Lihat ke Halaman Asli

Yoss Prabu

Novelis

Ngopi Bareng, Dong?

Diperbarui: 26 Januari 2025   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: Dokumen pribadi)

Masih seputar Penulis, Pengarang, dan Pencatat Itu Beda

 

Ngopi Bareng, Dong?

Yoss Prabu

Di sebuah warung tegal (warteg), ada tiga jenis makhluk misterius yang sering dibicarakan orang: penulis, pengarang, dan pencatat. Mereka seperti tiga saudara sepupu yang tinggal di kampung yang sama, tapi selalu berdebat tentang siapa yang lebih penting. Meski kelihatannya sama-sama menghasilkan tulisan, ketiganya punya sifat, gaya, dan level drama masing-masing. Mari kita kuliti dengan gaya santai dan penuh humor. Jangan tegang. Supaya perut kram bukan karena stres, tapi karena tawa. Minimal nyengir.

Penulis adalah orang yang biasanya hidup dengan deadline seperti seorang mahasiswa yang dikejar tugas kuliah. Mereka orangnya praktis, fokus, dan efisien. Dalam dunia literasi, penulis itu ibarat tukang ojek online. Ada yang pesan melalui gawai, langsung tancap gas. Kadang obrolan mereka berakhir jadi artikel di medsos, skrip acara, atau caption Instagram yang bikin netizen baper. Sewot juga, ya.

Penulis, sering kali tidak terlalu ngedrama soal seni atau nilai-nilai kehidupan. Mereka tahunya harus nulis, titik. Inspirasi? Tidak ada waktu untuk itu. Mau inspirasi atau enggak, mereka tetap harus setor tulisan sebelum jam 12 malam. Kalau ada yang pernah melihat sebuah penampakkan seseorang di kafe yang mengetik sambil panik dan kopi mereka sudah dingin sejak 2 jam lalu. Nah, itulah penulis.

Lucunya, penulis sering dianggap remeh oleh pengarang. Dia bilang, "Ah, tulisan penulis itu cuma untuk uang, tidak ada jiwanya!" Tapi, halo? Siapa yang peduli soal jiwa kalau kontrakan sudah nunggak 2 bulan? Belum bayar uang sewa. Penulis harus bertahan hidup, Bro! Waduh!

Kalau penulis adalah tukang ojek online, maka pengarang adalah seniman bohemian yang nongkrong di pojokan sambil memandangi senja. Pengarang adalah orang yang selalu berbicara soal karya abadi, pesan mendalam, dan makna kehidupan. Mereka tidak menulis hanya untuk uang (meski kalau dapat royalti besar, mereka juga akan bilang, Alhamdulillah.....). Pengarang sering kali lebih mementingkan seni daripada pragmatisme. Kalau penulis bangun pagi langsung buka laptop, pengarang bangun pagi sambil melamun dulu. "Gak punya kopi. Gak punya rokok. Mana istri lagi datang bulan, lagi." Gak, gak..... Bukan itu. Tapi. "Apa ya, makna hidup hari ini?" Baru setelah senja datang, mereka mulai menulis. Itu pun mungkin cuma satu paragraf karena mereka terlalu sibuk merenung. Melamun.

Seorang tetangga, satu erte. Pernah berkata kepada temannya, "Aku sedang menulis novel yang akan mengguncang dunia." Setelah ditanya apa judulnya, dia menjawab, "Masih aku pikirkan." Kapan selesai? "Tunggu saja ilhamnya." Ternyata, ilhamnya nyasar ke penulis sebelah.

Namun, meski terkesan lambat dan suka drama, pengarang biasanya menghasilkan karya yang bikin pembacanya berpikir keras. Contohnya, novel yang butuh tiga kali baca untuk paham maksudnya, atau cerpen yang ending-nya bikin bingung. Pengarang, sering kali dicintai oleh kaum intelektual, tapi dibenci oleh murid SMA yang dipaksa menganalisis karyanya di kelas. Dan merengek meminta duit sama maknya, hanya untuk beli novel baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline