. Hanya terdengar sayup dendang suara kumandang gemilai orang mengaji dekat rumahku yang tak lain adalah rumah Allah. Sobat, berapa malam aku tidak shalat taraweh? Berapa hari yang harus ku bayar puasa ku? Hmh…

Jauh dari lamunan mamah menyuruhku untuk masuk kamar. Karena udara di luar terasa kurang membaik kini. Aku bangun, namun oh tuhan aku teriak. Aku merintih kesakitan, tak kuat untuk bangun. Saat bangun tubuhku kembali jatuh di atas tanah ini. Aku berteriak menangis. Sobat, aku sedih dan sangat sedih. Tuhan… jangan Kau biarkan mimpi itu nyata bagiku. Aku takkan rela tuhan. Jika harus ku pilih itu. Akhirnya ayah kekasihku yang kini kondisinya membaik datang menggendongku menuju ruang tv. Tempat dimana aku dapat terbaring lemah bersama keluargaku yang selalu menemani aku, bersama dalam tangis, canda, tawa, riang serta gembira. Semuanya…

Aku mulai belajar tuk pejamkan mataku malam itu. Ku pun tertidur. Walau sempat terbangun di malam hari tetapi aku dapat pejamkan mata itu kembali. Tuhan.. terima kasih Engkau memberiku penglihatan dengan mata yang sempurna. Terima kasih tuhan…

Malam ini aku tak dapat pergi ke alam mimpi seperti di lain hari seperti kemarin. Terima kasih tuhan. Aku terbangun tepat pukul 06.30 wib. Kalian tau si Fazri? Adikku yang pertama sudah siap rupanya dengan baju dan tas di pundaknya. Lain dengan si Fajar. Ku lihat dia tengah membuat pulau. Hahaha… pulau bangsawan. Bangsa kawanan. Hihi..

Sobat, aku ingin pergi ke sekolah. Harap- harap cemas kini mulai ku rasa. Oh tuhan. Namun pada akhirnya aku memang tetap di rumah. Takkan kemana- mana.

Sobat, kalian tau teman- temanku di sekolah mengirim pesan singkat untuk aku. Mereka miss aku. Mereka butuh bantuan aku saat hari ini memang akan hadir ujian matematika oleh bu Indra. Belum lagi si uyut mima yang takut duduk sendirian. Katanya takut kena gamprat bu Indra. Hahaha.. takkan terjadi apa- apa kok. Ku harap begitu. Dan semoga tuhan pun mengamini. Amin..

Sobat, siang ini aku bisa istirahat dengan nyenyak. Walau akhirnya aku terbangun karena Hp di genggamanku bergetar. Hp itu memang bukan milikku. Tetapi milik ayahku. Datang sms dari pak David. Dia bilang dia mau ke rumah. Aku pikir hanya gurauan belaka. Ternyata memang benar beliau hadir di rumahku. Ku sampaikan pesan singkatku pada mamah. Di jam 13.45 wib datang pak David, bu Sinta, pa Budijaya, dan pa budiyono hadir di istanaku. Bawa kue kesukaanku. Terima kasih…

Hingga senja pun kini hampir bergulir berganti malam. Tuhan andai aku punya satu permintaan, ijinkan aku tuk rasakan 17 tahunku bertemu Rian. No hp dia di Maxtronku hilang kini. Hilang dan berpisah untuk selamanya. Walau cinta itu hanyalah cinta sesaat ku harap akan ada waktu tuk dapat satukan aku bersama dia. R mohamad Rian...

19 Agustus 2011

Tuhan, terima kasih..

Aku bahagia meski kini aku menderita. Menderita karena kecelakaan itu. Kecelakaan yang buat aku sakit bahkan hingga tak dapat ku jumpa gedung sekolah sedari hari Minggu hingga Kamis kemarin. Hingga kau pun tau, bulan ramadhan kini memang afdol bagiku. Serasa ku dapati berkah dari semuanya. Hingga 12 hari lamanya tak ku lakukan puasa ramadhan. Hehhehe.. haru tapi geli. Kalian tau sobat? Kecelakaan yang buat aku tak bisa jalan, tetapi aku masih beruntung. Tak seperti tetanggaku dan tak seperti adiknya Adin yang kecelakaan dua kali sebelum sembuh. Entah aku tau bagaimana ceritanya.

Tuhan terima kasih… Dengan sakitnya aku banyak cinta yang masuk, terutama adanya kasih sayang itu mulai terwujud. Terima kasih tuhan. Walau pada akhirnya, ku putuskan berpisah dengan Irwan kekasihku tepat di kalender 17 Agustus 2011. Dia takkan peduli sama aku. Dia takkan serius terhadapku. Ku putuskan dia. Sobat, kamu tau kenapa? Tak sedikitpun rasa sedihku ada buat dia. Jujur aku memang kecewa sama dia. Di saat aku hampir mati seperti ini, dia tak hadir untuk aku. Dan memang tidak. Dan yang memang harus kalian tau, sahabat- sahabatku, teman- temanku, mereka datang seolah berlomba buat aku. Terima kasih kawan. Aku sayang kamu semua.

Sobat, haru tapi geli. Jum’at, 19 Agustus 2011 aku kangen sekolah. Aku berangkat naik kendaraan umum bersama mamahku. Sempat ada hambatan namun takkan jadi rintangan buatku terutama mamahku. Dia orang yang tegar. Kalian harus tau itu sobat. Setibanya di sekolah, kalian tau apa yang terjadi? Bu Yani orang yang pertama mendekapku saat itu. Terima kasih ibu. Maafin aku ya ibu, aku pernah punya rasa benci sama ibu. Namun kini, aku cinta sama ibu. J

Sang sahabatku Lela memang mengawasiku dari depan rumahnya hingga aku duduk di kelas. Haha… lucu yah. Aku punya bodyguard dadakan euy. Toh dia geh menyanggupi. Haha…

Kemudian di susul Manda dan Mima menjemputku di depan gerbang. Aduh.. serasa kaya putri kahyangan deh. Jalannya lama banget sumpah. Lela sahabatku pun sampai tertawa. Hahahaa.. lucu banget deh sumpah. Tiba di depan kelasku datang Wulan dan Agita, bersama tim ganjen di kelas mulai menghibur kini. Aku bakal kangen seumur hidupku hal-hal semacam ini. Saat masuk lewat pintu kelas, ku jumpai Rachmat tengah menyapaku. Lalu, saat hendak ku masuki kelas teman-teman say “hallo” sama aku. Aku seneng banget. Di tengah perjalanan menuju sekolah, aku sempet nangis. Ga tega lihat mamah. Sepertinya aku banyak menyusahkan beliau. Ah tapi takkan seperti itu selayaknya. Begitupun saat teman- temanku menyapaku. Aku ingin menangis tuhan. Ingin sekali. Namun aku tak kuasa. Teman- temanku riang lihat aku masa iya aku nangis. Malu akh. Hehe… biarpun jail tapi kalo nangis depan teman mah tetap aja gengsi. Hehehe.. tiba di kelas, baru geh duduk teman- teman banyak yang minta salaman sama aku (jabat tangan). Tak berbeda dengan pak David. Beliau pun dating jua. Biasa deh gurau lagi. Jadi bikin ketawa deh akh. Hahaha.. tak lama saat aku duduk, sobat kalian tau apa yang jadi kebiasaanku saat sehat? Aku suka pipis. Jadi ya ke toilet deh. Dianter uyut si Mima temen sebelahku. Sobat, kalian tau gerangan apa yang menghantuiku saat aku berjalan begitu sangat pelan perlahan dimana semua mata tertuju padaku.

Sebenarnya aku mulai sobat, ditambah lagi ada si Galih di sana. Kan kelasnya dekat toilet tuh. Kelas xii pemasaran1.Huh sama teman- temannya. Aduuuh malu banget deh. Keliatan lemesnya banget. Bel masuk mulai KBM aktif seperti biasa. Aku sempet kaget. Nulis aja lama banget. Sampai- sampai si Lela yang biasanya dipanggil ratu paling lelet banget kalo nulis. Sekarang mahh malah aku yang digurauan caci. Ahahahha… hm hm hm..

Saat pulang, gentian deh ayah yang jemput aku. Ayah nunggu di area parkir dekat pos satpam. Biasa lah suka ngomong- ngomong sama pak Nendra. Ahahaa.. Sobat, taukah kamu apa yang ku lihat? Ku dapati motor ayahku E3875KE. Oh tuhan, aku takut liat kendaraan itu. Namun jika menolak pertanda aku tidak menghargai beliau. Ok baiklah. Untuk kali ini aku akan naik motor bersama ayah. Pelan- pelan saja. Aku menangis saat motor itu melaju di jalur alternative kota. Aku takut. Bahkan ketika ku naiki motor di bantu sama pak Nendra. Hmh.. layak mayat hidup. Tapi tak apa. Masih tetap berguna kok. Betul tuh. Ah hahaha… Keceriaan hari ini selamanya ada di 17 tahunku.

27 Agustus 2011

Jam 11:11 WIB

Tuhan terima kasih. Saat ini aku sembuh. Aku bisa jalan. Terima kasih ya Allah. 9 hari aku mengalami kelumpuhan bersama kaki ini, kini aku berhak berucap aku sembuh. Aku sanggup jalan, bahkan aku yakin aku akan sanggup berlari lagi. Malam 20 ramadhan dimana aku rasakan kedua kakiku takkan gerak tuk selamanya. Ternyata aku salah. Allah itu memang Maha Adil. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Kini adalah hari ke 27 ramadhan. 15 hari aku tak puasa. Aku yakin aku memang sanggup melunasinya amen.. Tuhan, masa- masa aku lumpuh aku rasakan kasih saying orang- orang sekelilingku. Banyak hikmah yang dapat ku petik kini. Puji tuhan Alhamdulillah…

Tragedi 13/8 itu menjadi bukti cinta ibu dan ayah nyata untukku. Itulah kisah nyata ketika aku berada dalam masa dimana kelumpuhan menghampiri aku tetapi aku masih sanggup untuk bisa menulis itu agar dapat ku kenang hari itu bahwa aku pernah miliki orang tua sebaik mereka. Walau tangan tak mampu menulis, jalanpun takkan sanggup. Tetapi demi mengenang cinta ayah dan terutama ibu, aku rela.

Sahabat yang dibanggakan ibu, jangan sungkan untuk bercerita apapun pada orang lain. Karena hidup ini sesungguhnya adalah skenario yang telah tuhan atur dengan sesempurna mungkin. Jangan sungkan, jangan menutupi, rasakanlah bahwa tuhan itu ada dalam hati kita. Kita pasti butuh orang lain. Ceritakan apa yang buat dadamu sesak untuk bernafas, keluarkan apa yang jadi uneg-unegmu, karena ibu mu di rumah akan selalu ingin mendengar itu.

Untuk sahabat yang telah ditinggalkan orang tuanya entah ayah atau ibu atau ayah dan ibu, jangan sedih. Kalian tetap miliki orang-orang yang sayang kalian, yang peduli terhadap kalian. Karena itu sibukkanlah harimu untuk memikirkan orang-orang yang mencintai kamu, dan tidak perlu memikirkan mereka yang pernah membenci kamu. Selamat datang hari yang baru.

Kepada sahabat yang kedua orang tuanya masih ada, yuk mari kita ciptakan hal terindah bersama malaikat terbaik kita, ibu. Ibu menanti mu di rumah. Untuk sahabat yang saat ini sedang berada dalam satu rumah bersama ibu, jaga ibu yah. Cium tangan dia setiap hari, cium kening dia setiap malam, ajak ibu bicara setiap sahabat tiba di rumah. Ibu yang baik hatinya akan selalu ada di hati kita untuk selama-lamanya. J jangan pernah kecewakan ibu, ayah, adik, saudaramu, dan semua orang yang pernah mencintai dan menyayangimu…… J

Tentang Penulis

Gadis 18 tahun yang bernama Yossy Hanani ini kini duduk di semester I program studi Akuntansi di Politeknik Negeri Bandung ini sangat menyukai musik melodi, tak heran jika ia lebih peka menggunakan hari dan perasaannya dalam bertindak maupun mengambil keputusan.

Gadis berkelahiran Cirebon, 11 April 1994 ini memiliki hobi menulis, melukis dan berhitung. Walaupun basicnya adalah dunia eksak, tetapi ternyata memiliki hobi yang sangat bertolak belakang dengan program studinya. Sekarang, gadis berjilbab ini tengah menggeluti bidang penyiar radio kampusnya.

Selain dari itu, gadis yang menggemari olahraga basket ini ternyata mengidolakan tim nya yaitu Garuda Flexi Bandung. Juga sangat menyukai makanan seperti kue dan permen.

Karya-karya nya yang lain dari pena yang berbeda akan segera menyusul, doakan saja yah… J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline