Lihat ke Halaman Asli

Yosi Prastiwi

Ibu rumah tangga

Pernikahan Ketiga

Diperbarui: 18 Desember 2020   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi nanggap wayang, tradisi masyarakat Jawa kuno saat menyelenggarakan pernikahan. Foto Wahyudi.

"Oke, mungkin sekarang kamu menyukaiku karena aku cantik," perempuan itu menghela nafas. Laki-laki di hadapannya mengangkat alisnya. 

"...aku sehat, aku punya jadwal olahraga dan yoga. Badanku bagus..." 

Laki-laki itu ingin menyela tapi perempuan itu kembali berkata.

"Aku punya pekerjaan bagus. Gaji cukup." Perempuan itu berhenti bicara. Laki-laki di depan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tahu, ini bukan waktu yang tepat baginya bicara. 

Suasana resto malam itu cukup ramai. Beberapa pasangan dan keluarga duduk menghadap meja mereka. Sebagian sibuk menyantap hidangan. Yang lain saling berbicara. Ada juga yang asik dengan ponselnya. Seorang balita menangis di kursinya. Kentang gorengnya jatuh. 

"Tapi, semua itu hanya sementara." Perempuan itu kembali bicara. 

Laki-laki itu kembali mengangkat alisnya. Kali ini juga kedua tangannya, hendak protes. 

"Tunggu, biar kuselesaikan." Perempuan itu buru-buru meletakkan gelas minumnya. Kopi dengan aroma pandan menyisakan rasa manis di langit-langit mulutnya. 

"Mungkin pernikahan kita memang sempurna. Teman-teman kita saling mengenal. Keluarga kita bersahabat. Mereka mendukung."  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline